Chereads / Life in The Apocalypse / Chapter 4 - Malam Sebelum Kiamat Tiba

Chapter 4 - Malam Sebelum Kiamat Tiba

Mei Xin memilih ruangan kedua di ruang rahasia sebagai kamar tidur barunya karena tempatnya lebih luas untuk menggelar kasur lipat dan masih ada sisa ruang untuk menyimpan barang-barang pribadi lainnya seperti lemari kecil. Ia menata kasur lipat cadangan untuknya tidur dan Xiao Jing. Malam ini, ia akan tidur dengan Xiao Jing satu kasur karena malas membongkar boks bayi Xiao Jing. Terlalu lelah untuk melakukannya.

Agar tidak kedinginan dan untuk mencegah terserang penyakit paru-paru basah, di bawah kasur lipat Mei Xin meletakkan tripleks bekas. Di atas tripleks, ia menumpuk kardus bekas beberapa lapis. Di atas kardus, ia melapisinya dengan karpet tebal. Setelah ketinggiannya ia pandang cukup baru ia menghamparkan kasurnya. Di atas kasur masih ia tutupi dengan selimut tebal bekas kedua orang tuanya dua lapisa dan terakhir bed cover. Baru setelahnya ia puas. Dengan begini, nantinya ia dan adiknya tidak akan kedinginan.

Bulan beranjak naik ke atas dan malam pun mulai larut. Xiao Jing sudah tidur pulas berjam-jam yang lalu. Akan tetapi, Mei Xin berbaring nyalang menatap langit-langit kamar. Sama seperti hari itu, ia tidak bisa tidur dengan lelap. Tidurnya diwarnai oleh rasa gelisah.

Malam ini, Mei Xin merasakan perubahan suhu yang wajar. Rasa dingin yang tajam menggigit tulang menyerang tubuhnya dan Xiao Jing. Bahkan di bawah perlindungan selimut yang tebal dua lapis, ia masih menggigil. Untungnya, ia memilih tidur di ruangan bawah tanah di ruang rahasia sehingga kondisinya lebih baik daripada di kehidupan sebelumnya.

Tanah termasuk bahan yang menyerap suhu dan tidak mudah melepaskannya. Saat siang hari radiasi sinar matahari diserap oleh permukaan tanah di atasnya sehingga ruangan bawah tanah akan terasa lebih sejuk. Sebaliknya saat malam hari suhu tidak mudah dilepaskan. Panas yang diserap pada siang hari dilepaskan secara perlahan dan ruangan akan terasa lebih hangat. Dengan demikian, dengan tinggal di ruang bawah tanah serangan udara dingin yang menggigit efeknya sedikit dikurangi.

Pengaturan ini membuat tidur Xiao Jing tidak terganggu. Tidurnya lelap. Ia hanya terbangun dua kali. Pertama karena lapar minta susu dan kedua karena popoknya sudah penuh. Berbeda dengan di kehidupannya yang sebelumnya dimana Xiao Jing tidak tidur hampir sepanjang malam karena suhu yang ekstrim dingin. Ia terus-menerus menangis membuat Mei Xin begadang hingga pagi. Akibatnya ia lalai memperhatikan kondisi sekitarnya dan hampir jadi korban salah satu tetangganya yang berubah menjadi zombie. Untungnya sebelum digaruk, ia berhasil menyelamatkan diri.

Kali ini, penyebab Mei Xin tidak bisa tidur karena pikirannya dipenuhi rasa gelisah mengantisipasi apa yang akan terjadi esok nanti. Apakah sama seperti kehidupannya sebelumnya yakni besok kiamat zombie datang menyapa? Atau rebirth hanyalah khayalannya semata? Hatinya was-was memikirkan banyak hal yang akhirnya membuatnya sulit memejamkan mata.

Mei Xin merenung mengingat kembali kenangannya di kehidupan sebelumnya. Setelah turunnya suhu secara ekstrim, di akhir malam tiba-tiba suhu melonjak tajam. Suhunya sangat panas seperti suhu di daerah padang pasir saat matahari sedang terik-teriknya. Panas membakar tubuh hingga otak seperti mau meleleh. Mei Xin menggelepar di atas lantai sambil melindungi tubuh Xiao Jing yang juga dibakar oleh suhu panas nan ekstrim. Meski sedang menderita, ia masih memiliki seutas kesadaran untuk tetap menjaga Xiao Jing.

Selanjutnya saat ia sudah hampir tidak kuat menahan panas yang membakar, ia melihat kabut merah melingkupi udara diiringi aroma besi berkarat bercampur bau apak yang mencekik leher. Ia merasa kerongkongannya sangat kering seperti keringnya rerumputan di puncak musim panas. Keringnya kerongkongan sama sekali tidak berkurang, walaupun ia sudah minum berbotol-botol air.

Ketika ia mengira hal-hal buruk itu sudah berlalu di akhir malam, kiamat datang menyapa. Manusia pada hari itu sebagian berubah menjadi zombie. Ia baru menyadarinya pada saat matanya menangkap pemandangan Bibi Lan tetangga sebelah sedang memakan tangan anaknya yang balita berumur tiga tahun sedangkan suaminya memakan anaknya yang lebih besar hidup-hidup dan akhirnya hanya menyisakan putra sulungnya yang sudah dewasa.

Mei Xin syok berat. Jeritan anak Bibi Lan melengking horor membuat kulit kepalanya tertarik kencang karena ngeri. Ia tidak punya waktu untuk menjerit dan meminta bantuan karena pemandangan serupa terjadi di banyak rumah tersebar di seluruh desa. Satu demi satu para penduduk menjadi korban keganasan zombie dan lalu korban selanjutnya turut berubah menjadi zombie yang akhirnya memperkuat barisan zombie. Akibatnya, dalam waktu semalam, penduduk Desa Hongchow dikurangi jumlahnya hingga hanya menyisakan seperdelapannya saja.

Desa Hongchow dilempar dalam kekacauan dan teror pada hari itu juga. Mereka yang beruntung yang berhasil selamat dihantui oleh rasa takut yang amat sangat. Demi keamanan diri sendiri, mereka bersembunyi di dalam rumah yang ditutup rapat hingga pihak yang berwenang datang menyelamatkan mereka. Namun sampai tiga hari bantuan tak kunjung tiba. Mereka yang memiliki jiwa pemberani keluar dari desa untuk melapor dan sekaligus memanggil bala bantuan dari pihak terkait. Dari 10 orang yang berangkat hanya satu orang saja yang berhasil kembali ke desa hidup-hidup.

Sempat terjadi cek cok besar karena hal ini. Keluarga yang anggotanya gagal pulang merengsek menuntut pria malang yang selamat tersebut. Mereka tiada henti mengutuknya tanpa memberikan orang tersebut ruang untuk membela diri. Kepala desa pun turun tangan melerai. Ia dengan kalimat persuasifnya berhasil meredam kemarahan massa yang sedang mengamuk.

Akhirnya di tengah kekacauan dan ketidakpastian itu, ada juga warga yang berfikiran jernih. Ia mengusulkan ide untuk mengungsi ke tempat yang aman. Menurut berita di radio dua minggu kemudian, pihak militer telah berhasil membangun pangkalan yang aman di kota. Maka para penduduk desa yang selamat pun berduyun-duyun mengungsi dengan membawa bekal seadanya dengan truk milik salah satu warga desa. Awalnya mereka berangkat dengan 3 truk, tapi sesampainya di pangkalan V city jumlahnya berkurang menjadi hanya 1 truk saja.

Mereka tidak tinggal lama di pangkalan V city. Pangkalan di V city jatuh dalam hitungan minggu. Pihak militer tidak sanggup menahan gelombang serbuan ribuan zombie yang terjadi di minggu kedua pasca dibaptis oleh hujan darah dan sudah berevolusi. Diantara gelombang zombie yang mengepung belasan diantaranya di level 2 dan satu zombie di level 3. Sedangkan diantara manusia berkekuatan super tidak ada yang di level 3. Akibatnya pangkalan pun jatuh dan jumlah orang yang selamat yang semula seratus ribu orang direduksi menjadi tinggal dua ribu orang.

Dari pangkalan V City mereka pindah ke pangkalan di G City. Dalam perjalanan itulah Xiao Jing menemui akhir hidupnya yang tragis. Ia menjadi korban keegoisan dan watah buruk yang di masa damai tersembunyi, namun di era apocalypse moral manusia hampir secara keseluruhan jatuh. Hukum rimba yang berlaku dan manusia makan manusia baik secara istilah maupun literal mulai jamak didengar.

Mata Mei Xin mengeras. Tangannya mengepal erat. Kematian Xiao Jing yang pertama telah membuka tiga pandangannya akan dunia. Ia tidak lagi berpikiran naif dan waspada akan wajah asli manusia di balik topeng. Bahkan dengan sifatnya yang hati-hati dan waspada, ia masih saja jatuh ke dalam skema apalagi jika ia bersifat sembrono. Ia mungkin berakhir tanpa tulang dan abu untuk dikubur. Harga diri yang tersisa mungkin juga sudah tercerabut karena terlalu rusak.

Yang kedua, ia menyadari betapa lemahnya dia. Untuk melindungi keselamatannya dan juga Xiao Jing ia mutlak membutuhkan kekuatan. Hanya yang kuat yang punya hak bicara. Tanpa itu keselamatan dan harga diri apalagi balas dendam hanya akan menjadi tong kosong yang nyaring bunyinya.

Dalam kehidupan ini, ia bertekad untuk tidak lagi bergabung dengan pangkalan manusia manapun. Ia hanya akan keluar dari tempat ini pada waktu ia memiliki kekuatan yang jadi chipnya, sebagai tawar menawarnya dalam hak berbicara. Jika ia ditakdirkan hanya menjadi manusia biasa dalam kehidupan ini juga, ya terjadilah. Ia bukanlah orang tamak. Rebirth juga bagian dari jari emas. Setidaknya ia mengetahui apa-apa yang terjadi di masa depan sehingga ia bisa menghindari lubang dan ranjau di sepanjang jalan.

Mei Xin melirik ruangan tempatnya tidur. Selain rebirth, warisan kakeknya juga jadi jari emasnya. Ia akan mempelajarinya. Jika pun pahit-pahitnya ia gagal mempelajarinya, ia bisa menetap secara permanen di ruang rahasia tanpa keluar lagi setidaknya sampai ia butuh untuk mengumpulkan sumber daya yang lain. Hmm, ini bukan rencana yang buruk. Langit tidak membencinya. Surga tidak memunggunginya. Dalam kehidupannya yang kedua, ia memiliki jari emasnya sendiri.

Berjam-jam lamanya Mei Xin menunggu. Di tengah malam ia merasa haus yang amat sangat seolah ia tersesat di padang pasir selama dua hari. Ia pun segera meraih botol yang ia simpan di samping kantong tidurnya. Setelah terpuaskan dahaganya, kantuk datang menyerang dan jatuh ke dalam tidur yang dalam. Saking lelapnya, ia sama sekali tak menyadari semua perubahan di lingkungan luar rumahnya.

Suhu setelah turun minus 10 derajat, itu tiba-tiba melonjak naik hingga 49,99° Celcius. Sangat panas hingga organ-organ tubuh bagian dalam seperti mau meleleh. Erangan dan teriakan histeris mulai terdengar melingkupi seluruh desa. Di tengah-tengah suhu panas yang membakar, turunlah kabut merah yang menyelimuti setiap sudut muka bumi dan tanpa disadari mengubah struktur DNA tubuh makhluk hidup. Mutasi pun tumbuh dan berkembang tak terkendali.

Mei Xin yang tertidur lelap sama sekali tak merasakannya. Ia sama sekali tak menyadari adanya sesuatu yang ganjil. Kabut merah ysng datang mengetuk pintu rumah tidak bisa memasuki ruang rahasia. Ada sesuatu seperti dinding transparan yang mengusir kabut merah yang mengetuk pintu dengan giat. Dan Mei Xin selamat pada proses menyakitkan akibat serangan virus zombie.

TBC

Bagi yang suka cerita ini dimohon untuk meninggalkan jejak. Thank you. ^_^