Unedited
Menyaksikan reaksi Brayden yang menggemaskan itu, Brandon tertawa kecil. Ia lalu menjulurkan jari telunjuk kanannya di dekat tangan Brayden, tanda minta ingin di genggam Brayden..
Mungkin menyadari maksud ayahnya, Brayden pun dengan senang menggengam jari telunjuk Brandon.
Tangan kecil itu menggengam jemari Brandon dengan kuat.
Hampir lima menit ayah dan anak itu dalam diam saling menatap.
Tiba-tiba, air mata Brandon mengalir di pipinya dan jatuh di pipi Brayden.
Saking menyesalnya ia tidak melewati hari-hari indah seperti ini, dulu bersama Brayson, Brandon menangis.
Dengan cepat Brandon menghapus air matanya dan mengusap air mata yang terjatuh di pipi Brayden.
Brayden yang sedari tadi diam, menatap Brandon dengan tatapan seakan bertanya, "Ada apa?"
"Waktunya minum susu" ucap Brandon tersenyum lemah dan pergi meninggalkan Brayden sendirian di kamar.
15 menit kemudian Brandon kembali dengan membawa sebotol susu yang sudah di dinginkan.
"Lihat apa ini" Brandon menunjukkan botol yang berisi susu di depan Brayden, "Tada" ia lalu mulai menggoyang-goyangkan botol susu itu.
"Aaa. Uuu.. Aaa. Uuu" Brayden tersenyum, tangannya terangkat ke atas.
"Iya. Iya. Daddy, tau" Brandon pun mendekatkan ujung dot botol susu itu ke mulut Brayden yang dengan cepat langsung diterimanya.
Selesai memberikan susu pada Brayden, Brandon mengangkat anaknya itu dan mulai menina-bobokannya lagi.
Sesekali Brandon mengayunkan tubuhnya supaya Brayden bisa tertidur cepat.
Merasakan Brayden sudah tertidur, Brandon membuang nafas dalam-dalam.
"Good night, son"
*****
"Daddy.. Mommy.." teriak Brayson masuk ke dalam kamar Brandon dan Sarah.
Brandon dan Sarah masih tertidur pulas ketika Brayson dengan tiba-tiba masuk ke dalam kamar mereka.
Melihat Ayah dan Ibunya tidak mendengarnya dan masih juga tidur, Brayson pun berjalan ke arah tempat adiknya tidur.
"Baby. Baby. Dadek baby" sambil menopang tubuhnya dengan cara memegang ujung baby box, Brayson menjinjit berbisik-bisik kecil memanggil adiknya.
Mungkin karena mendengar panggilan dari kakaknya, Brayden yang semula tidur, membuka mata.
Mata cokelatnya langsung bertatapan dengan mata hitam pekat Brayson.
"Wah, baby bangun, wah baby bangun" Brayson melompat-lompat kegirangan, "Morning baby" sapanya tersenyum.
"Auu. Uaa. Auu. Uaa. Auu"
"Hihihihi" Brayson tertawa ketika adiknya itu mulai berbicara bahasa bayinya.
"Baby kapan besar? Brayson gak sabar pengen main sama baby"
"Auu. Uaaa. Auu. Auu. Uaa"
"Ih, baby, Brayson gak ngerti" tutur Brayson dengan wajah cemberut.
"Auu. Uaa. Auu.. Auu" Air liur Brayden sampai membasahi area sekitar mulutnya.
"Baby.. Baby.. Baby Brayden"
"Brayson ngapain, sayang?" tanya Sarah yang terbangun karena ocehan kedua anaknya itu.
"Baby bangun mommy" sahut Brayson yang sudah melepaskan genggaman tangannya dari baby box, menunjuk ke arah Brayden.
"Oh, adik kamu sudah bangun?" Sarah bertanya pura-pura tidak tahu, duduk bersila di atas kasur. Padahal dari tadi ia sudah memperhatikan apa yang sedang dibicarakan anak sulungnya itu pada adik bayinya.
"Sudah mommy"
Sarah mengangguk.
"Oh, Brayson belum cium mommy. Ciuman untuk mommy mana, Lay" ucap Sarah menunjuk pipi kanannya yang begitu di dengar Brayson, langsung berlari ke arah Sarah.
"Morning mommy" sapa Brayson setelah memberikan ciuman milik mommy.
"Morning juga, Laylay" Sarah mengacak-acak rambut Brayson sayang.
Tidak jauh dari mereka, seseorang sedari tadi telah memperhatikan mereka dengan tatapan penuh kehangatan.
"Mommy udah di cium. Kok daddy gak di cium juga, Lay?" sahut Brandon bangun dari tempat tidur.
"Daddy" Teriak Brayson senang ketika melihat Brandon.
"Ciuman daddy, mana?"
Tidak lama kemudian Brayson sudah berdiri di samping Brandon sambil memeluk kaki Brandon.
"Daddy tinggi, Brayson gak bisa cium"
Brandon lalu berjongkok agar bisa di cium Brayson.
Melihat kebersamaan antara Ayah dan anak itu, membuat hati Sarah sebagai seorang ibu merasa bahagia dan meleleh.
********