Silvia memandang Jason dengan tegas untuk menutupi perasaan yang sebenarnya.
"Tuan Jason, anda mengatakan tentang Takdir. Apakah Tuan percaya tentang hal itu?"
"Aku tidak mempercayai tentang hal semacam Takdir, Tapi seseorang mampu membuatku percaya. Dia bahkan menunjukkannya padaku apa itu Takdir".
Kedua mata saling pandang, Silvia bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari mata indah itu.
"Maaf Tuan, Sepertinya kekasih saya membuat anda tertarik. Kalian sedang membicarakan apa?". Dari samping Li Thian datang dan langsung menggandeng Silvia.
Mendengar perkataan Li Thian yang seenaknya saja, Silvia mendelikkan matanya pada Li Thian "Apa yang kamu katakan barusan?". Bisik Silvia penuh penekanan.
"Bukan membicarakan hal penting. Maafkan saya, saya tidak tahu kalau Nona Silvia sudah mempunyai kekasih, saya tidak bermaksud lain Tuan". Jason melihat kearah cincin yang Silvia pakai. "Nona Silvia, Saya dengar anda sudah mempunyai calon suami". Katanya melanjutkan.
Silvia terdiam beberapa saat, Li Thian yang melihat ekspresi Silvia langsung menengahi. "Maaf Tuan itu adalah masa lalu kekasih saya. Anda mungkin telah menyinggung perasaannya saat ini"
Silvia mengangkat tangannya dan memperhatikan cincin pemberian Ludius, dia mengambil nafas dalam-dalam.
"Tidak apa-apa Li Thian". Memandang kearah Jason "Tuan Jason.. ternyata anda tahu banyak hal. Ini adalah cincin berharga pemberian calon suami saya yang telah lama menghilang. Entah dia tahu atau tidak, saya selama ini telah lama menunggu di rumah kami dengan harapan dia kembali dengan mengatakan bahwa dia tidak akan meninggalkanku lagi. Tapi.. Sepertinya aku harus menyerah untuk berharap". Li Thian memeluk Silvia untuk menenangkan hatinya, Li Thian membawanya pergi dari hadapan Jason.
Jason yang mendengar terdiam memandang kepergian Silvia. "Sayang... Maafkan aku yang menghilang selama 2 tahun ini dan membuatmu menunggu. Aku terpaksa menyembunyikan ini dari kalian semua karena ada hal yang harus aku selesaikan dengan caraku sendiri. Tapi disisi lain Aku senang kamu masih memakai cincin pemberianku. Aku mohon bersabarlah sebentar lagi sayang". Gumam Jason
Dari depan Elena datang menghampiri, "Sayang.. Apa yang sedang kamu fikirkan? Sepertinya kamu tidak menikmati Party ini. Dengar Sayang, Paman Nathan sudah memanggil kita untuk mengumumkan hari pernikahan kita didepan sahabat paman".
"Terserah kamu mau melakukan apa, aku tidak ada hak untuk menolak keinginanmu". Kata Jason dengan memaksakan senyumnya.
"Jason.. Sebenarnya ada apa denganmu hari ini, Mengapa kamu jadi seperti ini? Apa karena wanita tadi kamu jadi seperti ini?". Tanya Elena, dia menaikkan nada bicaranya dengan wajah penuh kecemburuan dan amarah.
"kamu berfikir terlalu jauh Elena. Aku hanya berbicara basa basi dengannya sebagai patner bisnis. Jika kamu terus mencurigai orang tanpa alasan seperti ini.. Aku tidak yakin apa kamu benar-benar mencintaiku".
"Maafkan aku Sayang, tidak seharusnya aku meragukanmu. Lupakan kejadian tadi, sekarang kita bergabung dengan paman untuk mengumumkan acara pernikahan kita di China".
Elena menggandeng Jason dengan mesra berjalan menuju dimana pamannya berada.
"Elena.. Kemarilah, apa kamu yakin untuk menikah dengan orang yang ada disampingmu itu?. Nathan memandang Jason dengan tatapan tidak suka.
"Kenapa paman menanyakan itu? Apa paman tidak menyukai Jason?". Tanya Elena balik.
"Bukan seperti itu Elena. Dulu Kakakku mempercayakan kamu padaku untuk aku jaga. Jika kamu salah memilih pasangan, pasti Ayahmu akan menuntutku di alam lain nanti".
"Paman Nathan.. Jangan khawatirkan Elena" mendekap Elena dengan senyuman. "Aku pasti akan menjaganya dengan sepenuh hati. Aku mencintainya Paman".
"Syukurlah jika seperti itu, mungkin itu hanya perasaanku saja. Tapi jika aku tahu kamu mempermainkan Elena, aku pasti tidak akan melepaskanmu". Ancam Nathan dengan memandang Jason tajam.
Setelah perdebatan yang panjang antara Jason dengan Jonathan. Akhirnya dengan resmi Jonathan menyampaikan Pernikahan Jason dengan Elena akan dilangsungkan 2minggu lagi.
Silvia yang mendengar dari kejauhan hanya bisa menghela nafas dalam pelukan Li Thian. "Sudahlah Silvia, lupakan masa lalu. Entah itu Jason atau Ludius dia sudah mendapatkan kebahagiannya. Kamu juga harus merelakan dia pergi dan memulai hidupmu yang baru".
"Mudah untuk berbicara. Aku tahu semua yang terjadi padaku adalah kehendak-Nya. Tapi mengapa aku belum bisa melepas perasaanku. Bahkan sisi
lain mengatakan untuk terus bertahan hingga aku mendengar sendiri perkataan putus dari mulutnya".
"Kamu terlalu naif Silvia. Jika kamu seperti ini, bagaimana kamu akan melangkah maju kedepan. Kamu masih memiliki masa depan yang cerah Silvia".
"Bagi seorang wanita jika telah berjanji untuk setia menunggu, maka tidak ada masa depan lain selain hanya sebuah penantian. Walau aku sempat ragu.. Tapi, setiap perkataannya mempunyai makna. Dia seperti mengingatkanku kembali tentang sapu tangan, cincin pemberian. Entahlah.. Itu terlalu rumit".