Neptunus sedang menunggu Nuansa di make up sekarang, kebetulan sebuah brand make up sedang mengadakan diskon besar-besaran dan menawarkan make up profesional secara gratis di mall tersebut, tapi syaratnya Nuansa harus memborong semua produk make up brand itu agar dapat diskon besar-besarannya dan jasa make up profesional gratis.
Nuansa awalnya sempat ingin berpikir dua kali karena jika ia membeli semua produk make upnya, ia bisa menghabiskan separuh gajinya perhari dari Neptunus, namun Neptunus tanpa ragu menyetujui syarat itu dan menanggung semua biayanya demi membuat Nuansa tampil dengan suasana pesta.
Setelah kejadian memalukan di toko pakaian wanita tadi, keduanya memang tidak langsung pergi dari mall tersebut, melainkan mencari sepatu untuk Nuansa dulu dan tidak sengaja melihat promo brand make up itu, jadi langsung saja Neptunus mengajak Nuansa ke sana.
Pria itu sudah menunggu selama lebih dari 20 menit sekarang, 4 cone ice cream sudah dihabiskannya selama menunggu Nuansa di make up, tetapi gadis itu belum selesai juga. Neptunus kemudian memutuskan untuk masuk ke dalam setelah puluhan menit duduk di bangku yang ada di luar.
Ketika masuk, Neptunus berpapasan dengan Nuansa yang baru saja selesai di make over. Gadis itu menggunakan dress merah dan high heelsnya sekarang dengan paduan make up yang sangat apik, membuat Neptunus benar-benar terpukau dengannya.
Nuansa menggerai rambutnya dan merasa agak kesulitan berjalan menggunakan high heels.
"Wow, kau terlihat cantik," puji Neptunus.
"Lihat, kan? Kau ngotot menyuruhku untuk membeli gaun tadi, tapi sekarang kau memujiku, itu artinya kau suka dengan dress ini," ucap Nuansa.
"Ya, itu sangat cocok denganmu. Kau tahu? Aku sempat berpikir kalau aku tidak akan membayar semuanya karena aku merasa benar-benar rugi, tapi melihat hasilnya, rasanya aku akan menyesal jika tidak membayar semua biaya yang kau perlukan untuk menjadi seperti ini."
"Terima kasih untuk sang master make up ini, dia membantu dalam banyak hal."
"Ya, kau benar."
"Berhenti menatapku!" protes Nuansa, ia merasa risih sebab Neptunus tidak mengalihkan pandangannya darinya.
"Maaf, tapi kau benar-benar terlihat cantik," ujar Neptunus.
"Hei, kau terlihat lebih normal sekarang maksudku, syukurlah ini membuat pikiranmu menjadi lebih jernih."
"Aku suka kau dengan baju ketat seperti itu."
"HUH?!" Nuansa langsung berkaca untuk memeriksa seberapa ketat dress tersebut yang memang membuat bentuk dada dan bokongnya terlihat cukup jelas.
"Jangan berani-berani kau!" lanjut Nuansa.
"Hahaha, tidak, aku hanya bercanda, aku tidak memikirkan hal itu," ucap Neptunus, ia kemudian menyelesaikan pembayaran untuk make up Nuansa kepada pihak brand make up itu.
***
Neptunus dan Nuansa sedang dalam perjalanan menuju rumah Emma sekarang. Jalanan cukup macet, jadi keduanya bisa memiliki waktu untuk mengobrol.
"Berapa harga semua ini?" tanya Nuansa.
"Sebagai pria gentle, aku akan mengatakan padamu kalau kau tidak perlu menggantikannya," kata Neptunus.
"Aku hanya bertanya, bukan berniat untuk menggantikan uangmu yang keluar untuk membuatku menjadi seperti ini sekarang."
"Tidak, tidak, kau tidak perlu mengetahuinya."
"Kenapa?"
"Biarlah itu jadi urusan lelaki."
"Halah."
"Hei, aku serius."
"Benarkah? Kalau begitu jangan potong gajiku, ya?"
"Oh, tentu saja."
"Ok, baiklah."
'Andai dia tahu kalau hari ini aku menghabiskan 12 juta hanya untuknya,' batin Neptunus.
"Ada hal yang ingin kuceritakan padamu tentangku, tentang Emma dan beberapa hal lainnya," ucap Neptunus.
"Mh-m, apa itu?" tanya Nuansa.
"Pertama, kau perlu tahu kalau hanya para mantanku dan kau yang tahu bagaimana aku sebenarnya, selebihnya tidak, jadi di hadapan orang lain termasuk keluargaku, bersikaplah seperti mereka."
"Apa maksudmu?"
"Orang lain tahunya aku itu anak baik, cool, tidak banyak tingkah, walaupun cukup ramah dan tidak irit berbicara. Aku juga pintar, aku tidak sedang memuji diriku sendiri ngomong-ngomong, dan aku adalah mahasiswa idola di kampusku."
"Jadi kau penuh kepalsuan di hadapan orang lain?"
"Terdengar seperti itu ya?"
"100% iya."
"Kupikir tidak, aku hanya berusaha membuat orang lain nyaman denganku."
"Lalu bagaimana denganku dan para mantan pacarmu?"
"Oh, aku berperilaku bagaimana aku sebenarnya untuk mereka untuk mengetahui apa mereka tetap mau denganku dengan sifat asliku yang kurasa bisa dikatakan menjengkelkan."
"Aku pikir orang-orang tidak peduli kau bagaimana, maksudku, kau itu kaya, kau tahulah kalau kebanyakan orang dihormati dengan seberapa banyak harta yang dimilikinya."
"Yah, kau benar, tapi aku tidak berpikir seperti itu karena aku merasa bahwa aku ini sebenarnya tidak punya harta, itu semua milik orangtuaku."
"Jadi, pada dasarnya kau takut dijauhi sehingga kau bersikap sesempurna mungkin?"
"Ya."
"Itu sangat aneh, sangat konyol kalau kau bersikap begitu hanya karena merasa kalau semua harta yang kau miliki sekarang adalah bukan milikmu. Lagi pula di dunia ini harta bukan yang nomor satu, jadi kau tetap bisa dicintai walaupun kau merasa kalau kau tidak punya apa-apa, setidaknya seperti aku, aku masih punya orangtua yang mencintaku tanpa memandang seberapa banyak hartaku. Kau hanya takut ditinggal."
"Aku rasa bukan seperti itu, tepatnya-, ah, lupakan saja."
"Hm?"
"Engh, keluarga Emma sedang pergi ke Los Angeles untuk urusan bisnis, ulang tahunnya sekarang hanya bisa ditemani oleh para pembantu dan teman-temannya."
"Kenapa Emma tidak ikut ke Los Angeles?"
"Dia kan kuliah."
"Ooh, iya juga, ya."
"Aku peringatkan padamu kalau suasana pestanya akan berisik karena Emma menyewa seorang DJ, tapi tenang saja karena letak rumahnya lumayan jauh dari keramaian, jarak rumah Emma ke rumah tetangga terdekatnya itu 300 meter, jadi, ya, cukup jauh."
"Ok, baiklah."
"Emma ini sangat menyukaiku, tapi aku tidak menyukainya karena dia bukan gadis baik-baik, aku yang di hadapan orang lain terlihat tidak pernah peka akan perasaan Emma padaku, padahal aslinya aku tahu persis bagaimana dia sangat ingin memilikiku. Dia selalu memusuhi para gadis yang pernah berpacaran denganku."
"Kau sangat penuh dengan kepalsuan, ya? Aku masih tidak mengerti kenapa."
"Sebaiknya kau tidak pernah mengerti."
"Kenapa?"
"Mhm, tidak, lupakan saja."
"Lalu bagaimana dengan keluargamu? Maksudku, mereka seharusnya tahu kalau Neptunus seharusnya tidak seperti yang mereka lihat sekarang."
"Aku sejak kecil itu begini, yang kau ketahui. Di hadapan keluargaku, aku biasa saja, seperti aku tidak terlalu menunjukkan bagaimana aku sebenarnya, dan tidak menunjukkan bagaimana aku berakting. Lagi pula mereka bisa menganggap aku berubah seiring bertambahnya usiaku, kan?"
"Ok, aku benar-benar tidak mengerti dan malah pusing sekarang."
"Hahaha, sebaiknya kita tidak bicarakan ini."
"Ya, aku setuju."
'Tapi kenapa dia ingin terlihat sempurna? Kenapa dia berpura-pura? Ada apa sebenarnya? Ini aneh bagiku, baru ini kutemukan orang yang sangat niat untuk menggandakan kepribadiannya,' batin Nuansa.
'Dia tidak sakit jiwa, kan?' pikir gadis itu. 'Astaga, apa yang kupikirkan?'