Perdebatan kecil antara Ludius dan Kakak Chang membuat Silvia harus menyatukan mereka yang berselisih. Ludius yang belum mempercayai pria yang bernama Chang memerintahkan LongShang untuk mengawasinya.
LongShang datang untuk mengantar Chang menuju tempat yang sudah Ludius sediakan.
"Tuan Chang, aku di perintahkan Tuan Lu datang untuk mengantarmu menuju kediaman yang telah Tuan Lu siapkan".
"Tuan Lu, terima kasih untuk tempat tinggal yang Tuan berikan. Aku mohon pamit".
Chang dan LongShang keluar dari ruang rawat. Silvia merasa bahwa Ludius masih belum menerima pria itu sebagai Kakaknya.
'Sayang.. Kamu masih belum tahu seperti apa dunia kelam sesungguhnya. Aku hanya melakukan semampuku untuk menjagamu dari kasih sayang dan cinta ilusi. Jika memang dia hanya memanfaatkanmu, kamu pasti akan sangat terpukul'. Batin Ludius.
"Ada apa kamu memperhatikanku, apa ada yang salah denganku?". Tanya Silvia saat melihat Ludius menatapnya dalam.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya berfikir, Bagaimana aku bisa jatuh hati pada gadis cerewet dan tidak menyenangkan sepertimu?. Sebenarnya apa yang kamu gunakan untuk memikatku?".
"Kamu mau tahu..? Jawabannya Sederhana, cukup jadi diri sendiri yang cerewet dan tidak menyenangkan seperti apa yang kamu katakan. Jika semua wanita tunduk dan menyangkan hatimu, bukankah itu terlalu membosankan?".
"Hahaha.. Sejak kapan calon istriku jadi pandai berbicara?. Tapi itulah yang membuatku jatuh cinta padamu Sayang. Kamu mampu menunjukkan sisi lain dunia yang belum pernah aku lihat".
Di saat Silvia duduk di ranjang, Ludius memeluknya dan membelai kepalanya.
"Seperti apapun hitamnya Dunia yang kulihat dan kudiami. Kamu mampu menunjukkan cahaya dan jalan lain yang mampu memberikan jalan pulang".
Ludius mengecup kening Silvia dengan penuh cinta "Tuan Lu, dimanapun kamu berpijak dan melangkah, jika kamu salah mengambil arah dan tujuan hidup. Maka aku akan selalu ada disampingmu untuk menunjukkan jalan yang lebih terang. Aku tidak akan membiarkanmu memilih jalan hitam dan gelap".
"Sayang.. Ada hal yang ingin aku sampaikan padamu. Selama 6 hari ini aku akan terbang ke Inggris untuk menyelesaikan apa yang telah di mulai sejak dulu. Setelah urusanku si Inggris selesai aku akan ke Indonesia untuk menjemput ibumu, jadi sampai saat itu tiba. Berjanjilah untuk selalu menjaga dirimu".
Perasaan Silvia berat menerima keputusan Ludius yang ingin pergi ke Inggris. Cemas dan khawatir menyergap hati dan perasaan Silvia begitu saja.
"Tapi, apakah tidak bisa kamu tunda kepergianmu ke Inggris, Tuan Lu.. Hatiku tidak tenang jika kamu pergi sekarang. Aku mohon, jangan pergi!".
"Percayalah padaku Sayang.. Aku hanya ingin menyelesaikan apa yang telah di mulai. Tenang, aku pergi dari sisimu hanya 6 hari. Apa kamu tidak bisa menahan rindu selama itu?". Tanyanya dengan senyum jahil.
'Bagaimanapun aku harus pergi, Karena apa yang telah di mulai harus segera diakhiri. Jika itu tidak melibatkanmu mungkin aku akan acuh, tapi karena masalah ini sudah melibatkanmu maka aku ingin menyelesaikannya dan memulai hidup tenang bersama keluarga kecil kita'.
"Baiklah.. Aku akan mengizinkanmu pergi selama 6 hari. Tapi jika lebih dari itu kamu belum kembali, aku tidak akan memaafkanmu".
'Entah mengapa, jika aku melepas kepergianmu saat ini. Aku merasa bahwa kamu akan pergi jauh dari hidupku untuk waktu yang sangat lama. Ada apa dengan hatiku ini, kenapa tiba-tiba goyah hanya karena perasangka buruk. Tidak..! Silvia kamu harus mempercayainya dan menunggunya kembali dengan tenang. Jangan kecewakan dia'. Perasaan dan hati Silvia terus berdebat didalam fikirannya.
"Sebelum itu, aku akan menunjukkan sesuatu padamu".
Ludius mengeluarkan Kotak perhiasan dari dalam sakunya, dia membuka dan Silvia melihat sebuah cincin bertahtakan berlian.
"Sayang, ini adalah cincin pernikahan milik mendiang Ibuku yang ibu titipkan untuk calon istriku nanti. Aku titipkan padamu selagi aku pergi sebagai bukti bahwa aku pasti akan kembali kesisimu dan memakaikannya dijari manismu tepat di altar pernikahan nanti".
Hati Silvia semakin tidak menentu melihat cincin itu dititipkan kepadanya. "Tuan Lu.. Aku terima amanah ini sebagai bukti keseriusanmu untuk kembali. Aku juga mempunyai sesuatu untukmu Tuan Lu".
Silvia memberikan sebuah buku tulis usang yang membuat Ludius tidak mengerti apa maksud dibaliknya. "Ini apa Sayang?". Tanya Ludius heran.
"Itu hanya sebuah buku usang. Tapi aku berharap itu bisa menjadi pengingat jika Tuan Lu berada dalam situasi yang sulit dan tidak menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang Tuan Lu cari". Memberikan sebuah buku kecil sejenis buku Diary, "Dan ini adalah sapu tangan yang aku rajut sendiri sebagai pengingat kalau Tuan Lu masih memiliki janji untuk kembali".
'Ada apa denganku? Mengapa aku memberikan barang aneh seperti itu pada Ludius. Diakan hanya pergi untuk sementara waktu, Dia pasti akan menertawakanku karena telah memberikan hal konyol kepadanya'. Batin Silvia.
"Sayang.. Kamu memberikan hal penting ini padaku? Aku pasti akan secepatnya menyelesaikan urusanku dan kembali kepadamu. Aku juga sudah meminta LingLing untuk tinggal di rumahku untuk menemanimu nanti".
LingLing beserta LongShang dan Julian datang memenuhi permintaan Ludius. Karena kepergian Ludius kali ini sedikit beresiko, dia sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk kemungkinan terburuknya.
"Silvia.. Akhirnya aku bisa menemanimu di rumah Tuan Lu. Sudah lama kamu tidak menghabiskan waktu berdua denganku". Kata LingLing dengan senyuman. Dia menghampiri Silvia dan memeluknya. Ludius yang melihat kedekatan mereka merasa tenang meninggalkan Ludius bersama orang yang dapat di percaya.
Di balik keriuhan ruangan karena kedatangan Ling Ling, Hati Silvia justru merasa gelisah dan hatinya tidak pernah berhenti mencemaskan sesuatu.
'Serahkan semuanya pada Tuhan Silvia..! Kamu tidak boleh goyah..'. Batin Silvia menyakinkan diri sendiri.