Setelah Shina dan Aris meninggalkan Roy, Aris masih terlihat tersenyum. Dia masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana reaksi Shina ketika dengan cepat dia menggandeng tangannya dan mengakuinya sebagai suami dihadapan Roy, hingga tanpa sadar Aris mengucapkan ulang kata Sayang.. seperti yang sebelumnya Shina ucapkan padanya.
Shina yang mendengar Aris mengucapkan Sayang tiba-tiba terkejut. Dengan gerakan refleks dia kemudian melepaskan genggaman tangan Aris sambil berkata,
"Maaf memanggilmu dengan sebutan Sayang seperti itu. Aku terpaksa melakukannya karena aku sedang malas berurusan dengan Roy saat ini." ucap Shina yang membuat Aris sedikit tidak senang saat mendengarnya
"Terpaksa?.." ucap Aris dengan nada kecewa dalam hati
"Baiklah.. Kalau memang seperti itu maumu. Aku akan membuatmu terus-terus memanggilku dengan sebutan Sayang mulai hari ini." pikir Aris kemudian
Lalu, diapun mulai dengan cepat kembali menggandeng tangan Shina yang tadi dilepaskan dan berkata,
"Sayang.. Memang begitu kan seharusnya kau memanggilku sebagai suamimu. Aku tidak mau orang-orang salah paham nanti kalau kau hanya memanggilku dengan nama saja. Bisa-bisa mereka hanya menganggapku sebagai kakakmu.." ucap Aris yang membuat Shina terkejut dan malu saat mendengarnya
Shina terheran melihat perlakuan Aris yang menggandengnya secara tiba-tiba serta berkata seperti itu. Kemudian dia terlihat serius menatap Aris, seolah bertanya "Kenapa kau tiba-tiba melakukan hal ini Aris?"
Sambil setengah berbisik, Aris pun berbohong sambil menjawab
"Roy.. Dia ada dibelakang kita saat ini. Katanya kau sedang malas kan untuk berhadapan dengannya.." bisik Aris yang berhasil membuat Shina penasaran dan ingin menoleh ke belakang
Saat Shina hendak menoleh, dengan sigap Aris kemudian menahan bahunya agar Shina tidak jadi menoleh dan melihat ke arah belakang sambil berkata,
"Apa yang ingin kau lakukan hah, Shina? Kau ingin menoleh ke belakang? Apa kau tidak mempercayai ucapanku bahwa dibelakang saat ini ada Roy yang sedang mengikuti kita??" ucap Aris setengah berbisik
"Bukan.. bukannya aku tidak percaya, hanya saja ak.." Shina yang belum menyelesaikan kata-katanya kemudian dipotong oleh Aris
"Untuk sementara, biarkan kita seperti ini dengan berperan sebagai seorang suami istri." ucap Aris memotong perkataan Shina
"Kau tidak keberatan kan kalau aku memanggilmu Sayang untuk saat ini?" lanjut Aris.
Kali ini Shina terlihat malu dan mukanya sedikit memerah saat mendengar Aris bicara seperti itu.
"Kalau kau tidak keberatan, kau juga bisa membalasku dengan memanggilku Sayang juga.. Aku tidak masalah dengan hal itu. Sungguh.." ucap Aris kembali yang membuat jantung Shina berdetak lebih cepat dari biasanya.
Sebenarnya saat itu Shina ingin menghindar dari Aris karena malu. Namun, dia sepertinya tidak punya pilihan lain sebab Aris masih saja menahannya dengan menggenggam erat tangannya. Kemudian,
"Jadi Sayang apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Aris yang membuat Shina kembali tersadar dan malu
"Kau ingin kita langsung ke bioskop sambil menunggu atau ada hal lain yang ingin kau lakukan?" tanyanya kembali
"Menunggu dibioskop dengan perasaan canggung seperti ini?? Bisa-bisa aku kembali jantungan dan mukaku benar-benar berubah menjadi tomat." pikir Shina dalam hati
"Tidak tidak.. Tentu saja aku harus mengajaknya jalan-jalan untuk menghilangkan semua ketegangan ini kan.. Ya, begitu lebih baik" pikir Shina kemudian
"Kita jalan-jalan saja Sayan.." Shina kembali menahan perkataannya tidak jadi menyebut Sayang
Kemudian dia kembali meralat kata-katanya itu dengan berkata,
"Maksudku kita jalan-jalan saja saat ini.. hahahaaa.." ucap Shina canggung
Aris yang seolah mengerti dengan apa yang akan dikatakan oleh Shina sebelumnya menjawab
"Tidak apa-apa kalau kau belum terbiasa memanggilku dengan sebutan Sayang. Kita masih punya banyak waktu.. untuk kau mulai belajar dan berlatih sehingga kau menjadi terbiasa. Sampai saatnya nanti, walau hanya sekali.. aku ingin mendengarnya kau memanggilku dengan sebutan itu, tanpa perlu merasa malu-malu dan terpaksa seperti sekarang ini.." ucap Aris
Entah kenapa saat Aris mengucapkan mengenai "banyak waktu", Shina kembali mengingat bahwa cepat atau lambat dia harus pergi meninggalkan Aris.
"Benar, pernikahan kita hanyalah kontrak yang memiliki tenggang waktu.. Tidak selamanya aku bisa bersama si bodoh ini. Untuk kali ini, aku akan bekerja sama denganmu dan memanggilmu dengan sebutan Sayang.." pikir Shina
"Kalau begitu Sayang, kau tidak keberatan kan kalau kita jalan-jalan seperti ini sebelum filmnya mulai." ucap Shina tiba-tiba yang membuat Aris yang mendengarnya menjadi terkejut dan senang
Dengan ekspresi bahagia terpancar dimukanya, Aris pun kemudian membalas
"Tentu saja Sayang.." ucap Aris sambil tersenyum pada Shina dan kembali mengeratkan genggaman tangannya
Dan mereka berdua pun berkeliling Mall sambil mempraktekkan nama panggilan baru mereka yakni "Sayang".
Ditempat lain di Rumah Sakit, terlihat Papa sedang tertidur. Kemudian aku dan Mas Ryan,
"Mas.." ucapku tiba-tiba
"Aku pikir setelah operasi Papa nanti, aku akan tinggal dirumah untuk menemaninya sampai kondisi kesehatan Papa stabil.."
"Mas tidak keberatan kan kalau aku melakukan hal ini?" tanyaku pada Ryan
Sebenarnya saat itu Ryan terlihat tidak senang. Saat ini hubungannya dengan Papa mertuanya sedang buruk, ditambah aku yang akan pergi meninggalkannya untuk sementara, untuk tinggal dirumah Papa.. Dia takut Papa akan mengambil kesempatan ini untuk memprovokasiku agar hubungan kami berdua menjadi semakin rumit.. tapi karena dia tidak ingin melihatku kecewa jika dia menolaknya, Ryan pun menjawab
"Tentu saja.. aku tidak keberatan kok Sayang" ucap Ryan sambil tersenyum
Aku yang telah mengenal suamiku itu, tentu saja tahu makna apa dibalik senyumannya itu. Dia terlihat seperti tidak ikhlas dan tidak rela dengan keputusan mendadak yang telah ku buat. Untuk itu, aku pun kemudian menawarkan padanya,
"Apa Mas mau menemaniku untuk tinggal sementara dirumah Papa?" tanyaku kembali padanya
Dengan ragu dan cemas diapun menjawab
"Apa Papa nanti tidak keberatan kalau aku ikut tinggal bersamamu disana?" tanyanya
"Tentu saja.. Mas kan menantunya. Tentu Papa tidak keberatan." jawabku
"Baiklah kalau Papa menyetujuinya. Aku akan tinggal denganmu disana." jawabnya
"Makasih ya Mas.." ucapku sambil memeluknya
"Makasih karena udah sabar menemani Papa disini.. Meskipun Papa bersikap seperti itu padamu, tapi Mas masih bisa tahan dan sabar.. Maafkan atas sikap Papa tadi ya Mas. Papa tidak bermaksud buruk, dia hanya khawatir padaku yang merupakan anak satu-satunya.." aku menjelaskan dan meminta pengertiannya
"Iya Sayang aku ngerti kok, tapi.. omongan Papa juga ada benarnya. Aku tidak becus menjagamu sehingga kamu bisa terluka seperti ini. Maafkan aku ya Sayang.."
"Perkataan Papa benar, mungkin aku seharusnya tidak menjadi suamimu saat itu.. Aku telah banyak membuatmu kecewa.." ucap Ryan putus asa
"Sstts.. Mas. Mas gak boleh ngomong seperti itu. Yang namanya takdir, jodoh, manusia gak bisa mengaturnya. Mungkin aku memang sudah ditakdirkan untuk menjadi istrimu. Dan aku senang kok Tuhan mengaturnya seperti itu. Aku bangga punya suami sepertimu Mas."
"Apa kamu yakin sama perkataanmu itu Sayang?" tanya Ryan memastikan
"Tentu aja.." jawabku
"Apa yang buat kamu bangga sama aku?" tanyanya kembali
"Apa ya, ehmm.." aku berpikir sejenak
"Tuh kan. Kamu bohong.. Kayaknya gak ada deh hal yang bisa kamu banggain di aku.." ucap Ryan setengah bersedih dan pasrah
Aku yang melihat ekspresinya saat itu tidak dapat menahan senyum dan tawaku. Hingga kemudian,
"Nggak kok Mas bercanda.. Lagian siapa yang gak bangga bisa punya suami Ryan Adji Pratomo. Selain kaya, punya kedudukan, hartanya melimpah.."
"Nah kan.. Aku baru tau nih kalau istriku yang satu ini ternyata mata duitan juga.." ucap Ryan meledek sambil mencubit hidungku
"Iya Mas.. materi itu kan memang penting." balasku
"Selain itu?" tanyanya kembali
"Selain itu.." aku mengulang sambil berpikir
"Nah.. kamu udah mulai bingung kan Sayang. Kayaknya aku memang gak ada yang bisa dibanggain lagi ya selain harta, status dan kedudukanku.." ucap Ryan sedih
"Gak kok Sayang.. kamu itu baik, pengertian.."
"Baik dan pengertian itu kan alasan umum Sayang.. Semua orang juga akan berkata seperti itu kalau ditanya kenapa kamu suka atau cinta sama pasangan kamu.." respon Ryan tidak terima
"Aku ingin alasan yang lain.." lanjutnya kemudian
"Ahh.. jago rayu sama tukang gombal" jawabku tiba-tiba
"Hmm.. tapi kamu kan gak begitu suka kalau aku rayu sama gombalin.." balas Ryan masih tidak setuju
"Ya terus apa dong?" ucapku bingung yang dibalas dengan ekspresi sedih dan kecewa olehnya
Ryan terus terdiam sambil menunggu, hingga kemudian
"Ahh.. Aku tahu." dan aku pun mulai mendekat ke arahnya
"Kamu jago banget main diranjang Mas.." ucapku sambil setengah berisik ditelinganya
Ryan yang mendengar hal itupun dibuatnya senang hingga aku merasa telinga dan mukanya menjadi merah seketika. Kemudian,
"Wahh.. Kamu nakal ya Sayang. Sebelumnya, waktu aku ajakin.. kamu nolak-nolak gitu padahal.."
"Iihhh..apaan sih Mas" ucapku malu
"Gimana kalau kita lanjutin praktek "memasaknya" yang tadi sempet ketunda itu.." ajaknya
"Ihh Mas, jangan gila deh.. Ini Rumah Sakit. Ada Papa juga disini." ucapku sambil mundur
"Papa kan lagi tidur Sayang.. Lagian ini kan ruangan VIP, jadi gak bakalan ada yang masuk sembarangan juga." ucapnya sambil maju mendekat
"Gak aku gak mau disini.. Lagian, badanku juga masih sakit-sakit semua ini gara-gara jatuh tadi." balasku
"Yaudah kalau gitu nanti dirumah ya?"
"Iya.." jawabku
"Kamu gak bakalan nolak lagi kan Sayang kali ini?"
"Iya.."
"Tiga ronde?"
"Iya.. Ehh.. Hah!! Tiga ronde aku gak mau.." ucapku menolak tiba-tiba
"Ihh kamu gak boleh gitu Sayang. Tadi kan udah bilang iya sebelumnya."
"Ya tapi aku gak mau tiga ronde. Mas, sengaja ngejebak aku kan.." ucapku tak terima
"Hahahaa.." Ryan tertawa lepas
"Abis kamu polos banget sih. Apa-apa langsung ngejawab iya tanpa mikir dulu." balasnya
Kemudian Ryan mendekat dan memelukku.
"Makasih ya Sayang.." ucapnya
"Makasih udah ngembaliin mood aku dan buat aku merasa punya alasan untuk terus ada disisi kamu."
"Iya sama-sama Mas. Lain kali Mas jangan ngomong seperti itu lagi ya, bilang gak pantes lah jadi suamiku atau harusnya kita gak berjodoh.. Kita harus mensyukuri apapun keadaan yang Tuhan berikan untuk kita. Dan, aku juga serius waktu aku bilang bangga dan senang bisa punya suami kayak kamu Mas.. Makasih ya udah jadi suami aku" balasku memeluknya
"Iya Sayang sama-sama. Aku juga bersyukur bahkan beruntung banget bisa punya istri kayak kamu.. Terima kasih Tuhan, telah menjadikan dia sebagai istriku.." ucap Ryan sambil mengeratkan pelukannya
Kemudian setelah itu, kami pun berciuman mesra sebagai bentuk rasa syukur kami terhadap anugerah yang Tuhan berikan.. karena telah menjadikan kami sebagai pasangan suami istri yang saling melengkapi satu sama lain..