Hyunah tersenyum cerah menatap tunangannya, dia mengecup lembut pipi tunangannya. Dia menatap Changkyun dengan tatapan sendu, wajah Changkyun terlihat pucat beberapa hari ini. Dia merasa khawatir namun dia tak dapat berbuat apapun. Dia tak dapat memaksa tunangannya untuk check up.
Hyunah bangun dari tempat tidurnya dan berniat menyiapkan pakaian untuk Changkyun. Dia mengambilkan setelan jeans dan sebuah sweater, mengingat di Korea Selatan sedang musim dingin. Saat dia mengambilkan sweater, tanpa sengaja sebuah amplop jatuh dari sakunya. Hyunah mengambil amplop yang bertuliskan "Laboratorium Rumah Sakit International Seoul".
Hyunah menatap curiga ke amplop tersebut, dia membukanya. Hyunah terkejut dengan hasil lab tunangannya. Radang Selaput otak stadium akhir, Hyunah menangis. Changkyun terbangun dari tidurnya mendengar suara Hyunah menangis.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Changkyun lembut
"Kyun, kenapa kamu tidak cerita denganku mengenai penyakitmu?" Tanya Hyunah sedih sambil meremas hasil check upnya.
"Sayang.... aku... aku... aku..." Belum sempat Changkyun melanjutkan kalimatnya, matanya gelap dan dia terjatuh di depan Hyunah dengan hidung mengeluarkan darah segar.
"Kyunnnnnnnnn" Hyunah berlari ke arahnya, mendekapnya memanggil namanya, dia menelepon ambulans, namun semua rumah sakit penuh oleh pasien korona.
Hyunah merasa frustasi dia menelepon dokter keluarganya untuk datang ke appartemen Changkyun. Dokter Jung segera datang dan menatap Hyunah sedih. Kondisi Changkyun tidak baik-baik saja, Hyunah hanya bisa menangis. Changkyun tidak sadarkan diri dan berjuang melawan masa kritisnya.
"Sayang, aku mohon jangan tinggalkan aku" Hyunah menangis sambil menggenggam kedua tangan Changkyun.
"Kyun... aku akan menyanyikan sebuah lagu untukmu, lagu ini baru jadi setengahnya" Ucap Hyunah terbata-bata sambil terisak dalam kesedihan yang mendalam.