Ketika aku pergi meninggalkan Ryan saat itu, Ryan tidak mengejarku. Berbeda dari pertengkaran-pertengkaran kami sebelumnya, kali ini dia benar-benar terlihat marah. Aku belum pernah melihat emosinya yang begitu memuncak seperti tadi. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu.
Padahal sebenarnya aku sangat berharap dia akan kembali dan membujukku agar aku mau memaafkannya.. tapi kali ini tidak dilakukannya. Saat itu, aku terus mengurung diriku sendiri dikamar sambil menangis, hingga tiba-tiba Papa memanggilku dari luar kamar.
"Lena.. Lena.." ucap Papa heboh dari luar kamar
"Kau sudah dengar beritanya?" ucap Papa kembali
"Ayah mertuamu.. Pak Pratomo, dia terkena stroke.. Bahkan, beberapa kabar angin memberitakannya beliau telah meninggal. Kau cepat hubungi Ryan untuk memastikan kabar ini?" ucap Papa kembali yang membuatku terkejut
Dengan segera aku menyeka air mataku itu dan langsung menuju ke kamar mandi yang ada dikamar. Aku kemudian membasuh wajahku, agar Papa tidak melihat mataku yang sembab sehabis menangis tadi.
Kemudian sesaat setelah aku keluar kamar,
"Kau cepat temani Ryan. Kasihan dia.. Pasti dia membutuhkanmu disisinya saat ini." ucap Papa menyuruhku pergi
"Lalu, bagaimana dengan Papa disini?" tanyaku
"Papa tidak apa-apa. Tidak usah mencemaskanku. Papa kan sudah sehat sekarang.. Cepat temui Ryan dan Ibu Mertuamu. Saat ini mereka membutuhkanmu, karena kau ini kan menantu di keluarga mereka.." ucap Papa kembali
Aku pun pamit pada Papa dan langsung keluar Rumah. Saat itu, aku mencoba menghubungi Ryan. Kali ini telponnya terhubung, tetapi dia tidak mau menjawabnya. Aku terus menghubunginya saat itu, tetapi tetap saja dia tidak mau menjawab telponnya. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirim pesan padanya.
"Mas, kamu dimana sekarang? Aku mau bertemu."
Dia hanya membaca pesanku saat itu, tidak dibalasnya. Terlihat sekali centang dua biru di hp-ku bahwa dia telah membaca pesannya, tetapi dia tidak menjawabnya. Aku pun kembali menghubunginya, tetapi tidak dijawab. Kemudian aku memutuskan untuk pergi ke kediamannya, ke rumah keluarga Pratomo.
Sesampainya disana Ryan tidak ada. Bahkan, Papa dan Mama mertuaku juga tidak di sana. Aku sempat menanyakan pada asisten mereka dan mereka bilang mereka tidak tahu apapun mengenai berita Tuannya itu. Bahkan, semua penghuni rumah juga belum kembali hingga sekarang, jadi mereka tidak tahu apa-apa. Aku yang kecewa, mencoba kembali menghubungi Ryan, tetapi dia masih tidak mau menjawabnya.
"Mas kamu dimana? Aku sekarang ada dirumahmu." aku kembali mengirim pesan padanya dan diapun langsung membacanya saat itu juga, tetapi masih tetap tidak dibalas.
Lama menunggu balasan darinya, aku pun kemudian pergi ke Rumah Sakit menemui Heru.. barangkali Ryan ada disana, pikirku saat itu. Sepanjang perjalanan aku masih tetap menghubunginya, tetapi masih tidak dijawab. Dan sesampainya di Rumah Sakit, di kamar Heru,
"Mas Heru.. Apa Mas Ryan tadi datang kesini menemuimu Mas?" tanyaku
"Ryan tadi sempat kesini.."
"Dimana dia sekarang?" potongku tiba-tiba
"Papanya terkena stroke dan beliau.." Heru tidak melanjutkan kata-katanya
"Ryan.. mungkin saat ini ada dibandara. Dia akan kembali ke New York hari ini mengurus semua pekerjaan Papanya yang masih tertunda. Karena semenjak Papanya sakit, Ryan sibuk menggantikan posisinya disana. Mungkin itulah alasan dia menghilang dan tidak pulang beberapa hari ini. Dia kembali kesini hari ini hanya untuk mengabarimu dan langsung kembali ke New York lagi.."
Mendengar ucapan Heru, aku tiba-tiba merasa bersalah. Pantas saja dia begitu emosional hari ini. Rupanya dia sedang mengalami banyak masalah dan Papanya juga sedang sakit. Bodohnya aku.. harusnya aku langsung minta maaf tadi. Dia pasti merasa sedih sekarang.. ucapku menyesal dalam hati.
Aku pun dengan segera menuju bandara sambil ku meneleponnya. Akan tetapi, seperti yang sudah-sudah.. dia masih tidak mau menjawab panggilannya. Kemudian aku kembali mengirim pesan padanya
"Mas, kamu jangan berangkat dulu ke New York. Aku otw bandara sekarang.." tulisku dipesan mengabarinya
Dengan kecepatan penuh, aku melajukan mobilku menuju bandara.
Sementara saat itu Ryan, dia ternyata kembali kekediamannya.
"Pak Ryan. Bapak sudah kembali." sapa salah satu asisten disana
"Tadi Ibu Lena sempat kesini menanyakan keberadaan Bapak dan juga Nyonya besar. Sudah dari beberapa hari yang lalu, dia menelpon dan bolak-balik datang kemari mencari Bapak. Bahkan Ibu Lena juga tadi berpesan, agar saya segera menghubunginya ketika Bapak telah kembali kesini." ucap asisten tersebut
"Apa sebaiknya saya menelpon Ibu Lena sekarang untuk memberitahukan keberadaan Bapak?" tanya asisten itu kembali
"Tidak perlu. Kau tidak usah menghubunginya. Tidak perlu memberitahukan padanya mengenai keberadaanku sekarang.." jawab Ryan
"Baik Pak." ucap asisten tersebut mematuhi
Ryan kemudian pergi ke ruang kerja Papanya untuk mengambil beberapa berkas dokumen untuk di bawa ke New York. Dia pun terlihat mengambil beberapa stel pakaiannya. Kemudian dia berpesan kepada para asisten disana.
"Kalau Ibu Lena datang kembali kemari, jangan beritahukan padanya kalau aku sempat pulang kesini. Dan juga jangan beritahukan apapun padanya, termasuk aku yang akan kembali ke New York hari ini."
"Baik Pak." jawab mereka semua serentak
Dan Ryan pun pergi meninggalkan rumahnya. Saat itu, tiba-tiba tali tasnya terputus sehingga membuat tasnya tersebut jatuh ke bawah. Ryan saat itu ingin mengganti tasnya, hanya saja.. waktu keberangkatannya yang sudah dekat, ditambah lagi dengan kondisi jalan ibu kota yang tidak menentu jam kemacetannya, akhirnya dia mengurungkan niatnya itu dan langsung pergi ke bandara dengan tas itu.
Benar saja, kondisi jalan memang sedang macet. Hp Ryan kemudian tiba-tiba berdering
Kring.. Kringg.. Kriiiingg..
Ternyata itu panggilan dari Papa mertuanya. Dia sempat bingung menimbang, apakah sebaiknya dia mengangkatnya atau tidak. Namun akhirnya, dia memutuskan untuk mengangkatnya juga.
"Halo Ryan.." sapa Papaku
"Kau dimana sekarang? Apa sekarang Lena sedang bersamamu?" tanya Papa kembali
Saat itu Ryan terlihat bingung ketika akan menjawab, sehingga dia hanya terdiam ditelpon.
"Papa punya firasat tidak enak. Tadi tiba-tiba gelas yang Papa ingin minun pecah. Papa hanya merasa khawatir padanya. Apa sekarang dia ada bersama denganmu?" tanya Papa kembali
Tiba-tiba supir taksi yang dinaiki Ryan berkata
"Pantas saja bisa macet seperti ini. Ternyata ada kecelakaan didepan.." ucap sang supir
Ryan kemudian mengarahkan pandangannya ke depan melihat mobil yang mengalami kecelakaan itu dan dia pun terkejut. Dengan cepat dia keluar dari taksinya meninggalkan handphone dan juga tasnya disana untuk melihat dan memastikan bahwa mobil itu bukan mobil sedan milik Papa mertuanya yang sedang dikendarai istrinya.
Ryan kemudian mendekat dan tiba-tiba dia shock.. dalam keadaan panik kemudian dia berkata,
"Dimana.. dimana wanita yang mengendarai mobil ini tadi?" tanyanya pada orang-orang yang berkerumun disana
"Tadi sudah dibawa oleh ambulan ke Rumah Sakit Pak" jawab seseorang diantara mereka
"Rumah Sakit?.. Rumah Sakit mana??" ucapnya sambil berteriak panik
Beberapa orang terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah menjawab tidak tahu. Namun salah seorang diantaranya kembali berkata,
"Mungkin Rumah Sakit terdekat dari sini.." ucap orang tersebut
Setelah itu, dia pun menyuruh supir taksi tadi berbalik dan menuju Rumah Sakit.