Jesica dan Qiara langsung menepuk jidatnya lalu tertawa bersama Valen karena mereka menganggap apa yang Valen katakan sangat lucu.
"Bagaimana kalau kita ke mall sekarang untuk shoping dan bermaim sepuasnya sampai sore?" ucap Valen setelah mereka berhenti tertawa.
"Itu ide bagus. Tapi, aku harus mengecek saldoku di ATM, apakah masih ada sisa atau tidak. Soalnya Mama sudah membuatkan aku ATM kemarin, agar aku tidak perlu meminta uang jajan padanya. " kata Qitara sambil tersenyum.
"Selamat kalau begitu. Aku juga sudah lama punya semenjak Papa dan Mama sibuk bekerja diluar kota sehingga mereka hanya bisa mentransfer uang jajan ku lewat ATM. " ucap Jesica dengan cemberut ketika ia mengingat kalau di rumah ia selalu kesepian karena orang tuanya sangat sibuk.
"Sudahlah, jangan sedih begitu. Bagaimana akalau kita geceknya di ATM yang ada di depan toko seberang jalan." kata Qiara memberi usul kepada dua sahabatnya itu.
"Oke." setelah itu mereka bertiga mengendarai sepeda nya menuju ATM yang di maksud. Setelah sampai di ATM itu. Jesica dan Qiara masuk bersamaan, sedangkan Valen menjaga sepededa mereka berdua diluar.
Tidak lama kemudian, Qiara memasukkan kartunya ke mesin ATM setelah Jesica selesai.
"Astaga ... " Qiara terkejut ketika melihat angka yang tertera di saldo rekeningnya.
Melihat Qiara terkejut, Jesica langsung ingin tahu sehingga ia ikut melihat apanyang Qiara lihat.
"Apakah tidak salah kalau uang sakunu sebanyak ini? Apa Mama mu sudah menjadi orang kaya?" kata Jesica sambil menatap Qiara dengan heran.
"Mama aku hanya seoarang tukang jahit biasa, mana mungkin memiliki uang sebanyak ini. Atau, ada orang yang salah kirim? "Jawab Qiara dengan bingung.
"Mungkin saja uang lima puluh juta ini milik Mamamu, karena ini uang yang tidak sedikit."kata Jesica lagi yang berusaha membantu menebak.
"Mama punya rekening sendiri, jadi tidak mungkin ini miliknya. Sepertinya ada yang salah kirim. Hehhe..." sahut Qiara sambil tersenyum geli.
"Begini saja, siapapun yang transferin kamu uang lima puluh juta ini, itu tidak penting, karena yang terpenting sekarang kita makan dan main sepusanya dan kamu yahh teraktir. Bagimana?" kata Jesica sambil tersenyum licik.
Qiara terdiam sejenak karena masih penasaran dengan uang lima puluh juta itu. Qiara bingung dari mana asal uang itu, meski begitu dia tetap tersenyum dan mengangguk kearah Jesica karena yang terpenting ia bisa senang sehingga melupakan kalau dia sudah menikah.
"Yes... Di traktir." ucap Jesica yang merasa senang sambil merangkul Qiara dengan kegirangan. Qiara hanya tersenyum menanggapi apa yang dikatakan oleh Jesica.
Setelah itu, mereka keluar menemui Valen dengan gembira. Mereka pun langsung mlberangkat ke Mall tanpa membuang-buang waktu lagi sebelum malam keburu tiba.
~Malam Tiba~
Saking senangnya beramain, mereka sampai lupa waktu. Menyadari kalau itu sudah jam sepulu malam, mereka bertiga pun, langsung langsung pulang agar tidak dimarahi oleh orang tu mereka.
Sebelum pulang, Qiara dan Jesica mengantar Valen pulang karena rumahnya cukup jauh dan lumayan sepi.
Setelah mengantar Valen pulang. Qiara dan Jesica yang rumahnya searah, memilih pulang bersamaan dengan gembira menggunakan sepededa mereka masing-masing.
Tepat saat mereka berada dijalan umum yang lumayan sepi karena sudah larut malam. Tiga lelaki yang menyeramkan mencegat jalan mereka, seketika itu Qiara dan Jesica kaget.
"Berhenti kalian berdua!" kata lelaki dengan baju merah yang mencolok. Dia terlihat seperti pemimpin dua lelaki lainnya.
"Kalian mau apa?" Tanya Qiara dengan berani karena dia tidak kenal takut.
"Serahkan semua barang kalian maka kami tidak akan mengganggu! "Jawab lelaki dengan baju merah yang mencolok itu.
"Bagaimana kalau aku tidak mau?" tanya Qira lagi sambil tersenyum sombong kepada tiga lelaki itu.
"Kalau kamu tidak mau, itu artinya kamu meminta kami untuk memaksa kalian" Jawab lelaki berbaju merah itu.
Mendengar ancaman lelaki itu, Qiara menarik nafas dalam lalu melirik Jesica yang terlihat gemetar karena takut.
"Jesica, sebaiknya kamu tunggu aku di pinggir sampai aku selesai mengurus tiga lelaki tua yang beraninya sama anak kecil."
Jesica langsung mengangguk lalu menyingkirkan ke pinggir. Jesica tidak kerasa khawatir sedikitpun melihat Qiara melawan tiga lelaki itu sendiri, karena dia tahu bagaikan kemampuan bela diri Qiara yang hebat.
"Dasar gadis kecil, kamu menantangku rupanya. Baiklah, aku aka menggunakan sedikit kekerasan padamu. Hahaha ... " lelaki dengan baju merah yang mencolok itu pun maju memgahanpiri Qiara sembari mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya.
"Tunggu dulu, aku harus mengamankan sepedaku sebelum menghadapi lelaki jelek sepertimu. " ucap Qiara dengan santai. Dengan bodohnya, lelaki itu langsung berhenti mengikuti perintah Qiara.
Merasa di permainkan, lelaki itu pun langsung menyerang Qiara bersama dua temannya yang lain.
"Dasar banci, beraninya keroyokan" ucap Qiara sembari meludah kearah kiri ketika melihat tiga orang itu mengampirinya.
Seketika itu, Qiara dengan cepat menangkis serangan demi serangan yang tertuju padanya. Setelah membuat ketika lelaki itu kewalahan, kini guliarn Qiara yang nenyerang mereka dengan gerakan melompat seraya berputar lalu menendang tepat di wajahmu tiga lelaki itu secara bergiliran. Seketika itu mereka timbang ke tanah dengan wajah yang membitu. Salah satu diantara mereka mengeluarkan darah dari hidung mereka.
"Apakah hanya segitu kemampuan kalian? "Qiara tersenyum licik kepada tiga lelaki yang sudah berhasil dia tumbangkan itu.
Melihat kemenangan Qiara. Jesica langsung bertepuk tangan.
"Sepertinya ada tontonan seru nih?" kata Qiano yang tiba-tina sudah berada di samping Jesica.
"Qiano, kamu mengagetkanku saja. Sejak kapan kamu ada disini? " Tanya Jesica dengan terkejut.
"Arrggg... " Belum sempat menjawab pertanyaan Jesica, Qiano kaget kektika mendengar suara Qiara yang meringis kesakitan.