"Aduhh ..." Qiara meringis saat punggungnya menabrak tubuh kekar lelaki itu sehingga ia langsung terjatuh ke lantai.
Melihat Qiara membuat ulah lagi, guru kiler itu memasang ekspresi gelap.
"Qiara ... "
Qiara menutup kedua telinganya mendengar teriakan kencang guru kiler itu. Seketiam itu, semua temannya yang masih ada di sekolah langsung berkumpul termasuk kedua sahabatnya. Akan tetapi, mereka berkumpul bukan karena Qiara atau guru kiler itu, melainkan karena sosok mempesona yang penuh karismatik dan berwajah tenang tapi tampan dan seksi.
"Siapa lelaki itu? "
"Ganteng banget"
Para gadis remaja itu langsung histeris dan berbisik tanpa mengalihkan pandangan mereka.
"Apakah dia guru baru?" tanya Valen anpa berkedip melihat lelaki itu.
"Lelaki dewasa yang menawan, adalah tipe kekasih idamanku. " Kata Jesica sambil menggigit kuku telunjuknya tanpa memperdulikan pertanyaan Valen.
Melihat tatapan aneh teman-temanya, ia pun langsung mendongak melihat kemana arah pandang mereka semua. Seketika itu Qiara terkejut melihat wajah lelaki yang sangat ia benci itu. Lelaki yang sebentar lagi akan merenggut masa mudanya.
'Bukankah dia adalah Julian? Kenapa dia ada di sekolahku? Jangan sampai dia mengatakan kalau aku calon istrinya!' Gumam Qiara dengan ekspresi yang buruk.
"Qiara tidak bisakah kamu libur sehari saja untuk tidak membuat ulah? " tanya guru kiler itu dengan frustasi.
Qiara langsung enunduk karena tidak berani menatap tatapan tajam Julian, bukan karena dia takut sama guru kiler itu yang hanya menang kumis saja.
"Maaf pak, kalau begitu saya akan pulang sekarang!" Qiara mencoba melarikan diri sebelum Julian melakukan hal yang akan membuatnya menyesal.
"Terimakasih sudah memberikan izin buat Qiara untuk libur selama 3 hari!"
Qiara mengurungkan niatnya untuk kabur saat mendengar apa yang Julian katakan pada guru kiler nya itu.
"Sama-sama, semoga urusan keluarga kalian berjalan lancar!" Ucap guru kiler itu seraya menjabat tangan Julian.
"Ayo kita pulang!"
Setelah bicara dengan guru kiler itu, Julian menarik tangan Qiara.
"Aku bisa pulang sendiri!" Ucap Qiara seraya menarik tangannya dari genggaman Julian dengan kasar.
"Baiklah, kalau kamu tidak mau pulang denganku maka aku tidak punya pilihan selain memberitahu guru dan teman-temanmu tentang kita!" Bisikan Julian.
Melihat Julian tampak dekat dengan Qiara, Jesica langsung menarik lengan Qiara sembari berbisik, "Ra, apa kamu mengenalnya?".
" Dia pamanku. Aku akan pulang sekarang dengannya, samai jumpa! " Jawab Qiara sambil tersenyum dengan paksa. Setelah itu ia menarik Julian untuk pergi dari kerumunan itu.
Jesica menjadi histeris mendengar pengakuan Qiara, meski tidak sempat kenalan karena Qiara keburu mengajak Julian pergi, tapi Jesica sangat senang karena mengetahui kalau orang yang dai suaki adalah paman sahabatnya.
~Di dalam Mobil Julian~
Sepanjang perjalanan, Qiara hanya diam dan tidak mau melirik Julian sedikit pun. "
"Apa kamu lapar?" Pertanyaan Julian memecah keheningan yang terjadi diantara mereka.
Qiara menggeleng, setelah itu dia menatap Julian dengan sinis, "Kenapa kamu ke sekolahku?"
"Aku ingin menjemputmu agar tidak menunggu lama di rumahmu. Sekalian, aku mmeintakanmu izin untuk libur selama kamu ada di kota A. " Jelas Julia tanpa ekspresi.
"Kenapa harus kamu?"
"Karena aku adalah calon suamimu. "
"Siapa juga yang mau memiliki calon suami yang tua sepertimu. Harusnya kamu telpon saja aku dulu dan berikan alamatmu. Aku bisa berngakat ke kota A sndirian." Kata Qiara dengan ketus.
"Pernikahan kita akan dilaksanakan besok, setelah itu aku harus pergi ke Amerika untuk melakukan perjalanan bisnis selama tiga bulan. Jadi, setelah menikah kamu boleh kembali ke kota B. " Jelas Julian.
"Terserah kalian sudah aku tidak perduli!".
Melihat sikap kekanak-kanakan Qiara, Julian hanya bisa menarik nafas, ia cukup faham bagaimana sikap calon istrinya yang masih kecil itu.
Sementara itu, Qiara menatap jalan dengan penuh rasa kesal, dia tidak tidak berani membayangkan kalau besok dia akan melaksanakan akad nikah dan menyandang setatus istri diusiahya yang masih belasan tahun.
'Ini benar-benar gila ... Aku harap ini hanya mimpi!' Gumam Qiara sambil blmenggertakan giginya.
~Rumah Qiara ~
Setelah sampai di rumah, Qiara langsung bersiap-siap dan mengemas beberapa pakaian dan barang-barang pentingnya.
Tidak lama kemudian, Qiara langsung memasukkan kopernya ke dalam bagasi seraya berharap kalau pernikahan besok di batalkan.
'Haruskah aku menikah dengan lalaki yang beda sepuluh tahun denganku? Ya Tuhan inikah takdir Qiara yang sudah engkau gariskan di atas sana?' Gumam Qiara serya terdiam di belakang mobil.
"Ayo masuk!"Suara Julian membuyarkan lamunannya. Qiara pun langsung cemberut sambil melihat Julian dari belakang mobil tanpa menyauti ajakan Julian.
"Qiara ayo cepat, kita harus sampai kita A sebelum malam. " Kata Julian dengan suara yang meninggi karena tidak mendapatkan respon dari Qiara.