Saat itu Shina mengambil handphone Aris hanya untuk mencatat nomor Ryan di hp-nya. Setelah berhasil mendapatkan nomornya, dia pun pergi ke lobby apartemen untuk menghubungi Ryan disana.
Dirumah Sakit,
Ryan yang ketika itu sedang menyuapiku makan siomay, di buat terkejut oleh handphonenya yang tiba-tiba berdering. Melihat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, Ryan pun malas untuk mengangkat. Sedangkan aku, aku yang merasa risih karena panggilan telpon tersebut terus berbunyi,
"Sudah angkat saja Mas telponnya. Siapa tahu penting." ucapku
Dan akhirnya Ryan pun mengangkat telponnya.
"Halo Ryan.." sapa Shina
Ryan terkejut mendapat panggilan telepon dari Shina, kemudian tanpa sadar dia berkata
"Shi.." saat itu Ryan berhasil menghentikan ucapannya sambil kemudian memandang ke arahku. Lalu, dia pun melanjutkan
"Siapa ini? Ada apa menghubungiku?" tanya Ryan kikuk
"Apa sekarang kau sedang bersama dengan Lena?" tanya Shina
"Iya.." jawab Ryan singkat
"Terserah.. Aku tidak peduli." ucap Shina. Kemudian dia melanjutkan
"Hey Ryan.. Berani sekali kau melakukan itu pada suamiku Aris. Kenapa kau memukulnya, hah? Memangnya apa yang telah dilakukan Aris padamu??" ucap Shina emosi
"Pokoknya aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal ini pada Aris. Lihat saja apa yang akan kulakukan nanti jika kau berani memukul Aris lagi." ancam Shina pada Ryan
"Saat ini istri saya sedang dirawat di Rumah Sakit. Nanti saja anda hubungi saya lagi.." dan Ryan pun kemudian menutup telponnya.
Saat itu Shina,
*Tuut.. (Nada telponnnya terputus tiba-tiba)
"Brengsek.." makinya.
Dan diapun mencoba kembali menghubungi Ryan.
Sementara Ryan, dia tidak mau menjawab teleponnya itu. Aku yang melihatnya pun kembali bertanya,
"Kenapa tidak diangkat teleponnya Mas? Memangnya tadi siapa yang menelepon??" tanyaku penasaran sambil melihat layar handphonenya
Ryan saat itu terlihat memblokir nomor tersebut di handphonenya.
"Orang asuransi. Dia tadi menawariku untuk ikut asuransi. Merepotkan saja.." ucap Ryan, kemudian dia memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya dan kembali menyuapiku makan.
Saat itu, aku sedikit curiga. Masa iya orang asuransi telpon menggunakan nomor handphone bukan nomor kantor.. tapi seketika aku menepis prasangka itu. Aku beranggapan bahwa tidak mungkin kan Mas Ryan selingkuh dariku. Buktinya tadi dia langsung memblokir nomor tersebut di hp-nya, pikirku saat itu.
Sementara di lobby apartemen, Shina terlihat geram. Dia tidak menyangka bahwa Ryan akan langsung memblokir nomornya itu. Dengan perasaan kesal, kemudian dia memutuskan untuk kembali ke unitnya. Saat itu Aris telah selesai mandi. Dia melihat Shina baru kembali ke unitnya.
"Kau dari mana?" tanya Aris
"Ada sedikit masalah disekolah. Ada seorang murid bermasalah dan aku akan melakukan tindakan tegas padanya. Kalau tidak, dia akan terus mengganggu dan menyakiti murid yang malang itu.." Shina berbohong
"Kasus pembullyan?" tanya Aris kembali
"Iya, sama seperti kasus Ryan membully-mu. Kalau tidak diberi ancaman dia pasti tidak akan jera.. Aku harus berbuat perhitungan kali ini padanya.."ucap Shina antusias
"Tapi sebaiknya jangan lakukan dengan kekerasan. Kekerasan melawan kekerasan hanya akan menimbulkan masalah yang lebih besar.." Aris menasehati
"Kau tidak usah ikut campur!! Kalau kau mau membantu, cukup selesaikan saja masalahmu sendiri dengan Ryan. Buat Ryan agar dia tidak lagi menghajarmu ketika terjadi kesalahpahaman lagi diantara kalian. Kalau kau bisa melakukan hal itu, baru kau bisa berkomentar disini.." ucap Shina ketus yang dibalas oleh tindakan diam seribu bahasa oleh Aris.
Aris saat itu tahu bahwa sepertinya mood istrinya Shina sedang buruk, apalagi saat ini dia juga sedang datang bulan.. tanpa dia sadari bahwa sebenarnya dirinyalah yang menyebabkan mood buruk pada istrinya itu.
Dirumah sakit
Saat itu lukaku telah diobati. Dua luka jahitan di tangan dan pelipisku sudah dijahit. Sedangkan luka memar dibagian wajah, pipi, dan dadaku sudah agak mendingan ketika aku meminum obat pereda rasa nyeri yang diberikan oleh perawat tadi. Beruntung, aku tidak mengalami cedera parah. Airbag sepertinya menjalankan fungsinya dengan baik. Walaupun airbag tersebut tidak mengcover (melindungi) seluruh area wajah dan dadaku, karena posisi tubuhku yang saat menyetir itu sedikit lebih rendah dibandingkan dengan posisi airbagnya, tetapi itu cukup membantuku dalam mengurangi risiko terjadinya cedera yang lebih parah akibat kecelakaan tadi.
Hal yang paling kukhawatiran saat ini yaitu kondisi mobil BMW Papa yang rusak berat, terutama bagian kap mesinnya yang menganga besar itu. Entah bagaimana aku harus menjelaskan hal ini pada Papa. Papa pasti marah besar jika tahu aku mengalami kecelakaan seperti ini. Untuk alasan tersebut, aku meminta Mas Ryan untuk membawaku ke apartemen kami saja nanti, ketika aku keluar dari Rumah Sakit. Sebelumnya kami telah memberitahukan pada Papa bahwa kami akan tinggal di rumah mertuaku selama beberapa hari dan Papa juga saat itu tidak mempermasalahkannya.
Mengenai masalahku dengan polisi, Ryan sudah mengurus semuanya dengan baik. Dia terlihat menghubungi beberapa orang untuk membantuku.. agar aku tidak sampai harus ditahan atau berurusan dengan polisi terkait kasus pelanggaran lalu lintas karena mobilku saat itu yang melaju dengan kecepatan penuh menabrak pagar pembatas di jalan tol. Di saat yang sama aku merasa bersalah sekaligus bangga. Bersalah karena aku membuat Ryan lebih repot lagi dengan mengurus semua masalahku disamping masalahnya itu, serta aku bangga.. karena aku memiliki suami yang bisa diandalkan seperti dia.
Beberapa saat setelahnya, kami kembali ke apartemen. Saat itu hp Ryan kembali berdering. Kali ini hanya berdering satu kali dan dilanjutkan dengan nortifikasi pesannya. Ryan tidak mempedulikannya. Dia membawaku masuk ke kamar untuk beristirahat. Aku yang saat itu merasa sebagai bebannya, kemudian menyuruhnya untuk menyelesaikan masalah dari orang yang dari tadi terus saja menghubunginya itu. Akhirnya Ryan pun mau membuka handphone dan membaca pesannya. Ternyata itu dari Aris. Akan tetapi, sebenarnya itu dari Shina yang menghubunginya melalui hp Aris, yang menginginkan Ryan agar dapat bertemu dengannya sekarang juga di lobby bawah.
Karena merasa jengah terhadap ulah Shina, akhirnya Ryan mau menuruti keinginannya. Dia kemudian meminta izin padaku untuk keluar mengurus beberapa pekerjaannya. Dan begitu aku mengizinkannya, dia pun langsung turun ke bawah menemui Shina di lobby.
"Hey Ryan, kenapa kau langsung meblokir nomorku tadi" ucap Shina begitu melihat Ryan keluar dari dalam lift dan menghampirinya.
Tanpa mempedulikan pertanyaan Shina tadi, Ryan menarik Shina menuju tempat yang lebih sepi untuk dapat bebas berbicara dengannya.
"Kau.. Apa yang kau inginkan?" tanya Ryan kesal
"Keadilan.." jawab Shina sambil melepaskan tangan Ryan yang menyeretnya tadi
Saat itu Ryan terlihat mengernyitkan keningnya, tidak mengerti apa maksud dari kata-kata Shina.
"Seenaknya saja kau memukul orang sembarangan. Kau pikir kau itu siapa, hah? Dengar Ryan, walaupun kau kaya dan mempunyai kedudukan serta kekuasaan, aku tidak akan membiarkan kau berbuat semena-mena seperti tadi pada Aris." ucap Shina emosi
Mendengar pernyataan Shina tersebut membuat Ryan tertawa.
"Kenapa kau menertawaiku seperti itu?" ucap Shina tidak senang
"Aku hanya tidak menyangka bahwa kau ternyata benar-benar mencintai suamimu itu Aris." ucap Ryan masih tertawa
"Tentu saja. Aku istrinya dan dia suamiku. Tentu saja aku mencintainya." jawab Shina
"Dengar Shina, kalau kau memang benar-benar mau memiliki Aris seutuhnya.. harusnya kau bisa membuat suamimu itu hanya melihat padamu seorang, tidak mengganggu mantan pacarnya dulu yang telah menjadi istri orang lain.." jawab Ryan
"Apa maksudmu?" tanya Shina bingung, tidak mengerti
"Apa kau tahu apa yang dilakukan Aris saat dirumah mertuaku itu, hah?? Dia memeluk istriku. Bagaimana aku bisa tidak emosi, melihat pria keparat itu memeluk istriku. Masih bagus dia tidak kubunuh saat itu juga. Berani sekali dia menyentuh istriku dengan memeluknya.." ucap Ryan menggebu-gebu tidak terima
"Apa kau bilang?? Aris memeluk Lena?" tanya Shina seolah tak percaya
"Iya dia memeluknya.." Ryan memastikan
"Tidak.. tidak mungkin. Bagaimana mungkin dia masih mempunyai perasaan terhadap Lena. Jelas-jelas dia mencintaiku.. Ini pasti hanya salah paham" Shina berusaha menolak
"Terserah apa yang kau pikir dalam khayalanmu itu, yang jelas sepertinya sampai saat ini dia masih mencintai istriku.." jawab Ryan
"Brengsek.." maki Shina tidak senang
"Kalau kau tidak percaya buktikan saja sendiri. Dan jangan memintaku untuk terlibat didalamnya. Karena kau tahu kan, apa yang akan kulakukan nanti padanya.. Jika ternyata dia memang masih mencintai istriku dan berani mendekatinya.. Aku akan menyingkirkan dia dari muka bumi ini." dan Ryan pun pergi meninggalkan Shina yang masih terkejut mendengar semua pernyataannya tadi.