"Hallo Ma, ada apa?" tanya Qiara setelah menggeser icon warna hijau di ponselnya.
"Mama sedang ada diperjalanan menuju kota A. Karena Mama harus melakukan sesuatu sama Mama mertuamu. Tapi, kamu tenang saja karena Julian akan menjemputmu siang nanti. Jadi, selesaikan sekolahmu hari ini dengan baik! " Kata Renata dengan suara yang lembut.
"Iya Ma. "Jawab Qiara dengan malas. Dia malas berdebat karena itu tidak akan merubah keadaan.
Tidak lama setelah itu, Qiara menutup telponnya lalu melanjutkan perjalanannya ke Kantin.
~Jam Istirahat~
Qiara masih duduk di Kantin sambil menikmati jus jeruk yang sudah dia pesan.
"Qiara ... Ada berita heboh yang harus kamu dengar! "Kata Valen yang tiba-tiba sudah duduk diketanya bersama dua sahabatnya yang lain, yaitu Jesica dan Gabriel.
"Apa itu? "Tanya Qiara tanpa ekspresi karena dia sedang tidak bersemangat hari ini.
"Katanya, Qiano sudah jadian degan Clara." Jelas Valen dengan heboh.
"Clara? "
Qiara terkejut bukan main, entah mengapa hatinya merasa ngilu mendengar kabar itu.
"Clara dari kelas 12 D. Anak pindahan daro sekolah elit di kota A. Apa kamu lupa kalau dia sangat terkenal saat masuk disekolah kita. Aku mendengar berita ini dari anak-anak kelas 12 D. Katanya, Qiano bolos sekolah hari imi demi menemani Clara di rumah sakit."Jelas Jesica yang merupakan orang pertama yang menedengar gosip itu."
"Aku tidak perduli. "Ucap Qiara dengan acuh.
"Apa benar kamu tidak perduli? Bagaimana kalau dia mengejek kamu gak laku hanya karena tidak punya pacar?"
Valen kembali memanas-manasi Qiara karena dia merasa sekolah hidup saat Qiara dan Qiano mulai bertengkar.
'Aku memang tidak punya pacar, tapi sebentar lagi aku akan punya suami. Aaaa ... Memikirkanya saja membuat frustasi. 'Batin Qiara seraya menunduk sedih.
"Kenapa diam? " Tanya Valen dengan heran.
Bukannya menjawab, Qiara malah melotot kepada Valen. Seketika itu, tiga sahabatnya bergidik ngeri lalu kabur, karena mereka tahu betul kalau Qiara sedang marah besar.
~Pulang Sekolah~
Bel pulang berbunyi. Suara riuh para siswa dan siswi mulai terdengar karena tidak sabar untuk pulang.
Sementara itu Qiara menatap langit sebelum berjalan keluar gerbang sekolah.
'Sepertinya akan hujan 'Batin Qiara dengan cemberut.
Setelah bicara sendiri, Qiara melangkah keluar dari gerbang, tepat saat itu, hujan deras turun dengan cepat, seketika itu Qiara berlari, namun langkahnya terhenti ketika melihat Qiano tiba-tiba menjulurkan tasnya di atas kepala Qiara.
Qiano?
Jantung Qiara berdetak semakin cepat saat melihat wajah Qiano yang tampan di basahi oleh air hujan.
Qiano pun membalas tatapan Qiara sambil tersenyum lalu berlari menyamakan langkah kakinya dengan Qiara.
'Qiara adalah musuhku sekaligus penyemangatku' Batin Qiano sambil tersenyum manis.
Tidak lama kemudian, mereka berdua sampai di Halte bus, Qiano pun langsung menurunkan tasnya dari atas kepala Qiara lalu mengibas-ngibaskan baju seragamnya yang di guyur air hujan.
"Terimakasih!" ucap Qiara memecah keheningan diantara mereka.
Qiano merasa senang karena itu untuk pertama kalinya dia mendengar Qiara mengucap terimakasih.
"Sama-sama." sahutnya sambil tersenyum malu.
"Oh iya, kenapa kamu tiba-tiba ada di depan sekolah? Bukannya kamu ada di rumah sakit untuk menemani pacarmu? " tanya Qiara dengan ketus.
"Apa kamu cemburu?" tanya Qiano seraya tersenyum licik.
"Itu tidak mungkin terjadi. Ha ha ha ... Kamu terlalu banyak berfikir!" jawab Qiara sambil terkekeh menyembunyikan kegugupan nya.
"Ohh ... "
Qiano memalingkan wajahnya menahan kecewa ketika mendengar sanggahan Qiara padahal ia berharap kalau Qiara benar-benar cemburu.
Sebenarnya, setelah dari rumah sakit, Qiano langsung menuju sekolah hanya untuk melihat Qiara. Awalnya dia mau masuk dan mencarinya, tapi ia melihat Qiara keluar dari gerbang tepat saat hujan turun. Ia pun tersenyum lalu bergegas menghampiri Qiara.
"Ketika berangkat sekolah aku melihat Clara kecelakaan. Karena aku manusia makanya aku mengantarnya ke rumah sakit. " Jelas Qiano seraya menghilangkan kecanggungan diantara mereka.
"Aku tidak bertanya. " Kata Qiara dengan ketus.
"Aku tahu, tapi aku hanya ingin memberimu informasi gratis. Ya sudah, aku akan pergi duluan."
"Pergi aja, aku tidak memintamu untuk lama-lama disini! "
Mendengar apa yang Qiara katakan, Qiano hanya menarik nafas dalam lalu berlari menembus hujan gerimis dengan rasa kesal.
"Dasar cowok tidak peka, harusnya dia menemaniku disini sampai bus tiba. " kata Qiara sambil menghentakkan kakinya dengan kesal.
Sebenarnya Qiano tidak benar-benar pergi, dia bersembunyi di balik pohon dan membiarkan tubuhnya dibasahi air hujan hanya untuk memastikan dari jauh kalau Qiara aman.
Setelah Qiara naik Bus. Qiano merasa lega lalu bergegas meninggalkan tempat itu dan kembali ke depan sekolah mengambil motornya.
~ Keesokan Paginya~
Hari ini sarapan sendiri karena Mamanya ada di kota A. Qiara juga bingung karena Julian belum juga menjemputnya. Tapi, Qiara masih berharap agar Julian tidak datang menjemputnya, atau membatalkan pernikahan itu.
Setelah sarapan, Qiara lansung berangkat ke sekolah. Sesampainya di kelas, Valen dan Jesica langsung menarik tangannya untuk duduk dengan paksa.
"Ada apa kalian menarik ku begini? " tanya Qiara sambil melihat dengan heran kedua sahabatnya itu.
"Kamu tahu enggak, kalau hati ini adalah hari ulang tahun Qiano?" tanya Valen dengan tatapan yang aneh.
"Benar itu, satu kelas di undang nanti malam ke rumahnya, kamu akan datang kan? " kata Jesica lagi yang menyela pembicaraan Valen dan Qiara.
"Dia tidak mengundangku, mana mungkin aku datang. " Jawab Qiara dengan ketus.
"Kenapa bisa kamu tidak diundang? Bukankah kita satu kelas dengan Qiano? " kata Valen sambil menepuk bahu Qiara.
"Kemingkinan, Qiara tidak diundang karena Qiano takut acaranya akan di hancurkan. Hahahaha ... " Jesica tertawa cukup keras setelah mengejek Qiara.
"Betul sekali, aku akan menghancurkan acaranya jika dia berani mengundangku. " kata Qiara sambil tersenyum licik.
"Dasar aneh. Masak pesta orang mau di hancurkan. " kata Valen dengan polosnya.
"Hahahaha ... Sudahlah, jangan bahas lagi, karena aku muak mendengarnya. Sebaiknya, kita bahas yang lain sebelum pembelajaran dimulai. " Kata Qiara yang memang tidak suka membahas sesuatu yang berhubungan dengan Qiano, walaupun pada dasarnya dia selalu gelisah jika tidak melihat Qiano ada di sekolah.