Chereads / My New Neighbour / Chapter 87 - Penyelesaian Masalah Hati

Chapter 87 - Penyelesaian Masalah Hati

Shina masih terus mengurung dirinya sendiri dikamar Rani, hingga saat dirinya akan pergi mandi malam sebelum tidur, dia teringat bahwa semua pakaiannya itu ada didalam lemari dikamar Aris.

"Rani.. tolong kau pergi ke kamar Ayahmu itu dan ambilkan gaun tidurku yang berwarna ungu. Dan juga ambilkan satu set pakaian dalamku. Terserah.. kau bisa mengambil satu set pakaian dalamku yang warna apa saja.." pinta Shina pada Rani

Kemudian Rani pun pergi ke kamar Aris. Saat itu, Rani terlihat mengetuk pintu kamar Aris sebelum masuk.

*Tok.. tok.. tokk.. (suara Rani mengetuk pintu)

"Rani.." ucap Aris ketika membuka pintu

"Ayah.. Mami tadi menyuruhku untuk mengambil pakaian tidur dan pakaian dalamnya karena Mami ingin pergi mandi." ucap Rani

"Hmm.. tapi bagaimana ya. Kau tidak bisa masuk ke kamar ini Sayang." ucap Aris yang membuat Rani terheran

"Memangnya kenapa Yah?" tanya Rani penasaran

"Nyamuk besar itu masih ada didalam.. Ayah tidak mau nanti dia menggigitmu dan kau jatuh sakit. Lebih baik kau suruh Mamimu itu sendiri yang ambil pakaiannya. Kalau Mamimu, dia sudah cukup kebal menghadapi nyamuk besar itu, karena dia sudah pernah digigit sebelumnya." Aris mencoba membohongi putrinya

Rani yang polos kemudian merespon

"Ohh.. Apa nyamuk itu membawa virus seperti nyamuk DBD, Yah? Kenapa tidak dibersihkan saja kamar Ayah? Bahaya nanti loh Yah.. virus DBD itu kan bisa menyebabkan kematian.." respon Rani heboh

"Tidak Sayang.. tidak seperti nyamuk DBD, dia tidak menyebarkan virus dan menyebabkan kematian.. Sudah Rani, lebih baik kau suruh Mamimu untuk datang sendiri dan mengambilnya.. Sepertinya dia masih marah dengan Ayah, sehingga dia menyuruhmu yang datang kesini untuk mengambil pakaiannya." Aris menjelaskan pada Rani

"Rani.. kau mau kan membujuk Mami untuk kembali tidur disini bersama dengan Ayah?" Aris berupaya membujuk Rani untuk membantunya

Rani kemudian mengangguk meresponnya. Tak lama setelah itu, dia pun kembali lagi ke kamarnya menemui Maminya.

"Loh Rani.. mana pakaianku?" tanya Shina heran

"Katanya Ayah, Mami disuruh ambil pakaiannya sendiri.. Disana masih ada nyamuk besarnya, jadi Ayah tidak mengijinkan Rani masuk.. Ayah bilang, kalau Mami yang masuk kesana tidak apa-apa karena badan Mami kan sudah cukup kebal karena sudah digigit oleh nyamuk besar itu.." ucap Rani menjelaskan dengan serius

Shina terlihat kesal mendengar penjelasan Rani. Dalam hatinya dia memaki, kenapa bisa-bisanya Aris membohongi Rani dengan masih mengungkit masalah nyamuk besar itu.

"Ahh iya, tadi Ayah juga meminta Rani untuk membujuk Mami agar Mami mau tidur di kamar Ayah. Mami tidur disana saja ya? Kasihan Ayah.." ekspresi Rani memohon

Tanpa merespon permintaan Rani, akhirnya Shina pun pergi sendiri untuk mengambil pakaiannya di kamar Aris. Saat itu, dia langsung masuk kedalam kamar Aris tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. Sedangkan Aris didalam kamar, dia terlihat sedang membaca buku ditempat tidurnya. Kemudian

"Shina.. apa kau masih marah padaku?" ucap Aris ketika Shina masuk ke dalam kamar

"Aku minta maaf kalau aku membuatmu kesal karena melihat foto-foto Lena masih ada dilaptopku. Sungguh.. aku pun tidak tahu kalau aku masih menyimpan foto-foto itu, sebab itu sudah lama sekali.."

Saat itu Shina tidak memberikan respon apapun terhadap permintaan maaf Aris. Dia masih mencari pakaiannya.

"Hey.. Aku bilang aku minta maaf. Kenapa kau diam dan tidak mau merespon perkataanku." ucap Aris kembali sambil menyentuh bahu Shina

"Minta maaf? Kau pikir dengan minta maaf saja cukup?? Aku sendiri bahkan tidak tahu bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya.. entah kau itu masih mencintai Lena dan hanya berpura-pura saja denganku atau.. Aku benar-benar tidak mengetahuinya sama sekali.." Shina menjawab masih dengan perasaan kesal

"Lalu kau mau aku melakukan apa untuk membuktikannya?" tanya Aris bingung

Shina terlihat diam saat itu. Namun, beberapa saat kemudian dia,

"Handphone?" ucap Shina sambil mengulurkan tangannya meminta handphone Aris

Dan Aris pun kemudian memberikam handphonenya. Shina kemudian menghubungi seseorang dari handphone tersebut. Dan begitu telponnya tersambung,

"Kau bisa keluar sebentar? Ada hal yang ingin ku bicarakan denganmu sekarang.. Penting!! Temui aku sekarang juga didepan pintu apartemenku." lalu Shina pun menutup telponnya

Aris yang terkejut mendengar Shina berbicara dengan seseorang kemudian berkata

"Ryan??" tanya Aris

"Apa kau baru saja menghubunginya?" tanyanya kembali kali ini dengan ekspresi tidak senang

"Untuk apa kau menyuruhnya untuk menemuimu sekarang, malam-malam begini.." respon Aris tiba-tiba terlihat kesal

Tanpa menjawab pertanyaan Aris, Shina mengembalikan handphone tadi kepada Aris dan dia pun kemudian menuju keluar kamar untuk menemui Ryan didepan. Aris yang melihat Shina pergi keluar kamar, tentu saja turut mengikutinya.

Saat itu, ketika Shina membukakan pintu depan, terlihat Ryan sudah ada disana. Lalu, dengan tiba-tiba Shina memeluk Ryan dengan erat, seolah dia sudah lama tidak bertemu dengannya dan sangat merindukannya.

Melihat hal itu Aris pun kemudian emosi. Dengan cepat, dia menarik Shina dari Ryan dengan mencoba melepaskan pelukan Shina itu.

"Shina apa-apaan kau??!" bentak Aris marah-marah

"Kenapa kau memeluk Ryan, hah??"

"Jadi, selama ini kau masih mencintainya dan hanya berpura-pura saja denganku??" ucap Aris kesal dan emosi

Melihat hal itu Shina kemudian tersenyum dan tak lama.. dia pun kemudian tertawa.

Aris dan Ryan merasa heran saat itu. Kalau Ryan, dia merasa Shina sepertinya sudah tidak waras. Untuk apa dia memeluknya tadi dan kenapa dia tiba-tiba tertawa seperti itu, pikir Ryan heran. Sedangkan Aris, dia masih tidak mengerti akan rencana Shina itu. Kenapa dia tiba-tiba tertawa. Apa benar anggapannya bahwa Shina hanya memainkan perasaannya saja selama ini.

"Kau sudah melihatnya kan?" ucap Shina tiba-tiba

Saat itu Aris dan Ryan masih tidak mengerti, perkataan Shina itu ditujukan untuk siapa.

"Aku sudah membuktikannya sendiri, bahwa dia memang benar mencintaiku dan anggapanmu selama ini salah.." Shina melanjutkan

"Hey Ryan, Aris itu benar-benar sudah berpaling hatinya dari istrimu Lena. Dan kini, dia telah benar-benar mencintaiku.." ucap Shina percaya diri

"Kau sudah melihatnya sendiri kan, bagaimana dia terlihat emosi dan kesal saat tahu aku tiba-tiba memelukmu seperti tadi.."

"Hanya saja, suamiku itu lebih terkontrol emosinya dibandingkan denganmu, yang hanya asal main pukul menggunakan kekerasan untuk meluapkan emosimu itu.."

"Jadi mulai sekarang, berhenti mengganggu atau mengusik suamiku. Apalagi kau menghubung-hubungkan dia dengan istrimu itu, hanya karena mereka merupakan pasangan dimasa lalu.."

"Aku tahu betul bahwa suamiku Aris tidak mungkin melakukan hal-hal yang akan mebuatku kecewa, dengan kembali berhubungan dengan Lena mantannya dulu.. Jadi, kau jangan sampai salah paham padanya lagi ya Ryan?"

"Awas saja.. kalau kau berani memukulnya kembali, kali ini aku tidak akan segan-segan untuk memenjarakanmu." ucap Shina mengancam

Mendengar semua perkataan dari Shina membuat Aris tersenyum bahagia. Dia kemudian merangkul Shina sambil sesaat mengecup keningnya.

"Jadi kau sengaja ingin menunjukkan ini padaku?" ucap Aris takjub

"Aku tidak menyangka, kalau kau akan melakukan ini semua demi menuntaskan masalah kesalahpahamanku dengan Ryan.. Kau memang benar-benar luar biasa Shina. Aku bangga padamu" ucap Aris senang sambil mengelus-ngelus rambut Shina

Ryan yang melihat pertunjukkan drama itu pun merasa tidak peduli, seolah itu adalah sesuatu yang tidak penting dan bukan urusannya. Kemudian dengan ekspresi datarnya dia kembali berkata,

"Jadi kau menghubungiku malam-malam.. mengatakan ada sesuatu yang penting.. hanya untuk menunjukkan drama kacangan kalian ini??" ucap Ryan tidak senang

Shina kemudian menjawabnya dengan menaikkan alis dan membuat ekspresi wajah yang seolah mengatakan "Iya, memangnya kau pikir untuk apa lagi aku memanggilmu keluar, hah?"

"Brengsek.. Membuang-buang waktuku saja.." ucap Ryan kesal dan dia pun kembali masuk ke dalam unitnya dengan perasaan tidak senang.