Chereads / My New Neighbour / Chapter 85 - Shina dan Karin

Chapter 85 - Shina dan Karin

Seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar dari Ryan, Shina masih saja mematung ditempatnya itu. Bagaimana mungkin Aris masih mencintai Lena.. Bukankah selama ini dia.. tapi tunggu dulu. Benar juga.. Kalau dipikir-pikir, Aris tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya secara langsung padaku. Apalagi menyatakan cinta, dia tidak pernah melakukannya. Dia hanya pernah merasa cemburu pada Roy dan juga Ryan, tapi itu semua kan tidak bisa menjamin bahwa dia tulus mencintaiku.

Kemudian Shina pun berpikir, bagaimana caranya agar aku bisa membuktikan bahwa Aris memang benar-benar mencintaiku.. Aku tidak mungkin kan menanyai secara langsung didepannya, seperti "Hey Aris, apakah kau benar mencintaiku dengan tulus? Kalau memang iya, sekarang aku ingin kau membuktikannya.."

"Gila, yang benar saja.. Aku tidak mungkin melakukan hal memalukan seperti itu. Yang ada harga diriku bisa turun karena aku telah memaksanya untuk mengatakan cinta padaku.. Itu sama saja seperti aku yang menyatakan cintaku 2x dihadapannya. Tidak.. tidak.. tidak.." ucap Shina dalam batin menolak

"Sebaiknya aku harus mencari bantuan seseorang dalam hal ini, tapi siapa?.." respon Shina bingung

"Tidak mungkin Ryan, apalagi Roy,  atau Lena. Lucy juga tidak mungkin..

Ahh iya.. Karin!!"

Lalu Shina pun menghubungi Karin saat itu.

"Halo Karin.." sapa Shina ditelpon

"Ya?.." jawab Karin

"Ini aku Shina istrinya Aris. Tetangga sebelahnya Lena, temanmu itu.." Shina menjelaskan

"Iya.. yang mantannya Ryan juga kan?" Karin memperjelas

Saat itu Shina tidak menyukainya begitu Karin menyebutnya sebagai mantan Ryan. Terlebih saat itu dia masih merasa kesal dengan Ryan.

"Iya.." jawan Shina dengan ekspresi tidak senang

"Ada apa Shina? tumben lw hubungi gw?" tanya Karin penasaran

"Bentar-bentar.. masalah Aris pasti deh ya?" Karin memprediksi

"Iya.. Sebenarnya ada yang mau aku tanya sama kamu.." Shina yang belum selesai bicara dipotong tiba-tiba oleh Karin

"Gak usah make aku kamu, formal banget kesannya. Lw gw aja biar lebih nyantai.." Karin menyarankan

"Ohh! Iya.. maksudku, ehh.. maksud gw, lw kan udah lama berteman sama Aris dari kuliah dulu. Menurut lw, apa Aris itu termasuk tipe-tipe orang yang susah buat nyatain perasaan cintanya ke seseorang?" tanya Shina

"Aris itu emang bukan tipe cowok yang romantis. Dia jarang ngasih bunga atau surprise gitu ke Lena dulu, kecuali momen-momen tertentu. Dan selama pacaran sama Lena juga, dia cuma nunjukkin perhatian yang sewajarnya aja.. gak lebay kayak cowok-cowok lain. Mungkin karena dia itu sibuk ikut banyak kegiatan kampus sama kerja juga. Hidupnya itu monoton.. hanya kuliah, kegiatan kampus, kerja, dan juga Lena.. Bahkan kadang Lena juga sering dianggurin dan kebanyakan jalan sama gw" Karin menjelaskan

"Ohh.." Shina memberi respon

"Tapi waktu dia nembak Lena waktu itu lucu juga sih. Dia ngomong panjang lebar gitu, udah kayak ngapalin dialog disinetron-sinetron.. Dia nembak pake pernyataan proposal yang di ucapin cowok buat ngelamar ceweknya.. Gila aja kan. Gw aja gak nyangka dia bisa ngomong kayak gitu. Maksud gw, untuk ukuran seorang Aris, cowok datar yang jarang berekspresi.." Karin melanjutkan

"Aris ngelakuin itu ke Lena??" tanya Shina tak percaya

"Iya.. pake bawa-bawa buket bunga segala juga. Lucu banget sumpah.. Padahal mereka baru kenal 3 bulanan gitu. Mungkin cinlok kali, gara-gara sering ikut kegiatan bareng.." Karin menjelaskan dengan antusias

Saat itu Shina terlihat iri dan cemburu. Aris saja tidak pernah sekalipun memberikanku bunga. Dia hanya membelikanku daster yang disulapnya menjadi rok span, mentraktirku makan sate, dan nonton bioskop.. selain itu, tidak ada hal spesial lainnya lagi yang dilakukannya untukku, pikir Shina sedih. Hingga tanpa sadar dia terus berdiam ditelpon saat itu. Kemudian,

"Hey Shina.. masih hidup kan lw? Kok diem aja sih." ucap Karin menyadarkan Shina dari lamunannya

"Ahh.. Iya. Terus terus.. apalagi selain itu?" tanya Shina kembali

"Apalagi apanya.. Sekarang gini deh, gantian lw yang cerita sama gw. Lw lagi ada masalah apa sama Aris? Kali aja gw bisa bantu.." Karin menawarkan

"Sebenarnya gw masih bingung.. Maksudnya gini Karin, Aris itu.. apa dia masih cinta sama Lena. Gw rasa sampai sekarang kayaknya dia masih cinta sama sahabat lw itu.." ucap Shina

"Tau darimana? Maksud gw, apa lw udah buktiin hal itu sendiri ke Aris langsung?" tanya Karin kembali

"Nah itu dia Karin. Gw bingung, gimana cara buat buktiinnya." tanya Shina

Kali ini Shina terlihat sedikit antusias karena sejak awal dia menghubungi Karin memang hanya untuk menanyai hal ini.

"Hmm.. Gimana ya? Masalahnya ini si Aris, cowok datar yang susah berekspresi. Mau lw kerjain atau gimanain juga, dia masih tetep aja legowo legowo gitu.. Belum lagi sifatnya yang baik sama friendly itu, bikin cewek-cewek gagal paham dan ngira kalau Aris naksir ke mereka."

"Nah itu dia Karin. Takutnya selama ini gw cuma salah ngira, kalau ternyata perlakuan Aris itu.. sikap baik dan ramahnya selama ini ke gw sama seperti perhatiannya ke orang lain. Bukan karena doi suka atau cinta ke gw.." Shina menjelaskan

"Ahh.. atau lw buat aja dia cemburu." Karin menjelaskan

"Udah.. Waktu itu dia pernah cemburu sama Roy dan juga Ryan. Tapi kan.. cemburu juga tidak menandakan kalau dia suka atau cinta ke gw.. Gw mau bukti yang lebih real.. yang bisa nunjukkin, oke fix ini si Aris emang bener-bener udah jatuh cinta sama gw" Shina menjelaskan

"Ahh..atau gini aja Shin, lw buat dia kesel ma jengkel, sampai sejengkel-jengkelnya. Buat dia marah ke lw.."

"Hah? Kok buat dia marah sih?? Ntar yang ada dia malah benci atau ilfeel ke gw." Shina menolak

"Sekesel-keselnya cowok.. atau sebenci-bencinya dia ke lw, dia bakalan tetep maafin lw kalau lw itu termasuk orang yang dia cintai. Dia gak bakalan ilfeel sama lw kalau emang dia tulus ke lw Shina.."

"Masuk akal juga sih, tapi.. masa harus sampe buat dia kesel sama marah gitu. Apa gak ada cara lain yang lebih halus lagi?" tanya Shina kembali

"Sebenarnya kalau menurut gw, dia cemburu sama lw aja udah termasuk buktiin kalau dia cinta sama lw, tapi karena lw minta yang lebih dari itu.. jadi, cara ini satu-satunya Shin." Karin menjelaskan

"Ehh.. tapi kalau ternyata Aris nanti beneran kesal atau benci sama lw. Lw jangan nyalahin gw ya. Risiko ditanggung lw sendiri.. Gw cuma ngasih saran aja disini, gak mau nambah musuh." Karin menjelaskan

"Iya Karin. Lw tenang aja. Ngomong-ngomong makasih buat saran dan masukannya. Lw enak juga diajak ngobrol. Kapan-kapan kayaknya kita perlu hang out bareng nih." ucap Shina

"Iya gampang. Kalau ada apa-apa, nanti lw hubungi gw aja." balas Karin

"Ohh iya hampir lupa. Mengenai temen kantornya Aris. Hari ini gw tanyain nanti ke dia ya. Abis itu langsung gw kasih nomor kontaknya ke lw. Maaf sebelumnya.. baru inget lagi sekarang soalnya gw, Shin." lanjut Karin

"Iya gak apa-apa. Sorry sebelumnya udah repotin lw Karin.." balas Shina

"Pokoknya saran gw, kalau lw gak yakin buat jalanin rencana lw nanti. Gak usah lw jalanin.." Karin kembali menyarankan

"Lw tenang aja. Kali ini gw cuma mau buktiin aja. Risiko nanti dia benci gw, kita pikirin nanti ke depan.. Masalahnya malah, kira-kira bisa gak nanti gw buat dia jadi marah. Lw tau kan Aris orangnya gimana.." Shina kembali menjelaskan

"Kalau itu kan cuma lw yang tahu, secara lw itu istrinya. Kalau gw cuma bisa bantu ngasih saran aja Shin." balas Karin

"Yaudah nanti gw pikirin gimana caranya. Gw tutup telponnya. Makasih Karin."

"Iya sama-sama Shina. Good luck buat rencana lw.. Bye.." dan telepon pun ditutup.

Setelah itu, Shina kembali ke unitnya untuk menjalankan misinya yakni membuat Aris kesal dan marah untuk membuktikan seberapa tulus dia mencintainya.

Di apartemen Ryan dan Lena.

Saat itu, Ryan telah kembali dari lobby. Ketika memasuki kamar kami, aku pun langsung menanyainya.

"Sudah selesai Mas urusannya?" tanyaku

"Iya.." jawabnya tersenyum

Lalu Ryan mendekat. Dia duduk di atas kasur di samping ku. Ketika itu, aku memberanikan diri untuk menanyakan semua permasalahan yang selama ini membuatku penasaran yakni mengenai hubungan Mama mertuaku denga si Zuriawan itu.

"Mas.." sapaku kembali

"Aku dengar dari Heru sebelumnya, saat aku mencarimu sebelum kau menghilang itu.. dia bilang, katanya Mas saat itu pergi ke rumah untuk menemui Mama terkait masalah Zuriawan. Apa itu benar?"

Mendengar pertanyaanku Ryan terlihat terkejut. Dia mematung sesaat. Sampai akhirnya dia bilang,

"Sayang, kamu percaya sama aku kan.." tanyanya sambil menatap mataku dalam

Walaupun ada perasaan takut saat itu, tapi aku beranikan diri untuk tetap mau mempercayainya. Kemudian aku mengangguk menjawab pertanyaannya.

"Nanti.. setelah urusan pekerjaan Papa selesai di New York.. setelah aku kembali kesini aku akan menjelaskan semuanya padamu." ucap Ryan

"Besok sepertinya aku harus kembali lagi kesana. Dan aku tidak tahu sampai berapa lama itu. Jadi, aku harap kamu bisa sabar nunggu aku disini Sayang.."

"Aku gak mau sampai kamu ngelakuin hal-hal aneh lagi, sehingga membuatmu terluka seperti ini. Kali ini aku mohon, kamu dengerin aku. Jangan lagi kamu nyetir mobil ya?"

"Terus juga untuk masalah Aris, kamu kan sudah lama menjadi istriku.. jadi kamu tahu mana hal-hal yang sangat kubenci dan membuat emosiku naik. Apapun itu.. tolong hindari Aris. Gak peduli Papa nanti minta dia datang ke rumah atau gimana, cukup kamu saja yang menghindari dia. Biar dia tahu diri dan merasa risih.. Nanti akhirnya dia sadar sendiri dan gak berani lagi deket-deket sama kamu.. Kamu mau kan ngelakuin itu semua demi aku Sayang?" tanya Ryan kembali memastikan

"Iya Mas. Maafin aku sebelumnya. Maaf sudah membuatmu salah paham seperti itu. Waktu itu, aku hanya sedang mengobrol dengannya diruang tamu.. Tanpa sengaja, aku mengungkapkan semua perasaan gundahku saat menceritakan tentang kamu yang menghilang tanpa kabar selama berhari-hari ke dia.. Aku pun menangis saat itu.. saat aku menceritakan semuanya ke Aris. Aku sangat khawatir dan rindu padamu.. aku takut ada apa-apa terjadi sama kamu Mas, makanya aku nangis saat itu. Lalu, tiba-tiba Aris langsung memelukku untuk menenangkanku. Sungguh.. cuma itu yang terjadi saat hari itu. Kita tidak berpelukan karena memang kita ingin atau seperti yang Mas bayangkan" aku berusaha menjelaskan

"Apapun alasannya aku tidak suka melihatmu berdekatan dengan lawan jenis.. terutama Aris. Untung saja aku tidak langsung membunuhnya saat itu juga. Kamu gak mau kan aku jadi seorang pembunuh??" tanya Ryan yang membuatku benar-benar takut dan terkejut

"Jadi kamu harus bantu aku agar aku tidak menjadi gelap mata dan melakukan hal-hal diluar nalarku itu Sayang, hanya karna aku tidak suka melihatmu berdekatan dengan lelaki manapun terutama Aris.." Ryan menjelaskan

Kemudian Ryan memelukku.

"Tapi syukurlah semuanya tidak terjadi.. Aku percaya kamu gak akan melakukan hal-hal aneh atau selingkuh dari aku. Maafkan aku sebelumnya yang udah berkata kasar ke kamu waktu itu ya" ucapnya kembali.

Aku mengangguk menjawabnya dan kemudian kami pun berciuman.