Masih di hari pertama Ujian masuk Akademi Forestia, terdapat seorang gadis penakut yang berlarian menghindari serangan. Sosoknya yang tidak lincah, gadis berambut merah dengan kacamata bulat belum menjatuhkan siapapun di arena.
Ini bukan tentang Zet, tokoh utama dalam cerita. Cerita ini tentang Vivian, gadis yang akan dijuluki Penyihir.
Gadis ini berasal dari Desa Molmbore, di kelilingi hutan yang luas, namun tidak jauh dari Kota Agatha. Dan Vivian berasal bukan dari sekolah militer atau bangsawan. Melainkan dari sekolah sihir.
Sihir memang amat jarang di dunia ini, namun bukan berarti tidak ada. Namun populasinya menurun semenjak perang 100 tahun lalu.
***
Di sebuah penilaian, Vivian akan dinilai layak tidak untuk bergabung di Akademi Forestia.
"Segitu saja laporan saya, terkait peserta Vivian. Ada kah yang bersedia menjadi pembimbingnya?" pria berkacamata sedang bekerja keras
Vivian berdiri sambil mengepalkan kedua tangannya di dada. Namun tidak ada yang mengangkat tangan, tanda bersedia menjadi pembimbingnya.
"Hei, kamu. Mengapa penyihir sepertimu malah ingin jadi Kesatria?" tanya Margaret, Ace Hearts yang duduk di singgasana empat S Class.
Gadis ini memang selalu tertarik dengan hal baru. Kecerdasan dan ketegasan yang tidak diragukan lagi. Ia adalah peringkat #5 terkuat di Akademi, salah satu dari empat S Class, dan ia adalah kandidat Ratu Britania, menggantikan Ratu Elizabet.
"Anu... Karena saya pikir penyihir harus punya posisi yang pantas." Vivian memberanikan diri menatap ke bangku penonton, "penyihir bukanlah yang berdiri dibelakang dan dibunuh."
Setelah ucapannya itu, tiba tiba dua orang mengangkat tangan. Tidak lain dan tidak bukan, mereka adalah dua Ace. Margaret dari the hearts dan Luck dari the trifoils. Mereka berebut Vivian.
"Sialan, dia milikku, Luck!" Tegas Margaret.
"Siapa tau dia lebih suka pria tampan, bukan begitu, nona Vivian?" tanya pria tampan di kursi S Class.
Sejenak para A Class kebingungan, dua Ace memperebutkan peserta yang dianggap payah. Apa sebenernya yang ada dikepala mereka.
"Maaf tuan, saya memilih Nyonya Margaret."
Margaret pun tersenyum tanda memenangkan perebutan ini.
***