Setelah penyerangan itu lampu ressort tiba-tiba mati dengan sendirinya. Ini mungkin ulah mereka untuk membuat permainan menjadi semakin menarik. Ludius mengirim pesan pada LongShang.
📩 Datanglah segera ke Ressort pantai Wuzhizhou Island. Aku dan Silvia telah di jebak oleh seseorang. Bawa anggotamu menuju kemari secepatnya. Aku sudah tidak ada banyak waktu lagi sebelum mereka menemukan tempat permsembunyianku.
Silvia dan Ludius yang masih bersembunyi di salah satu kamar terdiam menunggu kesempatan untuk kabur dan menyerang. Â
"Sayang kita tidak ada pilihan lain selain menyerang mereka satu persatu. Kamu tunggulah disini, aku akan mengambil pistolku yang aku tinggalkan di kamarku. Jangan sampai kamu keluar atau bersuara selagi aku belum kembali. Mengerti" bisik Ludius. Silvia hanya mengangguk mengiyakan.
"Tuan Ludius Lu.. Keluarlah!" Suara itu kembali lagi,
Dari yang Ludius dengar suara tadi berasal dari arah yang berlawanan dengan arah menuju kamarnya. Dia mengendap-endap keluar dari tempat persembunyian
'Ini saatnya aku keluar untuk mengambil pistolku, semoga saja mereka tidak tahu dimana kamarku berada'. Batin Ludius.
Ludius keluar perlahan dan melihat kesekeliling, dengan penuh kehati-hatian Ludius akhirnya sampai di ruang samping kamarnya. Disaat dia akan berbelok arah menuju kamarnya. Dua orang ternyata sudah menunggu Ludius didepan dengan persenjataan lengkap.
'Sial, mereka sudah mengetahui dimana kamarku. Lukaku masih mengeluarkan darah, tapi jika hanya beberapa pukulan mungkin aku masih bisa. Terpaksa aku harus menggunakan tanganku terluka'.
Di saat musuh sedang membelakangi, Ludius dengan cepatnya menyerang dari belakang dengan membekap mulut dan mematahkan tulang lehernya. Ludius mengambil pistol dari tangan musuhnya dan menarik tubuh musuhnya kedepannya untuk melindungi diri dari serangan temannya yang memegang pistol.
*Doar!" Musuh melepas tembakan. Ludius yang mengetahui arah serangannya langsung mengarahkan musuh yang berada ditanggannya kearah tembakan.
*Doar!* Ludius membalas melepas satu tembakan dan tepat mengenai kepala musuh.
'Hampir saja, jika tidak ada pria ini. Mungkin aku sudah mati'.
Setelah Ludius membereskan 2musuh yang berada didepan kamarnya, dia mengambil beberapa peluri dan pistol miliknya jenis Raging Bull 454 dengan ketepatan dan kecepatan menembak 90% di lengkapi dengan peredam suara hingga tidak bisa di prediksi arah tembakanya.
'Sekarang, permainan baru saja dimulai!'.
Perlahan Ludius membuka pintu kamarnya dan melihat kondisi sekitar. Dia berjalan cepat menuju Silvia berada.
'Silvia.. Aku segera datang, Sampai saat itu aku mohon jangan sampai kamu terluka'. Batin Ludius berdoa.
Dua belokan lagi Ludius akan sampai pada Silvia. Di saat akan berbelok 3 musuh tengah berkeliling mencarinya dan Silvia.
*Doar.. Doar.. Doar..!" Ludius melepas 3 tembakan pada ke3 musuh yang sedang berada didepannya.
Ludius teru berjalan cepat menuju ke tempat persembunyian Silvia. Hingga tiba di belokan terakhir Ludius merasa ada yang janggal.
'Mengapa begitu sepi, ini pasti ada yang tidak beres. Apa jangan-jangan Silvia sudah tertangkap?. Aku mohon Sayang, bertahanlah sebentat lagi!'. Batinnya memohon.
Ludius mulai gelisah jika itu menyangkut Silvia.
'Jika memang benar Silvia sudah tertangkap, kali ini aku hanya bisa bertaruh'.
Ludius mendobrak pintu dengan keras. Didalam begitu gelap, Ludius sudah bersiap dengan pistol ditangannya. Ludius berjalan dan melihat bayangan Silvia sedang terdiam diatas kursi rodanya.
"Silvia.. Syukurlah kamu baik-baik saja". Kata Ludius dengan berjalan kearahnya.
Disaat Ludius sedang berjalan kearah Silvia lampu tiba-tiba menyala. Dan melihat Silvia sudah di jaga oleh 2orang musuh dengan mulut di tutup dengan kain.
"Hallo Tuan Ludius, sudah lama kita tidak bertemu setelah kejadian waktu itu!". Sapa seorang pria yang memakai topeng seperti kejadian waktu pertukaran gadis lelang.
"Tuan bertopeng, apa kamu senang bermain-main denganku?. Lihatlah! Kamu telah membuat calon istriku ketakutan".
"Maafkan aku Tuan Ludius Lu, dia begitu cantik dan menggairahkan. Bagaimana kalau aku bersenang-senang dulu dengan calon istrimu?". Perkataan pria bertopeng telah memancing kemarahan Ludius.
"Apa kamu sengaja memancing amarahku Tuan bertopeng?. Sekarang apa maumu?".
Ludius menatap wajah Silvia yang pucat, 'Sayang, Maafkan aku yang telah menempatkanmu dalam bahaya'. Batin Ludius.
Silvia membalas tatapan Ludius. 'Jangan khawatirkan aku, Aku baik-baik saja. Aku senang kamu datang untuk menolongku. Tapi lukamu..'. Batin Silvia.
"Kita bermain dan bertaruh bagaimana? Jika Tuan Lu berhasil aku berjanji tidak akan menyentuh calon istrimu. Permainannya sangat mudah. Kita bermain kecepatan menembak, Aku memiliki 5 Ajudan yang sudah di lengkapi senjata api. Tuan Lu hanya harus membunuh mereka semua atau Tuan Lu yang terbunuh. Tapi jangan senang dulu, setiap Ajudan memiliki senjata dengan kaliber tinggi Dessert Eagle dan Thunder 50 BMG di tambah lagi mereka penembak profesional. Jadi.. Apakah Tuan Ludius bersedia bermain sebentar dengan Ajudanku?".
Silvia yang mendengar pembicaraan mereka syok, dia menatap Ludius menggelengkan kepala.
'Ludius aku mohon, jangan dengarkan dia. Aku tidak ingin kehilanganmu'. Batinnya berteriak.
'Maafkan aku Sayang, mungkin kali ini aku tidak bisa lolos dari maut. Tapi jangan khawatir, aku telah meminta LongShang untuk datang menyelamatkanmu. Sebelum itu aku hanya ingin mengatakan Aku mencintaimu'. Ungkap Ludius dalam hati. Dia tersenyum sebelum akhirnya pergi kesebuah ruangan yang Pria bertopeng siapkan.
Silvia yang melihat Ludius pergi meneteskan air mata 'Bodoh..! Kenapa kamu mau melakukan ini. Apa kamu fikir aku akan senang setelah melihatmu tiada karena mereka?'. Silvia terus menatap sejauh Ludius melangkah dengan wajah meneteskan airmata.