Sesaat setelah Aris dan Shina melakukan untuk yang pertama kalinya, terlihat Shina yang saat itu menyenderkan kepalanya di atas dada bidang Aris.
"Aku tidak tahu kalau kau sudah mandi bersih.." ucap Aris tiba-tiba berkomentar sambil mengusap rambut Shina
"Tapi kalau dipikir-pikir.. siklus menstruasimu ini lumayan lama juga ya.. Maksudku bahkan itu sudah lebih dari seminggu" ucap Aris kembali
Shina terlihat tersenyum saat itu, kemudian dia berkata
"Aku tidak tahu kalau kau sangat menantikannya.. Kau bahkan sampai menghitung berapa lama waktunya.." ucap Shina sambil masih tersenyum
"Sebenarnya.. sudah dari 3 hari yang lalu selesai" ucap Shina kembali
"Kenapa kau baru bilang sekarang.." tanya Aris bingung
"Kau kan tidak menanyakannya.." balas Shina
Kemudian Aris terdiam dan berpikir sejenak.
"Ohh.. pantas saja. Beberapa hari kemarin, kau terlihat seperti seolah ingin menggodaku.. Ternyata kau sengaja ingin memberikan sinyal padaku waktu itu.."
Shina yang malu kemudian membalas,
"Kapan? Kapan aku melakukan itu? Aku tidak pernah melakukannya.." ucap Shina malu-malu sambil mencoba menyangkalnya
*Note: Jadi pada saat itu, tiga hari yang lalu, setelah siklus menstruasinya selesai, Shina terlihat memberikan kode dan sinyal pada Aris, mulai dari menawarkan Aris untuk mandi terlebih dahulu, memberikan pijatan-pijatan lembut dipunggungnya, dan sentuhan fisik lain, hingga pada saat akan tidur, dia menatap mata Aris dalam sambil menyentuh pipinya.. Akan tetapi, Aris sama sekali tidak meresponnya. Bahkan Aris malah langsung tertidur saat itu juga. Beberapa hari Shina terus berusaha, namun usahanya sia-sia karena Aris tidak kunjung menyadari maksudnya itu.
"Shina.. lain kali kalau kau menginginkannya.. kau bisa langsung bilang padaku seperti tadi. Sebab aku ini tidak pandai membaca tanda atau sinyal yang kau berikan itu.. Seperti yang kau bilang, aku ini termasuk orang yang tidak peka.." ucap Aris yang membuat muka Shina bersemu merah
"Jadi, lain kali kalau kau menginginkan sesuatu.. atau apapun itu, kau langsung katakan saja.."
"Aku yang menginginkannya? Bukannya terbalik ya.. Kau bahkan sampai menghitung lamanya waktu menstruasiku.." balas Shina yang seolah tidak terima dengan pernyataan Aris tadi
"Ini.. yang pertama kalinya bagimu kan." ucap Shina kembali sambil menggoda Aris
Aris yang malu kemudian menjawab
"Kau tahu darimana?"
"Sudah, tidak usah malu-malu seperti itu padaku. Aku sudah tahu semuanya. Bahkan, saat melihat kau pertama kali di klub pun aku langsung tahu, orang seperti apa kau itu.." jawab Shina
Aris yang penasaran kembali menanyainya,
"Oh iya, ngomong-ngomong.. aku masih belum mengerti alasanmu saat memilihku di klub sebagai ayah pengganti untuk Rani saat itu. Sudah lama aku ingin menanyaimu masalah ini. Apa alasanmu memilihku waktu itu?.. Bukankah disana banyak pria mapan dan lebih bisa diandalkan, dibandingkan aku yang hanya berpenampilan biasa-biasa saja saat itu.."
Shina terlihat diam, hingga Aris pun kembali berkata
"Apa karena wajahku ini lumayan? Kau kan pernah bilang seperti itu.. meskipun aku itu bukan tipemu, tapi menurutmu wajahku ini lumayan kan?" tanya Aris kembali yang kali ini membuat Shina tertawa
"Kenapa kau malah tertawa?" ucap Aris yang seolah tidak senang melihat respon yang diberikan oleh Shina
"Dengar ya Aris.. Dalam kamus hidupku itu, aku membagi pria menjadi tiga golongan, yang pertama brengsek (hidung belang), kedua penipu, dan yang ketiga bodoh. Tanpa ku beritahu, kau seharusnya tahu kan kau termasuk klasifikasi pria yang mana?" ucap Shina
"Jadi, karena aku bodoh makanya kau memilihku untuk menjadi Ayah pengganti untuk Rani?" tanya Aris kembali memastikan
"Tentu saja.. Memangnya kau pikir aku akan membiarkan pria brengsek dan penipu itu yang menjadi ayahnya?? Aku tidak sebodoh itu.." jawab Shina
Aris yang mendengar hal itu pun kemudian tersenyum. Dia kemudian bangkit dan memeluk Shina.
"Terima kasih.. terima kasih karena kau telah memilihku." ucapnya sambil mengeratkan pelukannya pada Shina
Shina terlihat bingung saat itu, kemudian dia berkata
"Kau berterima kasih padaku karena aku mengklasifikasikanmu ke dalam golongan pria bodoh?" respon Shina heran dan bingung
"Aku tidak tahu kalau kau begitu senang sampai mengucapkan terima kasih padaku hanya karena aku menyebutmu sebagai pria bodoh?"
"Kau tidak mengerti, bukan kata-kata bodoh yang perlu kau pikirkan disini. Tapi lihatlah, dua dari tiga pilihanmu itu adalah yang terburuk.. jadi otomatis pilihan yang ketigalah yang terbaik.." jawab Aris
"Sebenarnya, mungkin kau ingin bilang bahwa pria bodoh di option-mu itu adalah termasuk pria baik-baik dan bertanggung jawab, yang akan menerimamu dan juga putrimu untuk menjadi bagian dari keluarganya.. Jadi, bodoh disini bukan dalam makna yang sebenarnya, tetapi lebih ke arah makna positif.. itulah yang aku tangkap dari pernyataanmu.. Sama seperti kau yang memilihku dan menganggapku sebagai pria baik-baik yang dapat bertanggung jawab akan putrimu dan juga dirimu" Aris menjelaskan
Shina terlihat takjub mendengar pernyataan dari Aris tadi. Dia pun kemudian tersenyum dan membalas pelukan Aris, hingga akhirnya ketika mereka akan melakukannya lagi untuk kedua kalinya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dikamar mereka dibarengi oleh panggilan dari Rani yang kembali merusak momen penyatuan mereka berdua itu.
"Mi.. Yah.. Kalian ada didalam kamar? Kenapa kamarnya dikunci sih??" ucap Rani sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar
Aris dan Shina pun terkejut saat itu. Mereka terlihat panik sambil mencoba mengenakan pakaiannya kembali. Namun, dalam suasana panik seperti itu, mereka tidak fokus dan hanya asal memakai pakaian, sehingga yang terlihat saat Shina membuka pintu yaitu Aris yang hanya bertelanjang dada dan mengenakan celana panjangnya saja, sedangkan Shina, dia hanya mengenakan kemeja Aris yang kebesaran itu.
Respon Rani ketika Shina membukakan pintu kamarnya,
"Mami.. Ayah.. Kenapa kalian terlihat berantakan sekali. Apa yang kalian lakukan sampai bisa seperti ini.."
"Ya ampun Mi.. baju Ayah itu kebesaran, tidak cocok dipakai untuk Mami.." ucap Rani sambil mengernyitkan keningnya
Belum sempat mereka merespon semua pertanyaan putrinya itu, mereka kembali dikejutkan oleh ucapan Rani yang mengatakan
"Ayah.. apa nyamuk besar itu juga menggigit Ayah?? Ya ampun.. banyak sekali bekas gigitannya Yah. Apa Ayah baik-baik saja?" tanya Rani cemas sambil mencoba menyentuh salah satu tanda kissmark dibadannya itu
"Ahh.. Iya. Jangan dipegang Sayang.." ucap Aris sambil melarang Rani menyentuh tanda kissmark ditubuhnya itu
"Nyamuk itu sangat ganas. Lihat.. dia bisa membuat kami jadi berantakan seperti ini.. Kami tadi mencoba untuk menangkapnya, tapi tetap tidak berhasil.." ucap Aris kembali
"Kalau begitu, nanti malam kalian tidur dikamar Rani saja seperti waktu itu.." Rani kembali menawarkan
"Tidak.. tidak Sayang. Aku dan Mamimu akan tetap tidur disini. Kita akan berusaha menangkapnya kembali pada saat malam hari nanti." ucap Aris sambil melirik ke arah Shina
Shina yang mengerti maksud lirikan Aris pun kemudian menjawab
"Ahh iya.. Benar. Nanti malam kami akan mencoba menangkapnya kembali. Kali ini pasti berhasil, kau tenang saja ya." ucap Shina sambil kembali melirik Aris, yang kemudian dibalas senyuman oleh Aris
"Oh iya Rani. Apa demammu sudah turun?" Aris sambil memegang kening putrinya
"Sudah Yah. Badan Rani sudah agak mendingan sekarang. Rani kesini karena Rani merasa lapar.. Rani ingin makan nasi goreng buatan Ayah sama telur dadar.."
"Ohh..kalau begitu sekarang Ayah buatkan untukmu ya." ucap Aris sambil mengusap-ngusap kepala Rani
Sementara Shina,
"Biar ku bantu.. Aku juga ingin belajar bagaimana caranya membuat nasi goreng buatanmu itu."
Dan kemudian, Aris dan Shina pun menuju dapur untuk membuatkan makanan untuk putrinya itu.
Ditempat lain di rumah Papaku, terlihat saat itu Heru telah berhasil mengantarkan mobil baru sesuai dengan yang diperintahkan oleh Ryan waktu itu. Kelihatannya Papa tidak curiga sama sekali dengan mobil barunya itu, Heru telah melakukan tugasnya dengan baik.
Dan pada pagi harinya, Papa menghubungi pegawainya Pak Ali untuk memintanya menggantikan Pak Asep menyupirinya ke kantor. Namun, saat berbicara dengan Pak Ali, Papa dikejutkan oleh pernyataan Pak Ali yang menceritakan bahwa sewaktu Papa sakit, ada seseorang yang mencari-cari Pak Asep. Orang itu menyuruh Pak Asep ke Rumah Sakit untuk bertemu dengan Papa disana. Tentu saja Papa merasa terkejut saat itu, karena saat di Rumah Sakit, Pak Asep sama sekali tidak menemuinya. Ada yang tidak beres disini, pikir Papa saat itu.
Papa sepertinya tahu bahwa orang yang dimaksud Pak Ali tadi, yang menyuruh Pak Asep ke Rumah Sakit itu mungkin Aris, tapi kenapa Pak Asep tidak menemuinya saat itu. Apa seseorang sengaja menyuruh Pak Asep untuk pergi dan tidak menemuiku, pikir Papa. Tapi kenapa? Apa alasannya??"
Kemudian Papa pun teringat bahwa saat itu kan Pak Asep sedang memata-matai Bu Tomo dan Zuriawan.. Apa Ryan yang melakukan semua ini, yang menyuruh Pak Asep pergi dan menghalangiku untuk bertemu dengannya.. untuk menutupi kebohongannya dan juga keluarganya mengenai Zuriawan, pikir Papa. Tanpa berpikir panjang, Papa kemudian menghubungi Ryan untuk memastikan semua dugaannya itu.