78 Mengetahui Masa Kecilmu. Sedikit kenangan..
Perlahan Ludius membuka mata indahnya, dia bahkan tersenyum karena Silvia adalah orang yang pertama kali dia lihat.
"Apa kamu masih marah Sayang? Sehingga kamu memanggilku Tuan mesum?". Tanya nya samar dengan senyum jahil.
"Stop..! Jangan panggil sayang. Dan emangnya kenapa kalau aku panggil kamu Tuan mesum. Apa-apaan itu Kamu terluka tapi masih bisa menggoda ku? Aku jadi tidak yakin kalau kamu benar-benar terluka". Kata Silvia merajuk.
Ludius mencoba untuk duduk, Silvia yang melihat menahan tubuhnya agar tetap tertidur dan tidak memaksakan duduk. "Jangan paksakan dirimu, kamu baru saja melewati masa kritis. Tidur..! ". Perintah Silvia.
"Sayang, Apa kamu sangat merindukan ku hingga membuatmu marah seperti ini?. Bagaimana kalau aku membayarnya dengan 1 ciuman?". Goda Ludius.
"Setiap inci anggota tubuhku itu sangat mahal. Mana mungkin kamu yang sekarang bisa membayarnya..!". Silvia berkata dengan memalingkan wajah seolah sedang merajuk.
Melihat Silvia terus merajuk, Ludius tidak tahan melihat gemas nya tingkah Silvia dan menarik Silvia ke arah samping tubuhnya dan memeluknya .
"Ternyata Nyonya Ludius masih marah ya.. Baiklah, 1 tubuhmu aku akan membayarnya dengan 1 surat nikah Bagaimana? Apa itu cukup untuk mengganti kesalahanku padamu?". Tanya Ludius masih dengan kejahilan nya.
Silvia yang mendengar tersentak "Eh.. A.. Barusan kamu bilang apa?, aku tidak dengar.. ". Katanya dengan malu-malu.
Ludius tersenyum senang melihat orang yang dia cintai malu-malu mendengar pernyataannya.
"Sayang.. Kamu adalah milik ku. Kamu mau mendengarnya berapa kali pun aku akan tetap mengatakannya kalau aku sangat mencintaimu".
"Bohong..! Jangan membicarakan soal cinta kalau kamu masih senang bermain dengan wanita bahkan kamu menciumnya tanpa rasa malu didepanku". bantah Silvia, Walau kini dia sedang berada di pelukan Ludius, Silvia masih ingin merajuk hingga membuat Ludius mengatakan perkataan yang dia inginkan.
"Maafkan aku Sayang, It's OK..! Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu percaya kalau itu hanya bagian dari sebuah rencana? ".
"Jangan bertanya, aku tidak akan memberitahumu". Jawab Silvia dengan memalingkan pandangannya dari Ludius.
Ludius tersenyum dan semakin jatuh hati pada gadis kecil nya yang manja. Dia mengecup kening Silvia tanpa melepas pelukannya.
"Sudah 2 tahun tidak bertemu, ternyata kamu jadi semakin manja ya.. Aku tidak akan pernah meninggalkan mu Sayang. Maafkan aku selama 2 tahun pergi tanpa kabar, Dan justru datang padamu hanya membawa luka". Perkataan Ludius terdengar serius.
Silvia yang mendengar justru menangis dalam pelukan Ludius. "Dasar Tuan mesum, bodoh.. Mengapa kamu melakukan itu, Mengapa kamu menanggungnya seorang diri?. Apa aku masih belum bisa kamu percayai?". Katanya terisak.
"Sejak kapan gadis kecil ku jadi secengeng ini?". Ludius membelai kepala Silvia "Ternyata aku melakukan hal yang salah ya?. Aku hanya tidak ingin menempatkanmu dalam bahaya. Jika aku membawamu dalam masalah ini, aku tidak bisa memaafkan diriku jika kamu sampai terluka".
"Setidaknya kamu bisa memberitahuku kalau kamu baik-baik saja". Silvia mengangkat wajahnya dan memandang Ludius dengan muka basah oleh air mata. "Apa kamu bisa bertanggung jawab jika aku sudah menikah dan memiliki keluarga. Lalu tiba-tiba kamu kembali? ". Tanya nya lirih.
Ludius mengusap air mata Silvia dengan jemarinya "Jika memang itu yang terjadi, aku akan mundur dari kehidupanmu. Membiarkanmu memiliki keluarga yang damai". Jawab Ludius tenang.
"Dasar pria BODOH..! Kamu merelakan aku secepat itu?. Lalu untuk apa aku mencintaimu sampai sejauh ini?". Katanya melirih.
"Karena aku percaya itu tidak mungkin terjadi. Takdir telah menyatukan kita, bagaimanapun kita berpisah, sejauh mana pun kita terpisah. Aku tahu kita pasti akan bertemu di waktu yang tepat".
Silvia tertegun mendengar perkataan Ludius, 'Sejak kapan pria yang hanya bisa marah dan membuat orang jengkel bisa bersikap dewasa seperti ini?. Ah.. Sekarang lebih terlihat akulah yang gadis kecil'. Batin Silvia.
Dari luar terdengar ketukan pintu, disaat mereka masih dalam keadaan berpelukan Lian di antar oleh suster datang menjenguk.
"Adik Lu, bagaimana keadaanmu? ". Tanya seseorang di ambang pintu.
Sontak Silvia beranjak dari pelukan Ludius dan berdiri tegak bak seorang tentara. Lian yang melihat hubungan mereka tersenyum menahan tawa.
"Kak Lian? Bagaimana Kakak bisa ada disini? ". Tanya Ludius yang melihat Lian ada di ambang pintu.
Lian di bantu suster mendekat ke arah Ludius. "Aku dibawa ke Rumah Sakit ini oleh Bibi Yun dan Bibi Yuliana. Aku senang, adikku sudah tumbuh dewasa. Terakhir kali aku melihatmu, kamu sangat cengeng dan begitu manja". Kata Lian dengan masih menahan tawa.
"Heh.. Benarkah..?". Silvia memandang Ludius lekat-lekat. "Apa benar seperti itu?. Tidak mungkin wajah Culas dan Mesum sepertinya bisa manja dan cengeng. Membunuh orang saja dia tidak segan". Kata Silvia menambahkan karena dia tidak percaya dengan perkataan Lian.
"Benar, dulunya adik Lu sangat manja dan cengeng. Melihat kelinci mati saja dia menangis. Apa kamu mau mendengar kisah masa kecilnya? ".
"Tunggu..! Kak Lian.. Berhenti mempermalukan ku didepan calon istriku". Kata Ludius lirih dengan menahan malu.
"Melihat Tuan mesum malu, Em… aku jadi semakin penasaran bagaimana Tuan mesum dulunya".
"Hei.. Apa kalian bersekongkol untuk meledekku habis-habisan? ". Kata Ludius jengkel.
"Ah.. Iya, anggap ini sebagai syarat permohonan maaf mu karena telah sembarangan mencium wanita. Tuan mesum..! Hehe..".
Ludius seperti dikeroyok oleh 2 serigala yang hidup ribuan tahun ditempat sirkus. Kini Ludius seakan sedang dipermainkan oleh mereka.