Hari akhirnya berganti, namun Matahari belum sepenuhnya terbit. Nuansa bangun pada waktu biasa dengan saat dirinya masih aktif menjual keripik singkong. Gadis itu mendapati orangtuanya yang sedang memanen singkong seperti biasa, karena memang jika mereka ingin berhenti melakukan bisnis ini, mereka tetap harus melakukan panen setiap hari sampai seminggu kedepan agar lahan mereka kosong.
Dipanen dalam jumlah banyak, tidak mungkin semuanya dimakan sendiri, kan? Yups, tampaknya kedua orangtua Nuansa sudah memikirkan hal ini, namun mereka tidak memberitahunya pada putri tunggal mereka.
"Ibu," sapa Nuansa saat Durah masuk ke dalam rumah usai panen.
"Eh, kau sudah bangun rupanya," ucap Durah.
"Engh, aku telat, ya?"
"Tidak, bahkan Matahari saja belum terbit."
"Hmm. Ibu."
"Ya?"
"Neptunus lupa memberikan gajiku kemarin, jadi aku tidak akan menyetor ke ibu hari ini."
"Tidak masalah, wajar kalau dia lupa, kalian kehujanan dan pulang dalam keadaan basah, ibu pikir yang dia pikirkan semalam hanya tentang kalian berdua, sampai dia lupa tentang gajimu."
"Ehehe, bisa jadi. Tapi, ibu ..."
"Hm? Apa lagi?"
"Sepertinya aku tidak akan berjualan lagi. Hari ini paman Eugene, calon suami ibunya Neptunus akan datang, mungkin dia akan datang sore atau malam, soalnya ibunya Neptunus baru punya waktu kosong paling cepat jam enam sore. Lalu sebelum kedatangan paman Eugene, Neptunus mengajakku untuk ikut ke kampusnya, jadi, ya, kemungkinan besar aku tidak akan berjualan lagi."
"Jadi ...?"
"Untuk apa ayah dan ibu memanen semua singkong itu?"
"Maksudmu kau ingin kita membiarkan semua singkong itu sampai menjadi kayu?"
"Bukan begitu juga, tapi ... Kalau ibu dan ayah memanennya, singkong-singkong itu tidak kita makan semua karena jumlahnya sangat banyak, jadi saranku, sebaiknya jangan dipanen semua."
"Sebagian akan kami jual ke pasar, jadi tidak masalah."
"Ooh, begitu ya."
"Semuanya sudah kami perhitungkan, Nuansa, kau tenang saja."
"Engh, hehehe."
"Jadi, bagaimana pestanya semalam? Kau terlihat sangat cantik dengan dress merahmu itu," ucap Arfan.
"Terima kasih, ayah. Pestanya berjalan lancar, semuanya baik-baik saja," ujar Nuansa yang tentu saja berbohong.
"Baguslah, ternyata mereka orang baik, ya?"
"Begitulah."
"Ayah senang mendengarnya, setidaknya kau tidak berada di lingkungan yang buruk."
"Tapi dress itu pasti mahal, kan?" tanya Durah.
"Potong gaji, ibu, hehe," jawab Nuansa, kali ini ia kembali berbohong.
"Jadi, berapa gaji yang akan kau dapatkan?"
"Hanya 500 ribu."
"Lumayan lah."
"Iya."
"Berarti harganya sekitar empat jutaan?"
"Ya, sekitar segitu plus make up."
"Oooh, begitu."
'Ampuni dosaku ya Tuhan, aku telah banyak berbohong pada orangtuaku,' batin Nuansa yang merasa ketakutan sendiri karena terus terusan berbohong pada kedua orangtuanya, tapi mau bagaimana lagi, kalau ia tidak berbohong, maka mereka pasti akan menyuruhnya untuk berhenti bekerja sebagai pacar sewaan Neptunus karena mereka merasa khawatir dengannya.
Nuansa tidak ingin berhenti bekerja sebelum kontraknya benar-benar habis hanya karena hal seperti yang terjadi semalam, jadi ia memilih berbohong.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu.
"Aku buka pintunya dulu ya," kata Nuansa, ia pun lantas pergi ke depan dan membuka pintunya.
'Ya ampun, kenapa Neptunus cepat sekali? Kupikir dia kuliah agak siang, tapi ternyata sepagi ini, seperti anak sekolah saja,' gumam Nuansa. Gadis itu terkejut saat mendapati bukan Neptunus yang datang, melainkan Reynand.
"Reynand?" lirih Nuansa.
"Aku ingin bicara empat mata denganmu, di luar," ucap Reynand.
"Untuk apa? Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Jangan di sini."
"Tapi-"
"Ikuti saja apa yang kukatakan."
"Siapa yang datang, Nuansa?!" tanya Durah dari dalam.
"Engh, hanya anak-anak kecil yang jahil, ibu! Aku keluar dulu untuk melayani mereka, ya!" jawab Nuansa.
"Jangan kau cubit mereka! Cukup marahi saja, tapi jangan keras-keras, ibu mereka sangat cerewet!"
"Baik, ibu! Aku juga paham hal itu!" Nuansa lalu keluar dan mengikuti Reynand yang membawanya keluar dari gang.
"Apa?" ujar Nuansa.
"Katakan padaku, tentang orang yang menyewamu itu-"
"Orang yang menyewaku?"
"Kau sekarang bekerja sebagai seorang pacar sewaan, kan?"
"Tahu dari mana kau?" tanya Nuansa sembari mengernyitkan dahinya.
"Orangtuamu yang memberitahuku."
"Huh?"
"Aku datang ke rumahmu kemarin, dan mempertanyakan keberadaanmu, mereka lalu menjelaskan bahwa sekarang kau bekerja sebagai seorang pacar sewaan. Mereka mengatakan kalau seorang pria bernama Neptunus telah menyewamu, benar bukan?"
"Lantas, apa hubungannya denganmu?"
"Si Neptunus itu yang telah mengubahmu, kan?"
"Reynand, apa yang kau bicarakan?"
"Bibi Durah dan paman Arfan bilang dia adalah orang kaya, dan aku tahu hal itu yang membuatmu berpaling dariku ke dirinya. Nuansa, aku memang bukan orang kaya, tapi cintaku tulus padamu, kukira kau mengerti."
"Jadi kau mengatakan kalau aku ini matre? Gila harta?"
"Aku tidak berkata seperti itu."
"Ya, kau memang tidak mengatakannya, tapi itu adalah persamaan dengan apa yang kau katakan tadi. Dengar, aku bukan perempuan murahan yang mau dengan lelaki karena hartanya, jangan kau pikir kesulitan ekonomiku membuatku menjadi murahan, aku tidak suka dengan cara berpikirmu."
"Tapi dia yang membuatmu berubah, kan?"
"Aku berubah dalam hal apa?! Apa yang berubah dariku?! Katakan!"
"Kau berpaling dariku."
"Aku tidak pernah mencintaimu! Berapa kali harus kukatakan kalau aku tidak pernah mencintaimu?! Tolong hargai perasaanku, jangan paksa aku mencintaimu."
"Kau berbohong pada dirimu sendiri."
"Apa maksudmu?"
"Kau memang tidak pernah mengatakan tentang perasaanmu yang sebenarnya padaku selama ini, kau juga mencintaiku, tapi kau tidak berani mengakuinya, sampai akhirnya si nama aneh itu datang, kau menduakanku, dan pada akhirnya kau terbuka padaku tentang perasanmu padaku yang sebenarnya sudah berubah karena si nama aneh itu. Aku tahu, Nuansa, aku paham betul dengan hal itu. Kenapa? Karena aku mencintaimu dengan tulus, bukan untuk status belaka dan membayarmu untuk hal itu."
"Aku tidak mengerti denganmu. Kaulah yang berubah, ini bukan Reynand yang kukenal dulu."
"Huh?" Ekspresi wajah Reynand lantas berubah menjadi sedih. "Aku menginginkan yang terbaik untukmu, aku memperingatkanmu bahwa yang terbaik adalah aku, bukan si Neptunus Neptunus itu, tapi ini balasan yang kudapatkan?"
"Kau yang terbaik? Orang yang memuji diri kita, bukan diri kita sendiri. Dan asal kau tahu, Neptunus kurasa jauh lebih baik darimu."
"Terserah kau saja, yang terpenting, aku sudah mengingatkankanmu, semuanya akan berakhir tidak baik dengan orang sepertinya, orang yang menjadikan uang sebagai alat untuk membuat mereka dipandang dan sangat dihormati. Mirisnya, kau adalah salah satu korbannya." Reynand lalu pergi usai mengatakan hal itu, meninggalkan Nuansa dalam perasaan tidak menyangka yang sangat dalam.