Chapter 64 - 64.

Waktu berjalan begitu cepat bagi Silvia, Sore ini menjadi hari terakhir bagi Silvia dan Ludius untuk bersama. Perasaan aneh, dan cemas menyelimuti hati Silvia di tengah riuhnya orang-orang yang berada di samping Silvia.

LongShang mendekat kearah Ludius yang sedang berada di ranjangnya untuk memberitahu semua persiapan keberangkatan.

"Ludius, semua yang di perlukan telah Bi Yun siapkan, Dan Pesawat sudah berada di bandara. Apa kamu yakin akan berangkat sekarang? Bukankah Kondisimu belum pulih sepenuhnya?".

"Aku sudah bertekad LongShang, apapun yang terjadi aku harus menyelesaikannya".

"Baiklah, sepertinya aku memang tidak bisa mencegahmu pergi".

Ludius kembali mendekat kearah Silvia untuk yang terakhir kalinya, pandangan mereka saling beradu, hati mereka saling berdetak. Tangan Ludius menyentuh wajah Silvia,

"Saatnya untukku pergi. Sayang.. Apapun yang terjadi dan apapun yang kamu dengar. Percayalah bahwa aku akan kembali". Katanya dengan senyum mengembang.

"Aku akan pegang kata-katamu. Jadi cepatlah kembali". Perkataan Silvia tertahan, dia tidak bisa melanjutkan perkataannya.

Ludius mengecup kening Silvia untuk yang terakhir kali disusul dengan senyuman. Ludius keluar dari ruang rawat bersama LongShang. Silvia terus melihat kepergian Ludius sejauh mata memandang. Air matanya mengalir begitu saja dari kelopak matanya.

'Sebenarnya permainan apa yang sedang Engkau rencanakan Tuhan?  Aku tidak pernah meragukan Kehendak Mu. Tapi aku mohon.. Dimanapun Ludius berada, jagalah dia seperti Aku menjaga Keyakinanku padaMu'.

"Sudahlah Silvia.." Membelai kepala Silvia  "Dia hanya pergi 1minggu bukan selamanya dari sisimu.  Aku baru tahu adikku ternyata bisa mencintai seseorang sampai seperti ini, Aku kira adikku sampai kapanpun tidak akan jatuh cinta pada seseorang kalau dilihat dari sifatmu yang selalu acuh pada setiap Pria". Kata Julian dengan kedewasaannya

"Aku ini wanita normal Kakak,  tentu saja aku bisa jatuh cinta pada seseorang. Seharusnya Kakak yang sudah berumur, kapan Kakak membawa orang yang Kakak Cinta menuju pelaminan?". Perkataan Silvia membuat Julian terdiam beberapa saat.

'Jika kamu tahu saja, bahwa kamu adalah wanita yang ingin aku pinang. Tapi sepertinya itu tidak mungkin,  sampai kapanpun kamu akan tetap anggap aku sebagai seorang Kakak'.

"Kak..! Apa yang sedang Kakak fikirkan?". Tanya Silvia yang menyadari sikap Julian yang tiba-tiba terdiam.

" Ehm.. Silvia, sepertinya aku harus pergi dahulu kalian lanjutkan saja pembicaraan kalian".kata LingLing yang canggung dengan keadaan mereka.

"LingLing, tetaplah disini. Adikku sedang membutuhkanmu saat ini. Aku akan pergi keluar sebentar".   Julian keluar dengan perasaan campur aduk  melihat wajah Silvia yang muram.

***

Bandara Shanghai.

Ludius tampak rapi dengan setelan Jas Silver datang ke bandara bersama LongShang dan WangChu. Kali ini dia akan pergi sendiri tanpa di dampingi pengawal atau penjaga.

"LongShang, terus awasi Kakak Silvia,  Aku merasa masih ada kebohongan yang dia sembunyikan. Aku titip Silvia dan Perusahaan padamu, jika ada hal yang penting segera beritahu aku".

Ludius naik kedalam pesawat dan pesawat lepas landas. Di dalam pesawat Ludius mengirimkan pesan untuk Silvia.

📩 Sore Sayang.. Aku sudah dalam pesawat saat ini. Apa kamu sudah merindukanku Sayang?

📩 Siapa yang merindukanmu Tuan Lu.. Karena Kamu telah pergi, Ah.. Rasanya aku ingin cari udara segar bersama Julian atau pria yang namanya Li Thian itu. Jangan salahkan aku..!.

"Sayang.. Apa kamu sedang membuatku cemburu. Kita lihat nanti apa kamu masih bisa mengatakan ini setelah kita bertemu".

📩 Oh.. Kamu tidak merindukanku Sayang.. Baiklah, jika kamu berani bermain dengan pria lain. Aku akan memberimu pelajaran Bagaimana menjadi istri yang baik di ranjang.

***

Dirumah sakit Silvia yang sedang bersama LingLing merasa kesal.

"Apa-apaan Dia! Siapa juga yang merindukannya. Seharusnya aku sekarang jalan dengan pria lain itu tidak masalah baginya kan!!" Kata Silvia dengan nada kesal.

"Hahaha… Silvia, apa kamu sedang merindukan Tuan Lu hingga membicarakannymerindukannya?".

"LingLing, bisa tidak kamu jangan membicarakan pria dengan segudang kejahilannya itu. Lagi pula untuk apa membicarakan hal tentang dia. Itu benar-benar membuatku tidak bisa tidur". Kata Silvia dengan wajah kesalnya. "Ohya.. Kamu lebih  baik pulang LingLing, in sudah malam. Aku akan meminta Kak Julian untuk mengantarmu".

Sejujurnya Silvia justru amat sangat mengkhawatirkan Pria dengan segudang kejutan itu.

"Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Aku bisa pulang sendiri, tidak perlu diantar. Kalau Bryan tahu aku takut dia salah faham nantinya".

"Chie.. Yang makin deket sama Senior Bryan.. Kapan kalian tunangan, kalau Bryan kelamaan bisa-bisa sahabatku ini punya gandengan lain. Hehehe". Canda Silvia.  "Demi kalian, aku telefon Senior Bryan deh.. untuk jemput kamu pulang. Masa kamu punya Senior Bryan masih mau pergi malam sendiri. Bahaya..!". Sambung Silvia.

Silvia akhirnya mengirim pesan pada Seniornya itu. Walau Silvia sedikit melupakan siapa Bryan, tapi dia tahu bahwa mereka berteman dan menjadi kekasih LingLing.

"Ok.. Ok.. Stop Bully. Please.. Kamu jangan buat aku berharap. Bryan saat ini sedang sibuk di kantor menggantikan Ayahnya yang mulai sakit-sakita. Masa iya aku tiba-tiba kasih sinyal untuk meminta tunangan".

"Kamu tidak perlu khawatir, kan masih ada aku!" Dengan senyum jahilnya  "Aku akan buat Senior Bryan sadar kalau kamu itu sudah cukup lama menunggu. Dia harus segera membuat keputusan tentang masadepan kalian, aku jamin.. Senior Bryan pasti akan segera menyadarinya dan meminangmu". Sambung Silvia dengan semangat.

Tidak lama Bryan datang ke ruang rawat Silvia membawa buah tangan.

"Silvia, Bagaimana keadaanmu?". Tanya Bryan

"Aku sudah lebih baikan. Senior Bryan.. Aku dengar kamu sedang mengurus Perusahaan Ayahmu, Bagaimana,  apa ada kendala?". Tanya Silvia untuk memulai misinya.

"Saat ini kondisi Perusahaan mulai stabil, kamu mempertanyakan itu pasti ada sesuatu yang berkaitan dengan pertanyaanmu kali inikan?".

"Dalam hal seperti ini aku akui Senior Bryan sangat peka. Tapi Bagaimana dengan LingLing.. Apakah Senior sudah tahu apa isi hatinya?".

LingLing yang mendengar pertanyaan terang-terangan dari Silvia mengenainya, sontak membuat LingLing tersentak dan menatap Silvia tajam. Disisi lain LingLing juga merasa malu dan berharap.

"Ah.. Itu.. Bryan, jangan dengarkan perkataan Silvia. Dia hanya sedang membual saja". Kata LingLing mencoba menutupi

" Sayang.." Membelai rambut LingLing  "Maafkan aku karena akhir-akhir ini jarang memperhatikanmu. Tapi dalam waktu dekat ini pasti aku akan segera melamarmu didepab orang tuamu". Jawab Bryan dengan senyum manisnya.

Seketika hai LingLing melayang terbang mendengar itu dari mukut orang yang dia sayang. Mereka saling berpelukan didepan Silvia yang membuatnya tersenyum ikut bahagia.

"Ekhem.. ".