~Siang Hari Yang Panas~
Saat sedang jam istirahat, tiba-tiba terdengar gosip panas tentang Qiano putus dengan Clara beredar sepanas terik matahari di siang hari itu.
Clara masuk ke kelas Qiara dengan wajahnya sedih. Ia duduk di hadapan dua sahabat Qiara yang sedang membicarakan gosip itu, sedangkan Qiara sibuk main game karena tidak perduli dengan yang namanya gosip.
"Sabar ya Clara, kita tau kok yang kamu rasain. Tapi, sepengetahuan kami kalau Qiano bukan orang yang seperti itu". Jelas Valen sambil menepuk-nepuk bahu Clara.
"Iya, aku juga percaya kalau kak Qiano bukan orang seperti itu, mungkin Ivana yang menghasut dan menggodanya makanya dia mutusin aku" kata Clara sambil menunduk sedih.
Mendengar cerita Clara yang semakin tidak masuk akal, Qiara menghentikan permainanya lalu ia menatap air mata buaya Clara dengan sinis tanpa mengatakan apapun, karena dia sangat malas meladeni gadis seperti Clara.
"Benarkah? Tapi, yang aku tahu kalau Qiano bukan tipe lelaki yang akan menyakiti perempuan selain Qiara, karena dia orang yang tidak tegaan. " kata Valen yang mulai merasa Clara berlebihan.
Mendengar perkataan Valen, Qiara hanya menatapnya dengan sinis. Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya pada Clara seraya berfikir kalau Clara adalah salah satu penggemar gilanya Qiano makanya dia berani mengarang cerita.
Selain itu, Qiara lebih percaya cerita Qiano kemarin, meskipun dia musuhan tapi dia sangat mengenalnya yang tidak mungkin berbohong karena itu bukan keahliannya.
"Clara, kenapa kamu curhat di kelasku? Apa kamu tidak punya teman? Sebaiknya kamu pergi dari sini karena kamu hanya membuang-buang waktu kami. " kata Qiara dengan suara yang meninggi karena dia sangat tidak suka sama perempuan yang bermuka dua seperti Clara.
Clara menggertakan giginya menahan malu mendengar perkataan pedas Qiara.
"Maaf sebelumnya kak, aku memilih curhat sama kakak semua karena aku tau kalau kalian adalah temannya Kak Qiano!" kata Clara dengan ekspresi merasa bersalah.
"Jangan dengarkan Qiara. Kamu curhat saja, kami akan dengar kok. Walaupun kami satu kelas dengan Qiano, tapi dia sering membuat kami kesal. " Kata Jesica sambil tersenyum licik pada Qiara yang hampir berteriak melihatnya membela Clara.
"Kamu jangan sedih lagi, yang lalu biarlah berlalu, kamu pasti bisa dapat pengganti yang lebih baik dari Qiano. " sambung Valen dengan nasehatnya yang bijak.
"Iya. Terimakasih kakak sudah mau mendengar curahatanku. Kalau begitu, aku pamit dulu! " Setelah itu, Clara meninggalkan kelas Qiara.
"Kalian terlalu ramah pada gadis seperti Clara. " Kata Qiara seraya duduk dengan kesal setelah Clar pergi.
"Ada kalanya gadis seperti Clara kita hadapai dengan bermuka dua juga. Hahahha ..." Jesica terkekeh karena ia benar-benar merasa puas telah menipu Clara dengan sikap manisnya.
Valen dan Qiara tertawa keras mendengar apa yang dikatakan Jesica. Qiara tidak menyangka betapa liciknya dua temannya itu ketika menghadapi orang licik.
Sebatulnya, Clara sengaja curhat sama sahabatnya Qiara karena dia ingin Qiara tetap bermusuhan dengan Qiano. Ia tidak rela dengan perubahan sikap Qiano terhadap Qiara yang mulanya bermusuhan menjadi baikan.
Permusahan Qiara dan Qiano sudah menjadi rahasia umum. Qiano sangat populer di sekolah dan banyak para gadis mengidolakannya, oleh karena itu mereka kaan memusuhi siapapun yang menjadi musuh Qiano kecuali Qiara yang tidak berani mereka musuhi karena tidak mau mendapat bermasalah sama Qiara dan sahabatnya yang terkena nakal dan suka bikin ulah.
Seluruh anak cewek di kelas Clara, tahu betul bagaimana sikapnya. Crala adalah gadis yang hanya cantik diluar tapi hatinya busuk, karena dia sangat suka mengadu domba, menyebar gosip yang salah. Berbeda dengan Qiara, walaupun dia nakal tapi ia tidak suka berbohong dan mengadu domba orang.
Sebelum jam istirahat berahir, Qiara menyempatkan diri ke Perpustakaan untuk mencari buku yang bisa membantunya belajar menghadapi ujian.
Untuk sesaat ia melupakan soal pernikahannya, karena kepalanya terasa sangat sakit jika mengingat itu .
"Kenapa buku-buku ini banyak banget? aku bingung harus mulai belajar dari buku yang mana?" kata Qiata sambil menggaruk lehernya.
Qiano yang sedang duduk manis membaca buku disalah satu meja di perpustakaan itu terkejut melihat Qiara ada di perpustakan, karena sebelumnya dia tidak pernah datang.
'Qiara, ada apa dengannya? tumben sekali masuk perpustakaan, apakah ada yang bermasalah dengan kepalanya? ' Batin Qiano seraya tersenyum licik sambil melihat Qiara.
"Kamu cari apa? " karena penasaran, Qiano pun, mendekati Qiara.
Qiara merasa bulu kuduknya merinding dan perasaannya mulai buruk mendengar suara itu, ia pun segera berbalik.
"Hey, setan buntung. Kenapa kamu disini? Apa kamu mengikutiku? " bisik Qiara sambil menggertakkan giginya menahan amarahnya mihat Qiano yang tiba-tiba sudah ada di dekatnya.
"Setiap hari aku ada di sini, oleh karena itu aku tidak mungkin mengikutimu?" jawaban Qiano cukup masuk akal buat Qiara karena dia tahu kalau Demian di juluki hantu perpustakaan.
Selain itu Qiara juga tahu kalau Qiano bisa melihat hantu karena dia memiliki kemampuan yang tidak semua orang bisa memilikinya Hanya saja, Qiano menyembunyikan hal itu dari teman-temannya karena dia mampu bersikap biasa saja setiap kali melihat mahluk halus yang tidak kasat mata.
Qiara terdiam karena dia tidak tahu harus berkata apa lagi, melihat itu Qiano langsung tersenyum lalu menarik Qiara untuk duduk disebelahnya.
"Kenapa kamu menarikku? "
"Duduklah dan jangan berisik! Nanti penjaga perpustakaan mengusirmu". Kata Qiano dengan tenang. Qiara pun duduk dengan tenang seraya melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang yang melihatnya sedang duduk dengan Qiano.
"Jangan khawatir tidak ada orang di sini!". Ucap Qiano sambil membuka buku nya. "Apa kamu tidak bosan melihat buku terus?". Tanya Qiara dengan rasa ingin tau.
"Tidak". Jawab Qiano.
"Apa kamu mau belajar untuk persiapan semester ini makanya kamu ke Perpustakaan?"Kini giliran Qiano yang bertanya.
"Hahahaha ... Aku tidak mungkin belajar karena itu sangat membosankan." jawab Qiara sambil terkekeh karena dia malu jika ketahuan ingin belajar.
"Pantas saja kamu selalu berada di urusan terakhir. " Nada bicara Qiano mulai menyinggung perasaan Qiara.
"Jangan menghinaku begitu, mentang-mentang kamu selalu berada di urutan pertama, seenaknya saja kamu mengejek ku. Kalau aku mau, aku bisa menggantikan posisimu di urutan pertama".
"Kalau begitu buktikan padaku! " Kata Qiano sambil tersenyum licik kepada Qiara.