Chereads / Life in The Apocalypse / Chapter 5 - Kiamat Tiba

Chapter 5 - Kiamat Tiba

Mei Xin bangun pagi sesuai dengan waktu biologisnya. Ia bangun dengan sebuah tanda tanya di kepalanya. Sebelum tidur ia yakin 100% bajunya kering dan bersih, tapi kenapa saat bajunya sudah basah kuyub? Tubuhnya lengket dan.. Ih... Cairan hitam apa ini yang melumuri sekujur tubuh? Baunya tak tertahankan. Bahkan bau campuran kotoran babi, ayam, dan sapi saja kalah.

Mencium bau tubuhnya membuat perutnya bergolak ingin muntah. Cepat-cepat ia ngacir ke kamar mandi dan lupa dengan kewaspadaannya sehari sebelumnya yang ia rencanakan dengan hati-hati. Ia terlalu sibuk mengupas tiap lapisan kotoran di tubuhnya dan membuang langsung bajunya. Perlu beberapa kali gosokan sabun untuk menghilang cairan hitam yang menempel di sekujur tubuhnya bak kulit kedua. Kotoran itu ia guyur dengan air shower dan melarutkannya. Kotoran terbawa oleh air, mengalir menuju selokan yang akhirnya bergabung dengan sungai kecil yang mengalir mengelilingi desa.

Setelah merasa bersih dan wangi barulah otaknya terasa jernih yang memungkinkannya untuk berfikir dan menganalisis. Apa yang salah semalam selepas ia tertidur lelap hingga ia terbangun dengan tubuh yang berbau mengerikan? Otaknya memilah-milah kenangannya. Seingatnya, setelah minum, ia merasakan kantuk yang amat sangat. Ia pun jatuh ke dalam tidur tanpa mimpi yang panjang. Bangun-bangun eh ia sudah menemukan ada yang salah dengan tubuhnya.

Di kehidupan sebelumnya ia juga terbangun dengan tubuh yang basah karena keringat setelah tidurnya yang singkat di akhir malam. Tubuhnya hanya berbau masam hasil dari mandi keringat. Tapi, tidak ada cairan hitam. Jadi, dari mana cairan bau dan lengket ini berasal?

Mei Xin untuk sementara waktu meletakkan kebingungannya. Ia masih memiliki banyak pekerjaan pagi ini selain memikirkan sesuatu yang tidak ia ketahui jawabannya. Sesuai jadwal hariannya. Pagi sekali, ia mencuci baju dan menyiapkan sarapan sederhana. Setelahnya membersihkan rumah dan halaman.

Di tengah kesibukannya beres-beres rumah, ia melihat tetangganya yang penampilannya mencurigakan di ambang jendela yang terbuka lebar. Matanya merah gelap dengan iris putih mengelilingi pupil yang hitam menonjol. Mirip orang yang sedang mengalami sakit mata. Akan tetapi dengan perpaduan warna gelap mengelilingi kelopak mata dan wajah pucat pasi yang memperlihat kelenjar dan urat syarafnya, Mei Xin tidak mungkin salah mengira orang itu matanya sakit. Belum lagi dengan tingkahnya yang aneh. Gerakannya kaku mirip robot. Air liur terus menetes dari sela-sela mulutnya yang terbuka lebar. Kuku-kukunya lebih runcing dan panjang juga kotor dari orang normal.

Otak Mei Xin langsung connect. Dalam kehidupannya sebelumnya, ini adalah tampilan awal orang yang berubah menjadi zombie pasca infeksi. Lama kelamaan di bawah gerusan waktu dan perubahan suhu, daging akan mulai kusut dan busuk. Ada juga yang hanya seperti tengkorak berjalan. Mata akan berwarga gelap hingga tidak bisa dibedakan mana pupil dan mana iris.

Berkat pengalaman di kehidupan sebelumnya yang harus bertahan di peradaban zombie, Mei Xin menyikapinya dengan tenang. Tidak ada teriakan. Tidak ada kepanikan dalam pembuluh darahnya. Hanya terkejut sesaat. Dengan tenang, ia mengayunkan gagang pengkinya yang terbuat dari batang logam dan langsung membelah kepala zombie. Darah berwarna merah gelap disertai cairan otak berhamburan keluar. Bersamaan dengan pecahnya kepala, tubuh zombie langsung rubuh. Mei Xin mendorongnya keluar dan menutup rapat-rapat daun jendela dan pintu.

Dengan adanya zombie, berarti hari ini dunia memasuki era apocalypse. Era kegelapan yang menumbuh kembangkan bibit-bibit setan di dada manusia dibalik kulit elegan dan modernnya.

Mei Xin berbalik ke dapur untuk mengemas sarapannya dan kembali ke ruang rahasia. Xiao Jing masih tertidur lelap dengan tubuh yang kotor dan bau sepertinya. Tadi ia lupa memperhatikan Xiao Jing karena tidak tahan dengan bau tubuhnya sendiri. Tubuh Xiao Jing sehat. Tidak ada anomali perubahan fisik selain cairan bau yang mengotori tubuhnya. Ia pun membersihkan Xiao Jing. Adiknya masih juga lelap, meski bajunya dikupas dan diganti dengan yang baru. Adiknya ini memang tukang tidur.

Mengecek Xiao Jing sudah. Sarapan sudah. Sekarang tinggal... Ah, ia lupa. Ia lupa mengecek semua tanaman di sekitar rumahnya dan khususnya di ujung terowongan rahasia. Di kehidupannya yang lalu, ia tahu bukan hanya manusia saja yang terinfeksi virus. Hewan dan tumbuhan pun turut serta. Akibat infeksi, susunan tubuh mereka bermutasi.

Pada hewan tubuh bermutasi menjadi berukuran raksasa dengan atribut kuku dan gigi super tajam yang sangat berguna untuk berburu mangsa. Gerakan mereka secepat manusia esper dengan kekuatan kecepatan. Cepat, lincah, dan juga ganas. Terlepas dalam kategori apa mereka sebelumnya. Di era apocalypse hanya ada satu kategori hewan yakni hewan predator dan kanibal. Tidak ada lagi hewan herbivora apalagi jinak. Yang mengerikan lagi, hewan mutan ini sanggup membunuh manusia esper yang satu tingkat di atasnya.

Pada tumbuhan berbeda lagi. Mereka dibagi dalam dua kategori. Kategori pertama bermutasi menjadi tanaman berracun yang mengandung virus zombie. Jika dimakan oleh manusia yang sehat mereka juga akan terinfeksi dan berubah menjadi zombie pula. Terkecuali tanaman yang dibudidayakan dengan hati-hati di pangkalan manusia. Tanaman-tanaman ini ada yang bermutasi, namun jumlahnya minor. Hanya saja panen tidak sebagus dan semelimpah di era sebelumnya. Akibatnya, makanan berubah menjadi komoditas mahal dan di tahap awal berfungsi sebagai alat pertukaran.

Kategori kedua, tanaman bermutasi menjadi tanaman kanibal. Mereka makan daging. Mereka merubah cabangnya menjadi sulur untuk menarik mangsanya ke dalam mulut pohon. Akarnya pun bisa berfungsi serupa dengan sulur. Ada juga pohon kanibal yang bisa berpindah tempat, meski gerakannya lambat dan juga canggung.

Mei Xin juga sempat mendengar selentingan kabar bahwa di tahun ketiga era apocalypse ada pohon setan. Konon kabarnya pohon ini bisa berbuah, tapi hanya satu saja. Buah ini bagi manusia tidak ada nilainya, namun bagi zombie ini semacam alat kultivasi untuk meningkatkan level mereka dua tingkat. Karena itu, dimana ada pohon ini di situ ada gelombang zombie.

Kesimpulannya, di era apocalypse tanaman dan hewan berubah menjadi musuh jika mereka bermutasi.

Mei Xin menghabiskan sarapannya untuk mengisi ulang energinya. Mumpung Xiao Jing masih tidur, ia mengecek tanaman yang ditanam mendiang kakeknya di ujung lorong rahasia. Ia meneliti setiap tanaman yang tumbuh. Tanaman herbal, rerumputan, gulma liar, hingga lumut pun ia periksa. Tidak ada satu pun yang terlewatkan. Untungnya, tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda mutasi. Semuanya tumbuh dengan normal. Tidak ada yang terkontaminasi virus zombie seolah-olah tempat ini dilewatkan begitu saja.

Dugaan Mei Xin benar. Seluruh lorong rahasia dari ujung ke ujung dilindungi oleh tabir tak kasat mata. Kabut merah yang berisi virus zombie tidak bisa menyerbu masuk. Itu sebabnya, semua makhluk hidup yang ada di lorong rahasia selamat dari serangan virus. Cairan hitam di tubuh Mei Xin dan adiknya bukanlah akibat infeksi virus, melainkan kotoran yang melekat pada darah, tulang, dan daging yang didetoksifikasi oleh cairan murni yang ditampung dalam cekungan gua rahasia.

Normalnya, prosesnya amatlah menyakitkan. Seperti ada jutaan semut merayap, mengerubungi sumsum tulangnya, menggigitinya, dan menyedot esensinya. Luar dalam, tiap inchi tubuhnya seperti dilalap lautan api yang mengamuk. Setiap ototnya membelah dan lalu tumbuh lagi secara berulang-ulang yang seolah tiada akhir. Mungkin Mei Xin masih bisa menanggung rasa sakitnya karena ia pernah mengalami hidup di era apocalypse, tapi Xiao Jing mustahil. Namun berkat kombinasi yang aneh antara pengaktifan virus zombie yang ternyata sudah merasuk ke dalam tubuh sebelumnya dengan air murni dan susunan tabir pelindung, keduanya terhindari dari proses yang menyakitkan. Tahu-tahu, tubuh mereka sudah bersih dari kotoran menjadi kultivator pemula.

Xiao Jing sudah bangun dan sibuk belajar menjelajah ketika ia kembali ke ruangan. Tangan gemuknya merusak tatanan kasur, selimut, bantal dan guling hingga ruangan menjadi sangat berantakan. "Astaga! Xiao Jing!" Pekik Mei Xin buru-buru meraih tubuh adiknya yang kini berniat memanjat meja. "Lihat! Jadi berantakan, kan?"

Mata bulat dan jernih Xiao Jing menatap kakaknya. "Aah! Ah!" Serunya sambil bertepuk tangan gembira, mengira kakaknya sedang memuji kerja kerasnya. Jika Mei Xin tahu apa yang dipikirkan adiknya, ia pasti mencubit hidung adiknya karena gemas.

Kepala Xiao Jing menengok kanan dan kiri. Jemari tangannya dimasukkan ke mulut dan berkata, "Mamam.. mamam."

"Sebentar kakak siapkan," Mei Xin mengambil bubur yang sudah ia siapkan sebelumnya dan ditambah air panas dalam termos sedikit untuk menghangatkan bubur. Ia menyuapi Xiao Jing hingga habis. Ia meletakkan mangkuk bersama piringnya yang kotor. Ia memberikan botol air minum pada Xiao Jing.

Mei Xin menatap alat-alat makan yang kotor di luar ruangan dengan tatapan rumit. Jujur ia tertekan. Sangat. Sebagai pecinta kebersihan -efek dari kelahirannya kembali- melihat peralatan makan yang kotor menggelatak di lantai akan membuatnya tidak tenang. Nalurinya menyuruhnya untuk segera mencucinya, akan tetapi keadaan tidak memungkinkan yang mana membuatnya sangat tertekan.

Mei Xin menghela nafas panjang. Ia mengepalkan tangannya erat, membulatkan tekadnya. Ia memilih mencuci wadah bekas makannya dan Xiao Jing seperti biasanya. Toh ia juga harus ke atas untuk mengecek keadaan di luar. Ia melirik Xiao Jing yang dengan bahagia menghancurkan ruangan. "Jangan kemana-mana! Kakak ke atas sebentar," pamitnya.

Mei Xin mencuci peralatan makan secepatnya dan meletakkannya di dekat ruang rahasia agar mudah dibawa kembali. Siapa tahu ia lupa. Selanjutnya, ia bergegas ke rumah kaca yang dibangun di samping rumah untuk memeriksa pertanian hidroponiknya. Untungnya, rumah kacanya dibangun secara permanen. Satu-satunya pintu masuk terhubung dengan rumah sehingga Mei Xin tidak perlu keluar rumah untuk memeriksa pertanian hidroponiknya yang mana membahayakan keselamatan jiwanya.

Berbeda dengan tanaman di dalam gua, tanaman hidroponiknya beberapa diantaranya menunjukkan tanda-tanda mutasi genetik. Daunnya berubah menjadi hijau sangat gelap dan ada gurat biru gelap hingga keunguan. Itu ciri tanaman mengandung virus zombie. Mei Xin cepat-cepat mencabutnya. Semuanya ia kumpulkan untuk nanti dibakar bersama. Tanaman yang sehat ia biarkan dengan harapan siapa tahu masih bisa dipanen nantinya.

Menurut ingatannya, untuk mengurangi mutasi pada tanaman, air yang digunakan untuk mengairi tanaman berasal dari manusia esper dengan kekuatan air atau dari air yang telah melalui penyaringan ketat dan bahan khusus untuk penjernihan air. Pertanian hidroponiknya menggunakan air tanah yang melalui serangkaian penjernihan sehingga kemungkinan mikrobakteri dapat diperkecil. Mungkin, itu sebabnya tidak semua tanaman di rumah kacanya bermutasi. Jika pun ada tidak begitu banyak.

"Beres. Tinggal halaman." ujarnya lega.

Berbeda dengan yang di rumah kaca. Semua tanaman di halaman menunjukkan tanda-tanda mutasi. Harus dicabut secara menyeluruh hingga ke akarnya, khususnya pohon. Pohon berpotensi besar menjadi tanaman kanibal khususnya pohon yang berumur seabad. Untungnya, tiga pohon mangga yang ditanam ayahnya berusia kurang dari setahun sehingga akarnya belum begitu kuat dan lebih mudah dicabut.

Selama proses pembersihan, ia telah membunuh tujuh zombie. Ia menjadi sasaran empuk karena hanya dia seorang yang beraktivitas di luar rumah. Tanpa ia sadari, keberaniannya membunuh zombie diperhatikan beberapa pasang mata yang nantinya akan menimbulkan masalah untuknya.

TBC

Chapter ini special untuk yang sudah memberi tanda bintang. Thank you. I love you full. ^_^