Hyunah memakirkan mobilnya di kawasan pemakaman elit di Seoul. Dia memakai pakaian serba hitam dan membawa sebuket bunga kesayangan mendiang suaminya. Dia menatap ke langit cerah seolah suaminya tersenyum untuknya. Dia juga mengelus perutnya yang semakin membesar, buah hati mereka.
Hyunah tersenyum manis, dia meletakkan bunga di atas pusara suaminya. Dia tidak ingin menangis lagi, dan belajar mengikhlaskannya. Tidak ada yang tahu umur manusia, batinnya dalam hati. Dia juga tidak ingin anak mereka sedih, dia dalam kehamilan yang ke empat bulan.
"Hyuk, aku kemari bersama anak kita, setelah dua bulan aku bersembunyi di balik kegelapan siang dan malam, di balik kesepian yang meruntuhkanku. Aku kembali, aku ingin melanjutkan hidupku bersama anak kita. Mungkin dia akan tumbuh tanpa seorang appa, tapi aku akan menjadi eomma sekaligus appa untuknya"
"Hyuk, aku sangat merindukanmu, sangat dan sangat, siang dan malam aku hanya bisa tenggelam dalam kenangan kita.. kenapa kamu harus meninggalkanku setelah setahun kita menikah? kenapa kamu tidak mengatakannya agar aku bisa mempertahankanmu di sisiku setidaknya lebih lama.."
"Hyuk, aku mohon jawab aku" Hyunah berlutut dia menangis, padahal dia berjanji untuk tidak menangisi suaminya.
Changkyun yang kebetulan ada di sana, dia berlari menuju Hyunah. Entah kebetulan atau tidak, hari kematian pasangan mereka hanya selang tiga minggu. Gayoon meninggal di rumah sakit, Minhyuk meninggal di pelukannya. Changkyun memeluk Hyunah dari belakang, dia sangat merindukan nunanya, mengingat hubungan mereka belum membaik sejak terakhir kalinya...
"Changkyun? apa yang kamu lakukan disini?" tanya Hyunah mengerutkan kening
"Aku menemui istriku, Gayoon. Nuna mengapa menangis?" tanya Changkyun tanpa membaca nisan di depannya, dasar ini bocah
"Dia..." Hyunah menunjuk ke arah nisan itu, Changkyun menatapnya dan hatinya seperti mendapat hantaman bom besar
"Hyung..." Changkyun shock berat mengetahuinya
"Iya, dia meninggal 2 bulan lalu" ucapnya sedih
"Istriku juga meninggal sekitar 3 bulan lalu, mian nuna, aku tidak ada di saat nuna membutuhkanku, dan aku tidak datang" dia menundukkan kepala, meneteskan air mata
"Changkyun, nuna juga mian ya. Nuna tidak ada di saat kamu membutuhkan nuna, nuna merasa menyesal atas itu" ucap Hyunah sedih
"Nuna, mau melihat gayoon? makamnya tidak jauh dari sini" ucap Changkyun dengan mata sayu
"Boleh" ucap Hyunah bersandar pada bahunya, lima menit saja pintanya
"Nuna, menangislah, jangan di tahan" ucapnya sambil membelai rambut nunanya
Mereka berjalan menuju makam gayoon, mereka berdoa, dan di sana ada orang tua gayoon dan juga orang tua Changkyun. Hyunah menyapa mereka, mengingat mereka dekat dan saling mengenal. Hyunah berdoa untuk Gayoon, sahabatnya. Mereka berdoa bersama sebelum mereka berpisah.
Hyunah bersama Changkyun mereka memilih untuk mengobrol bersama. Rasanya sudah lebih dari setahun mereka belum berjumpa satu sama lain, sejak terakhir dia menyatakan perasaan pada nunanya. Mereka saling berbicara dari hati ke hati sambil sesekali mengenang masa kecil mereka. Mereka sudah saling mengenal selama 20 tahun.
"Nuna, aku merindukanmu..." ucapnya manis
"Nuna juga merindukanmu Changkyun" ucap Hyunah sambil mengacak rambutnya
"Hyunahhhhh" teriak mertuanya sambil menarik tangannya pergi
sebuah tamparan melayang ke wajahnya, tidak hanya sekali, tapi Changkyun berhasil menahannya.
"Dasar wanita jalang, kamu bisa-bisanya mesra-mesraan di sini , makam suami kamu masih basah, kamu masih mengandung, bisa-bisanya kamu gatel sama anak muda seperti dia, pakaiannya lusuh, muka acak-acakan, gelandangan dari mana yang kamu temui?" teriak ibu mertuanya yang berubah kepadanya sejak kematian putra tunggalnya
"Bibi, bisa jaga mulut bibi? saya bukan gelandangan, dan kami hanya memiliki hubungan saudara. Jadi sebaiknya bibi tidak merundung menantu bibi. Harap bibi pergi dari sini atau saya melaporkan bibi kepada seluruh wartawan?" ancam Changkyun tidak terima nunanya di rundung
"Ahh kamu mau mengatakan pada seluruh wartawan? silahkan saja, orang miskin sepertimu punya apa? harga diri saja tidak ada" Cih, dia meludahi wajah Changkyun
Changkyun tidak membalasnya dia menelepon polisi, dan wartawan. Seketika mata ibu mertua Hyunah terbelalak lebar. Polisi datang, wartawan di mana-mana, dan pemuda itu....
"Bagaimana kejadiannya Tuan Changkyun?" tanya seorang wartawan
"Mertua dari nuna saya, menampar menantunya menuduh dia ada hubungan gelap dengan saya... lalu dia meludahi wajah saya dan menghina saya.. saya ingin melaporkan atas tuduhan penyerangan, kekerasan dan juga pencemaran nama baik. Oh ya bibi saya ingin mengatakan saya bukan gelandangan, saya kemari untuk menemui mendiang istri saya, dan asal bibi tahu saya seorang komposer. Jika bibi menghina pakaian saya, sama seperti bibi menghina putra bibi, karena pakaian lusuh ini, adalah hadiah ulang tahun terakhir yang putra bibi berikan kepada saya" Changkyun mengakhirinya dan menarik tangan nunanya
Ibu mertuanya, tentunya di bawa ke kantor polisi, karena ada rekaman cctv dan video dia menampar Hyunah dan suara rekaman dia menghina Changkyun tersebar luas di media. Kariernya hancur. Dia mendekam di penjara atas perbuatannya. Citra positif yang dia buat tidak ada artinya. Seluruh hartanya habis dalam sekejap karena kesombongannya.
"Kyun...gomawo, jeongmal gomawo" isak Hyunah
"Nuna, udah janji ya gak nangis lagi" Ucap Changkyun membelai pipinya mengoleskan salep dan meniupnya pelan.
"Kyun... haruskah kita memulainya dari awal? aku sudah lama ingin pergi dari rumah mertuaku
"Nuna, apa dia sering menyiksamu?" tanyanya
"Hampir setiap hari aku merasa sesak nafas, Minhyuk akhirnya memutuskan untuk membawaku pergi dari rumahnya.. tapi mertuaku selalu datang setiap hari menghantuiku... kesehatan mentalku akhir-akhir ini memburuk" ucapnya menitikkan air mata
"Nuna, tinggallah di rumah kami, appa dan eomma sudah menganggap nuna seperti putri mereka... Aku turut prihatin mendengarnya" ucap Changkyun bersimpati
"Kyun... aku merasa sungkan untuk tinggal bersamamu dan keluargamu tapi kamu tahu sendiri, aku tidak memiliki keluarga lagi. Satu-satunya yang aku miliki cuma kamu. Ah iya, Minhyuk menitipkan ini untukmu" Hyunah memberikan sebuah surat kepadanya
"Nuna... aku akan membacanya
Dear Changkyunie
Mianhaeyo... aku tidak tahu bagaimana memulainya, bagaimana menuliskannya. Kyun, tolong jaga istri dan anakku seperti kamu menjaga istri dan anak kandungmu. Aku tahu aku salah, namun aku tahu Gayoon umurnya sama seperti ku.... Kami bertemu di rumah sakit, dan dia menyampaikan hal yang sama. Dia selalu bercerita setiap kamu mengigau kamu selalu memanggil Hyunah bukan Gayoon. Setiap kamu mabuk kamu selalu mengatakan kamu mencintai istriku di depan istrimu. Gayoon dia wanita yang sangat baik hati, aku mengenalnya sebelum dia menjadi istrimu. Dia selalu mencintaimu, meski hatimu bukan untuknya. Kamu pun tidak salah, karena tidak ada yang tahu pemilik hati kita. Kyun, aku titip istri dan anakku, dan aku mempercayakan mereka padamu. Aku memberi restu untuk kalian, satu hal lagi, istriku sangat merindukanmu, terkadang saat dia tertidur tanpa sadar dia mengatakan na neun bogoshipo dongsaengie. Aku harap kamu membuatnya tersenyum setiap hari, dan selalu ada untuknya dalam susah dan senangnya
from Minhyuk hyung
Changkyun meneteskan air mata, memberikan surat itu pada Hyunah. Dia memeluk nunanya erat. Mereka saling melepas rindu di balik senja. Saling mengenggam satu sama lain.
Tidak ada yang dapat memahami kemana cinta akan membawa kita pergi dan mempertemukan kita dengan belahan jiwa. Cinta sejati tidak akan mudah pergi. Cinta sejati akan saling mempertahankan satu sama lainnya. Aku merindukanmu di balik senja, aku mengenggammu di balik jingga, ada senja di pelipuk jingga dan bertuan pada cinta kita.
♥♥♥