Seisi ruangan riuh oleh suara mereka. Setidaknya Silvia melupakan sejenak apa yang tengah menimpanya. Perasaan senang dan tertawa lepas di wajah Silvia membuat Ludius yang melihatnya menjadi sedikit lebih tenang.
Disaat mereka tengah bercanda suster datang membawa membawa makan siang untuk Silvia. Kali ini Silvia sudah di perbolehkan makan bubur.
"Permisi Tuan dan Nona.. Saatnya Pasien untuk makan siang". Sapa Suster didepan pintu. Dia masuk dan menaruh nampan berisi makanan di atas meja.
"Sus, kamu boleh keluar. Biar saya yang menyuapi pasien manja ini". Kata Ludius dengan memandang Silvia dengan tatapan jahil.
"Apa kamu bilang, Aku manja!! Maaf yah Tuan Ludius, aku bukanlah wanita manja yang mau Tuan Ludius suapi makanan. Lagi pula aku masih punya tangan untuk makan sendiri!".
"Benarkah! Baik.. Dari dulu memang siapa yang selalu menyuapi kamu Sayang?". Sindir Ludius.
"Permisi Tuan dan Nona Lu.. Kalian sedang senang bercanda tapi lupa kalau masih ada aku disini. Jadi lebih baik aku keluar dulu dari pada hanya menjadi penonton kalian. Permisi!". LingLing keluar dari ruang rawat.
Kali ini pembalasan karena telah berani meledek Ludius, Silvia di buat kikuk. "Ayo katakan, siapa yang selalu menyuapimu gadis kecil manja?". Tanyanya kembali dengan nada jahil.
"Baik.. Baik.. Kamu Tuan Lu! Kamu puas!". Silvia memasang wajah merajuk, Ludius yang melihat wajah Silvia yang sedang merajuk tersenyum puas.
Ludius mulai menyuapi bubur halus pada Silvia, walau suasana menjadi tenang karena kepergian LingLing. Tapi wajah Silvia terlihat lebih segaran dari terakhir kali terlihat. Terdengar suara ketukan pintu dari depan.
"Bentar ya Sayang, sepertinya ada yang mengetuk pintu". Ludius berjalan kearah pintu dan membukanya.
Terlihat pria asing datang keruang rawat mereka, dia tampak muram dengan tatapan terus menatap Silvia.
"Siapa kamu? Ada perlu apa dengan calonku?". Tanya Ludius dingin.
"Pertemukan aku dengan calon istrimu, aku hanya ingin melihat keadaannya".
"Maaf, tapi Silvia sedang tidak dapat di ganggu. Silahkan cari waktu lain untuk menjenguk!". Ludius mengusir pria asing yang ingin menjenguk Silvia.
"Tuan Lu.. Apa ada seseorang yang datang?". Tanya Silvia dari dalam,
Pria asing yang mendengar suara Silvia langsung menerobos masuk. Dia berjalan cepat menuju di mana Silvia berada.
Didepan Silvia dia justru terdiam melihat kondisi Silvia saat ini. Perasaan bersalah seperti telah menghantuinya. Dia berjalan perlahan mendekati Silvia
"Kamu Kakak kan?". Sapa Silvia dengan senyuman.
"Kamu mengenalku Silvia? Padahal aku belum membuka topengku didepanmu". Dia berdiri di samping Silvia.
"Kakak.. Jika memang kita saudara, walau hanya sekali bertemu aku pasti akan mengenali Kakak. Apakah Ludius melepaskan Kakak?". Tanya Silvia.
" Yah.. Teman calon suamimu melepaskanku dan membiarkanku datang untuk menemuimu. Maafkan aku, aku tahu aku tidak pantas untuk mendapat maaf dari adik terbaikku. Dan aku ingin bertanya, Dimana Ayah sekarang ?".
"Ayah telah meninggal 2tahun yang lalu. Dan aku berada di China atas permintaan terakhir ayah untuk mencari keluarganya. Mungkin yang ayah maksud adalah kamu Kak".
"Ayah sudah meninggal? Padahal permintaan ibu sebelum meninggal adalah agar aku mencari Ayah dimanapun dia berada, Walau ibu mengandung di luar pernikahan bersama Ayah, tapi dia masih berharap Ayah datang mencarinya. Aku terus melacak dimana keberadaan keluarga Ayah dan mendapatimu ada di China, seorang pria tanpa nama yang memberitahuku tentang siapa kamu sebenarnya. Lalu aku menerima permintaanya untuk membunuh Ludius".
"Maafkan aku Kak, Jika saja aku dan ibuku tahu lebih awal. Kakak tidak akan menderita seperti ini". Kata Silvia dengan wajah tertunduk.
"Sudahlah, lupakan! Penyesalan yang Ayah rasakan sudah cukup mengganti kesalahannya di masalalu. Aku Lan ChangYing, panggil saja aku Kakak Chang".
"Kakak Chang..!" Panggil Silvia dengan senyuman.
Ludius yang sedari tadi memperhatikan dari kejauhan datang menghampiri. "Maaf Sayang, aku masih belum mempercayai kalau dia adalah Kakakmu. Di tambah lagi dia diberitahu oleh pria tanpa nama yang ingin mencoba membunuh kita. Apa kamu tidak merasa aneh Sayang?".
"Tuan Lu.. Apa kamu tidak senang aku bertemu keluargaku yang selama ini aku cari?". Tanya Silvia dengan perasaan tidak senang dengan sikap Ludius yang mencurigai orang yang dia anggap Kakak.
Ludius mendekati Silvia, dia memeluk Silvia hangat. "Aku tidak menuduh atau mencurigai Sayang. Aku hanya tidak ingin kehilangan kamu untuk yang kesekian kalinya. Aku hidup didunia hitam sudah lama, wajar aku sedikit mengkhawatirkanmu Sayang. Jadi.. Jangan marah ya"
"Iya.. Baiklah. Aku tidak marah, hanya sedikit tidak suka sikapmu yang mencurigai seperti itu".
"Minggu depan aku akan ke Indonesia dan membawa ibumu kemari. Sekaligus membawa sample dari Ayahmu untuk melakukan tes DNA bagaimana?. Apa kamu tidak keberatan Sayang, dengan tes DNA kamu menjadi yakin kalau dia benar-benar Kakak kamu".
"Benarkah?" Senyum Silvia mengembang "Ibu akan datang kemari?".
"Iya Sayang, aku akan sekali lagi melamarmu didepan ibumu. Jadi sampai saat itu tiba, jangan pernah melakukan apapun yang membuatku khawatir yah".
Silvia mengangguk mengiyakan. Ludius melepas pelukannya dan membalikkan badan dan memandang Chang dengan tatapan dingin. "Bagaimanapun juga sekarang kamu Kakaknya Silvia. Aku sudah menyiapkan rumah untuk kamu tinggali. Ini adalah kartu gold, gunakan untuk keperluanmu selama tinggal dirumah itu. LongShang akan mengantarmu kesana".
Melihat Ludius seperti menekannya Silvia merasa tidak enak "Kak Chang, maafkan Tuan Lu yah. Dia memang orangnya seperti itu, tapi sebenarnya dia orang baik Ko!". Kata Silvia pada Chang.
" Tidak apa Silvia, wajar calon suamimu melakukan ini. Kakak tidak mempermasalahkannnya". Jawab Chang dengan senyuman.