Chapter 77 - 77.

Dokter dari dalam keluar dengan memberitahu bahwa Pasien kehilangan banyak darah dan segera membutuhkan transfusi darah golongan AB  negatif  agar operasi bisa segera dilaksanakan.

"Kondisi pasien saat ini dalam keadaan kritis dan membutuhkan transfusi darah AB negatif agar bisa melakukan operasi besar pengangkatan peluru, tapi Golongan AB negatif termasuk salah satu golongan darah yang langka".  Kata dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU.

Mendengar penuturan dokter Silvia langsung teringat LiThian, karena yang Silvia tahu hanya LiThian yang memiliki darah AB negatif. Sebelum Silvia pergi, Qiao Lian yang sedang dirawat di rumah sakit yang sama datang.

"Tunggu Silvia..! Izinkan aku mendonorkan darahku untuk Ludius. Golongan darah kita sama yaitu AB negatif". Kata Lian yang datang menggunakan kursi roda dibantu oleh suster.

"Tapi kondisi Tuan sedang kurang sehat. Aku tidak bisa melakukan itu". Silvia mencoba menolak melihat kondisi Lian yang masih lemah.

"Aku adalah Kakak dari Ludius, Izinkan aku untuk sedikit membantunya. Aku tidak bisa tinggal diam melihat Ludius dalam keadaan kritis".  Katanya dengan penuh kekhawatiran.

Silvia dan LongShang tidak menyangka bahwa orang yang sedang dihadapan mereka adalah Kakak kandung dari Ludius. Melihat keadaan saat ini sedang terdesak demi kelancaran operasi, Silvia memperbolehkan Lian untuk mendonorkan darahnya.

"Jangan khawatir, adikku pasti akan baik-baik saja karena dia mempunyai wanita baik sepertimu yang mau mendukungnya". Kata Lian untuk menenangkan hati Silvia yang tergambar jelas kesedihan di wajahnya. Lian dibawa ke ruangan lain untuk mengambil sampel darah.

"Silvia, maaf aku harus meninggalkanku sendiri disini karena masih ada hal yang harus aku lakukan. Aku harap kamu mau merahasiakan tentang keadaan Ludius atau Kakaknya pada siapapun saat ini walau itu Kak Chang sekalipun. Dan aku akan berusaha mengganti jejak Ludius di tempat kejadian agar dia tidak dicurigai oleh Nathan atau siapapun. Aku yakin masih banyak hal yang Nathan tutupi dan jalan satu-satunya untuk membongkar semuanya adalah dengan hidup berdampingan bersamanya".

"Aku tahu itu, tapi jika dia kembali lagi untuk menuntaskan akar masalahnya aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.  Dia memang pria yang kuat, tapi disaat tertentu dia menjadi pria yang ceroboh" Katanya dengan menundukkan kepala.

"Dia mempunyai impian untuk bisa hidup damai bersamamu tanpa bayang-bayang dendamnya masa lalu.  Sebelom impiannya terwujud dia tidak mungkin menyerah walau itu kamu sekalipun yang mencegah". LongShang mengusap kepala Silvia dengan senyum hangat yang tidak pernah dia tunjukkan. LongShang pergi meninggalkan rumah Silvia sendiri.

Demi tetap menjaga Identitas Ludius, LongShang saat ini bertindak lebih hati-hati dan teliti dengan menempatkan mata-mata di setiap tempat untuk mengurangi resiko kebocoran informasi. Disaat LongShang mendengar Ludius dikepung dia mulai menyadari ada mata-mata diantara mereka.

2 jam lamanya Ludius berada di ruang operasi. Silvia masih setia menunggu Ludius yang sedang menjalani operasi. Setiap detik terasa begitu lama dan berarti baginya.  Ditambah lagi tidak ada satupun orang yang menemani Silvia menunggu untuk tetap menjaga rahasia dan identitas Ludius saat ini yang menyamar sebagai Jason.  

'Tuhan aku mohon..  Selamatkan Ludius.  Jika memang Engkau menghendaki kami bersama kabulkanlah permohonan ku.  Dia adalah seseorang yang penting dalam hidupku, seperti pentingnya udara untuk kehidupan. Jika dia tiada maka selamanya aku akan merasa sesak karena harus hidup tanpa adanya dirinya'. Batin Silvia meminta  🙏.

Di penghujung malam Dokter akhirnya keluar.  Saat itu Silvia sedang terduduk sendiri langsung beranjak dari tempatnya begitu melihat Dokter keluar dan menanyakan keadaan Ludius.

"Operasi berjalan lancar meski ada sedikit hambatan tapi tapi semua baik-baik saja berkat darah yang dibutuhkan datang tepat waktu.  Kondisi pasien saat ini masih belum stabil dan masih dalam pantauan Tim medis.  Dalam jangka 3 jam kedepan Pasien masih belum bisa di temui". Dokter bedah keluar dan pergi dari hadapan Silvia.

Silvia akhirnya bisa bernafas lega mendengar operasi Ludius  berjalan lancar.  'Terima kasih Tuhan, Engkau masih mendengarkan Doa dan peromohonanku'.  Batin Silvia bersyukur dengan senyuman.   Walau Silvia masih belum bisa menemani Ludius didalam, dia masih setia menunggu Ludius didepan ruang ICU.

Di jam 02.00 pagi LongShang datang dan melihat Silvia masih menunggu dengan keadaan tertidur. "Maafkan aku Silvia, demi menyelesaikan misi dan tujuan. Kamu harus tertidur sendiri seperti ini tanpa ada yang menemani". Kata LongShang lirih.  Dia melepas jasanya dan menyelimuti tubuh depan Silvia.

***

Pagi ini Silvia terbangun dan melihat tubuhnya sudah diselimuti jas oleh seseorang yang tidak dia ketahui siapa.  Melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi Silvia pergi mencari suster atau Dokter untuk menanyakan kondisi Ludius.

"Sus..  Boleh saya bertanya bagaimana keadaan Pasien saat ini  yang sedang dirawat di ruang ICU?". Tanya Silvia yang melihat seorang Suster keluar dari ruang ICU untuk pengecekan kondisi Pasien.

"Kondisi pasien sudah mulai stabil, kemungkinan Pasien akan segera siuman. Dan Saya mendapat pesan dari Dokter, Nona sudah diperbolehkan menjenguk Pasien saat ini".

"Terima kasih Sus atas informasinya.  Saya akan masuk kedalam".  

Silvia berjalan masuk kedalam ruang ICU, ini kedua kalinya bagi Silvia melihat kondisi Ludius berada di ujung maut.  Terlihat wajah yang selama ini selalu menunjukkan kasih sayang, mata dan bibir yang selalu di iringi kejahilan terlihat begitu pucat. Silvia memandang wajah yang dia rindukan dengan penuh cinta.  

Kiss…

Ini untuk pertama kalinya Silvia mencium kening pria yang selalu membuatnya berdebar. Dan ini pertama kalinya pula bagi Silvia melihat Orang yang dia Cintai begitu damai walau dalam keadaan terluka.

Silvia duduk disebelah Ludius dengan menggenggam tangannya.  "Tuan Lu..  Mengapa kamu belum bangun juga? Apakah kamu takut aku akan membalas perbuatanmu yang sembarangan telah mencium wanita lain di depan ku? ".  Kata Silvia jahil dengan menahan air mata dan kesedihan nya.

"Jangan bersedih lagi Sayang.. " kata Ludius lirih

Silvia tersenyum mendengar suara Ludius yang terdengar samar-samar.

"Tuan mesum, kamu sudah bangun?". Tanya Silvia dengan mengembangkan senyumnya.

Perlahan Ludius membuka mata indahnya, dia bahkan tersenyum karena Silvia adalah orang yang pertama kali dia lihat.