Kemarin mungkin kami beruntung, bisa mendapatkan misi untuk para pemula. Tapi, kami ragu kalau itu akan terjadi lagi. Maka dari itu, kamipun kembali ke Guild.
Seperti biasa, saat kami masuk, para petualang lain menatap kami dengan rendah sambil ber bisik-bisik. Kami sudah tahu, pasti mereka sedang merendahkan kami lagi. Tapi, kami sudah terbiasa, jadi kami hanya membiarkannya begitu saja.
"Yo, Nana"
"Oh, Ren. Mencari misi lagi?"
"Haha, iya. Apakah ada misi untuk pemula?"
"Coba kulihat sebentar"
"Baik"
Sambil menunggu, kami tak sengaja mendengar salah satu pembicaraan petualang yang ada dibelakangku.
"Hey, kau sudah dengar?"
"Tentang apa?"
"Aku dengar, kemarin ada seorang petualang yang dibunuh."
"Hah? Benarkah?"
"Iya, tapi yang anehnya. Tidak ada jejak yang ditinggalkan"
"Mungkinkah pembunuhnya profesional?"
"Sepertinya begitu."
Tak lama setelah kami mendegar itu, Nana kembali.
"Baik, kalian beruntung. Ada misi untuk pemula. Ini... " sambil menyodorkan selembar poster Quest.
"Terima kasih... Anu, Nana?"
"Ya?"
"Tadi, aku tak sengaja mendengar pembicaraan petualang disana. Katanya, kemarin ada petualang yang dibunuh. Benarkah, itu?"
"Oh, itu. Benar, memang kemarin ada petualang yang dibunuh. Tapi, pelakunya tidak diketahui sama sekali. Bahkan, para penyelidik tak menemukan apapun."
"Hmm...."
"Apa ada yg perlu ditanyakan lagi?"
"Ah, tidak ada. Terima kasih."
"Sama-sama. Selamat bertualang"
Setelah itu kami pergi menuju lokasi misi.
"Baik, hari ini misi kita adalah... "
Lokasi: Tambang Astasos Kemarin, disaat kami sedang menambang. Kami tak sengaja menemukan celah yang sepertinya terhubung dengan sesuatu. Saat celah itu terbuka, ada beberapa skeleton yang keluar. Petualang yang membaca ini, tolong datang dan basmi semua skeleton itu! Suggestion: 1300+ Point Rewards: 500 Spiral + 1000 Point> "Terdengar sulit" "Halah, paling 5 menit juga selesai" "Haha, seperti biasa, kau sombong skali ya" "Masalah? Ngajak berantem kau?" "Hahaha, maaf maaf" Disaat kami sedang membicarakan tentang misi, aku melihat Xana yang menunjukan bahwa ia sedang mencemaskan sesuatu. Akupun mendekatinya, "Ada apa, Xana? Kau terlihat seperti cemas." ".... A-Ah, maaf." "Ada apa? Ingin membicarakannya?" ".... " "Ah, maaf kalau kau tidak ingin membicarakannya." Tiba-tiba Xana berhenti, dan aku yang masih meneruskan langkahku, dihentikan oleh Xana dengan menarik bajuku. "?" "Anu.... Sebenarnya, aku sedang memikirkan perkataan petualang tadi. Aku hanya berpikir, aku seperti pernah merasakan hal seperti itu.... 'Dibunuh?', A-Aku seperti pernah merasakannya.... " Mendengar itu, aku baru mengingat. Pertama kali kami bertemu Xana ialah saat ia sedang dibully. Setelah kejadian itu, dia selalu mengikuti kami kemanapun. Meskipun sudah kami suruh menyuruhnya untuk pulang, tapi dia tidak mau. Apa mungkin? Dia sama seperti kami? Tak ada orang tua. Tapi, apa yang terjadi pada orangtuanya? Sebenarnya, masih banyak yang kami tidak ketahui tentang, Xana. "Xana... Kau tak perlu memikirkan nya. Mungkin saja kau pernah merasakannya dalam mimpi." "Tapi, aku merasa takut... Bagaimana kalau dia mengincar kita besok? Atau mungkin lusa? Atau mungkin malam ini? " "Xana... Kau tak perlu mengkhawatirkan hal semacam itu. Jikapun ada pembunuh yang mengincarmu, kami pasti akan melindungimu. Sama seperti yang kita lakukan dulu, saling melindungi. Bila mereka mengincar kita, kita tinggal saling bahu-membahu. Jadi, kau tak perlu khawatir. Ok?" "O-Ok." "Kalau begitu, Ceria lah kembali. Ya?" ".... B-Baik" "Woi, kalian cecunguk. Mau kita tinggal? " "Ah, iya maaf. Ayo, Xana. Kita berjuang bersama! " "Iya." -------------------- 20 Menit kemudian, kami sampai ke lokasi Quest. Disaat kami sampai, seorang perempuan dengan tubuh yang besar dan kekar menghampiri kami. "Apa yang anak kecil lakukan disini? Pulanglah, ini bukan tempat bermain" "Gawat! Ren, lihat! Gorila bisa berbicara! Gawat, Dunia akan hancur!" "Siapa yang kau sebut Gorila, dasar kau bocah! " "Hey, Bima tenang! Maaf kan kelakukan temanku. Kami kesini setelah melihat poster Quest ini" kamipun menunjukan poster Quest yang kami bawa. "Ah, jadi kalian petualang? Maaf, aku tak menyadarinya. Kalian terlalu muda, jadi aku tak menyadarinya." "Wajar, gorila kan bodoh." "Bocah ini, ingin kau hajar hah?" "Berani kau? Dasar gorila! " "Anu, bisa kita tunda perkelahian nya?" "Baiklah, kali ini kau kulepaskan" "Gorila ini...." "Baiklah, aku sepertinya tak perlu menjelaskan panjang lebar, karena kalian pasti sudah membacanya diposter. Seperti yang kalian ketahui. Kami tak sengaja menemukan celah baru,dan itu sepertinya menghubungkan kesuatu tempat. Dan lagi,setelah celah itu terbuka, banyak tengkorak hidup yang keluar dari sana. Jadi, mudahnya adalah kalian hanya perlu menelusuri jalur baru itu dan menghabisi semua tengkorak yang kalian temui." "Heh, nona Gorila. Bagaimana kalau ada peti harta karun?" "Yah, kalian boleh mengambilnya. Anggap saja itu sebagai bonus." "YOSH, AKU AKAN PERGI DULU! " "Tunggu, Bima! Gawat, sifat aslinya keluar." "Anak ini, seperti biasa. Kalau masalah harta aja, hadeh.... " "Kalau begitu, kami permisi" "Baik, kami serahkan kepada kalian. Berhati-hatilah" ------------------------------ 1 Jam kemudian.... "Wah, tak kusangka, jalurnya panjang sekali." "I-Iya, dan lagi, mereka banyak sekali. Aku sampai kehabisan Potion" "Untung kita dapat menyelesaikannya." "Haha, tak masalah. Selama kita mendapatkan harta karunnya" "(Anak ini....) " Setelah menyelesaikan misi itu, kamipun kembali ke kota. Sesampainya dikota, "Hey, Ren... Bagaimana kalau kita berpesta hari ini?" "Ah, ide bagus. Tapi, sepertinya aku harus melaporkan dan mengambil imbalan kita terlebih dahulu di Guild." "Ah, baiklah kalau begitu. Kami duluan ya" "Ah, iya." Kamipun berpisah disitu. Tak lama, saat aku melewati sebuah gang. Tak sengaja aku melihat ada sesosok berjubah hitam dan seorang lagi yang tak asing dalam mataku. Ia adalah salah satu Kapten Prajurit Perbatasan Kota Astasos, Kapten Noel. "(Apa yang dilakukannya disini? Dan lagi, siapa itu?) " Aku pun mencoba mendekatinya tanpa ketahuan agar dapat mendengar pembicaraan mereka. "Bagaimana persiapannya, Noel?" "Semua sudah siap, tinggal menunggu waktu yang tepat." "Ingat, rencana ini tak boleh gagal. Usahakan kau tidak mengacau nya." "Seharusnya, aku yang berbicara seperti itu. " "Apa maksudmu?" "Kau kan yang menyebabkan masalah kemarin?" "Ah, tentang petualang itu ya?" "Jadi, benar kau yang membunuhnya. Dasar sialan. Karena kau, aku juga yang harus mengurusnya. Beruntung mereka tidak menemukan apapun." "Hahaha, lagipula itu tak sepenuhnya salahku. Itu karena dia telah melihatku, maka dari itu aku harus melenyapkan nya agar identitas ku tak terbongkar. " "Pokoknya aku tak ingin mendengar alasan lagi. Usahakan tak kau ulangi lagi. Bila rencana ini terbongkar, semua penyamaranku selama 3 tahun ini akan sia-sia. Lebih parahnya, mungkin Raja Leo akan membunuh kita dan keluarga kita." "Ah, kau benar..." "(Apa? Jadi, mereka dalang dari pembunuhan kemarin itu. Dan, lagi apa maksudnya? Semua persiapan sudah siap? Dan, lebih parahnya... Raja Leo terlibat? Aku harus memberitahukan ini ke Guild, secepatnya!) " Klontang-Klantang.... Karena terburu-buru, aku tak sengaja menendang sebuah kaleng yang tepat berada dekat kakiku. "(GAWAT!) " "SIAPA ITU?! " "(Sial! Aku harus lari!) " ... "Noel, Sepertinya dia mendengar apa yang kita bicarakan tadi" "Ya, sepertinya begitu." "Bagaimana sekarang? Bagaimana kalau dia memberitahukan kepada yang lainnya?" "Tenang saja, aku kenal dengan bocah itu.... " ___________________ BERSAMBUNG~~ ------------------------------ Tambahan: Seluruh kota beserta rajanya, diurutkan dari yang terkuat sampai terlemah: Zarathos - ???? Girgoa - Ratu Lea Xerot - Raja Firand Kelmia - Raja Streo Mastrafa - Raja Leo Aasharot - Raja Aas II Midfrag - Raja George Porfilan - Raja Feblius Vitgaal - Raja Vinemon Astasos - Raja Mat'han