Chereads / KAU WANITAKU / Chapter 15 - 15.BERENCANA KABUR

Chapter 15 - 15.BERENCANA KABUR

Hidup terpenjara di dalam sangkar emas tak lantas membuat Alivia bahagia. Jika yang ada bersamanya adalah seseorang yang ia sukai, tentu tidak akan menjadi beban tersendiri untuknya. Hidupnya kini hanya berkisah tentang dapur dan Astha. Seorang Tuan Muda yang ingin dilayani semua kebutuhannya. Lebih tepatnya hanya menjadikan dia sebagai pembantu. Tidak lebih dari itu. Satu bulan Alivia dan Astha berada di dalam ruang bawah tanah yang mewah.

Tak ada canda tawa layaknya sebuah rumah. Hanya hening yang dia rasakan. Dia hanya bisa menatap sinar dari celah-celah kawat yang di rangkai sebagai lubang angin di bagian atas ruangan itu. Tidak ada pengaruhnya memang.

"Cepat pergi dari sini. Sebelum gadis itu melihatmu!" Sayup-sayup terdengar suara perintah seorang Astha pada seseorang yang entah siapa. Alivia mau memergoki tapi orang itu selalu menghilang sebelum dia sempat melihatnya. Seseorang yang Alivia duga sebagai orang yang mengirimkan kebutuhan logistik untuk Astha dan dirinya.

Dengan santainya Astha berjalan dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. Duduk santai dengan tangan memegang gadget mahal yang entah berapa harganya.

"Via!!!" teriak Astha.

"Iya Tuan." Alivia mendekat. Sedikit saja dia telat datang, Astha akan murka.

"Taruh semua bahan makanan di kulkas. Bikinkan aku masakan seperti kemarin." titah Astha tanpa melihat Alivia.

"Pindang ikan patin Tuan?"

"Hmmm.."

"Baik." Alivia segera mengambil bungkusan berisi bahan makanan. Dan menatanya di kulkas. Semua kebutuhan memang tercukupi selama di tempat persembunyiannya. Setiap malam tiba, kadang Alivia melihat Astha naik ke atas untuk memeriksa rumahnya. Tapi dia tidak berani tanya.

Satu hal yang membuat Alivia akhirnya mau bekerja bersama Astha adalah akhirnya bulan ini Astha memberi gaji untuknya. Tak tanggung-tanggung sekarang rekening tabungannya sudah sembilan digit. Alivia langsung melotot saat itu. Saat dimana Astha memperlihatkan bukti transfer padanya.

"Ada apa menelponku?" tanya Astha singkat.

"..."

"Baiklah aku akan keluar nanti malam. Pastikan semua aman. Aku tidak ingin ada keributan." ucap Astha.

Malam nanti dia akan kedatangan gadis-gadis cantik. Yang akan di taruh di beberapa klub malam. Pekerjaan yang sempat tertunda karena kasus pembunuhan yang melibatkan dirinya. Astha sampai saat ini tidak yakin bahwa dialah pembunuhnya. Dia hanya tinggal menunggu waktu membuktikan semuanya.

"Tuan, masakannya sudah siap." Hampir satu jam Alivia memasak di dapur. Melihat Astha termenung membuat dia kadang kasihan dengan laki-laki itu. Dia seperti tidak punya teman. Bahkan sehari-harinya hanya berisi hal yang terdengar membahayakan.

"Bawa ke sini makanannya. Aku lapar." Astha masih mengutak atik gadgetnya. Seperti terlalu sibuk dengan apa yang dia pegang saat ini. Hanya seperti itu kesehariannya. Mengurus bisnis hanya dari benda pipih di tangannya.

Dan satu hal yang baru Alivia tahu adalah, Astha memiliki bisnis toko bunga yang tak banyak orang tahu. Alivia bisa tahu karena tak sengaja mendengar pembicaraan Astha dengan seseorang yang sepertinya adalah orang kepercayaan untuk mengurus toko bukanya. Selain itu semua bisnisnya tergolong berbahaya. Seperti para gadis yang dipekerjakan untuk club malam.

"Ini Tuan makanannya. Semoga Tuan suka."

"Dari mana kamu belajar makanan-makanan yang selama ini kamu masak?"

"Dari Ayah saya Tuan. Dia pintar sekali memasak."

"Oh.." Astha kembali menatap makanannya. Menikmati makanan yang rasanya hampir mirip dengan masakan seseorang yang selama ini dia rindukan.

Menghabiskan waktu sebulan ini untuk bersembunyi, terasa membosankan untuk Astha. Dia yang terbiasa keluar saat malam, sementara harus meredam keinginannya menikmati wine kesukaannya di club malam langganannya.

Sebenarnya Astha mempunyai club malam sendiri. Bahkan bisa dibilang paling besar di kotanya. Tapi tak sekalipun dia menginjakkan kaki lagi di sana setelah kejadian nahas malam itu.

"Setelah ini kita kembali ke paviliun. Kondisi sudah aman."

"Baik Tuan." Alivia sekarang sudah mulai mengerti sikap Astha. Dia hanya menurut apa yang dikatakan oleh laki-laki itu. Jika tidak maaf Astha tak segan untuk mencelakainya. Uang ratusan juta memang tak sebanding dengan resiko yang dia hadapai jika bersama Astha. Tapi hatinya menolak untuk meninggalkan laki-laki itu.

Malam harinya, Astha naik lebih dulu. Dia menyuruh Alivia bolak balik membawa barang kebutuhannya.

Alivia capek naik turun tangga membawa barang kebutuhan mereka selama di bawah tanah.

"Alhamdulillah.. selesai." Alivia tak sadar duduk di atas ranjang Astha setelah merapikan semua baju-baju lelaki itu.

"Ngapain kamu masih di sini? keluar!!" bentakan Astha membuat Alivia tersentak. Seketika dia berdiri dan menunduk meminta maaf atas sikapnya yang lancang.

"Maafkan saya Tuan." Alivia mendongak sedikit. Pemandangan di depannya membuat dia terpukau. 'Astaghfirullah.' Alivia sambil menunduk keluar pelan-pelan dari kamar Astha.

Alivia menuju ke ruang tamu pavilliun. Di sana dia membersihkan ruangan. Tak lama kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu. Alivia yang tidak berani memanggil Astha, akhirnya membuka pintu dengan inisiatif sendiri.

Ceklek!!

"Reza,"

"Alivia bagaimana kabarmu? sudah lama aku tidak melihatmu."

"Alhamdulillah.. Aku baik baik saja, Za." ucap Alivia dengan wajah muram.

"Kamu terlihat semakin kurus." Reza menoleh ke kanan kiri dan mencari Astha. Setelah di rasa aman, Reza berbisik pada Alivia. "Kamu ga ada niat untuk keluar dari sini? aku akan membantumu Alivia. Kalau kamu mau, nanti malam saat Tuan Astha menyeleksi wanita yang akan dia pekerjakan, aku akan membantumu keluar dari rumah ini. Aku yang membawamu ke sini. Dan aku juga yang harus mengeluarkanmu dari sini. Maafkan aku ya."

"Apa kamu serius?" tanya Alivia. Dia tersenyum. Akhirnya ada orang yang kasihan padanya. Dan akan menyelamatkan dia dari kandang singa ini.

"Serius apa?" suara bariton itu tiba-tiba saja terdengar dari pintu kamarnya. Alivia kelewat histeris sehingga suaranya bisa didengar oleh Astha.

"Tidak apa-apa Tuan." jawab Alivia.

"Tadi ada tikus masuk, Tuan. Saya memberitahu Alivia. Tapi dia tidak percaya. Masa rumah sebersih ini ada tikusnya." sela Reza.

"Oh.. Gimana? dapat berapa kamu untuk nanti malam?"

"Sepuluh Tuan."

"Apa?? hanya sepuluh? sepuluh orang itu hanya untuk satu club saja, Za. Bagaimana kamu ini? semakin tidak becus saja."

"Maaf Tuan. Kami sangat berhati-hati sekarang. Apalagi setelah kejadian satu bulan lalu yang menyeret Tuan Astha. Pergerakan kita semakin terbatas, Tuan."

"Sialan!! aku yakin ada seseorang yang menjebakku. Dengan aku terlibat dengan polisi, maka seseorang itu akan lebih mudah melumpuhkanku."

"Tenang Tuan. Kita akan selidiki semuanya. Tapi malam nanti, sebaiknya Tuan lebih hati-hati. Karena ada salah satu anak buah Tuan yang berkhianat. Saya baru menyelidikinya. Jika memang benar itu dia, saya baru akan bilang padab Tuan."

"Ah.. Siapa lagi yang jadi penyusup di sini? brengsek semuanya." Astha mengepalkan tangannya. Pandangannya juga mengarah pada Alivia.