"Anak kita itu sudah berusia dua puluh delapan tahun. Bukan anak kecil lagi. Sewaktu dia kuliah S2 di luar negeri, kau semalaman tidak bisa tidur karena memikirkannya. Dan Aku yang harus menelponnya setiap malam untuk memastikan Rendy baik - baik saja. Kau malu untuk menelponnya. Kau takut Rendy menganggapmu sebagai seorang ayah yang lemah."
"Kau benar, Aku ingin menjadi Ayah yang terlihat begitu tegar di matanya. Aku malu kalau harus mengakui kelemahan hatiku di hadapannya" Kata Ayahnya Rendy sambil tersenyum. Ia merangkul istrinya dan memeluknya dengan erat.
"Aku tidak menyalahkanmu. Dia adalah satu - satunya peninggalan dari istrimu. Ada banyak cinta kalian di dalam Rendy. Tetapi walaupun begitu, Kau jangan menangis Bombay begitu. Kali ini Rendy tidak pindah ke luar kota apalagi keluar negeri. Dia hanya ada di Perumahan S. Satu jam dari rumah kita. Jadi kita bisa melihatnya kapanpun kita mau" Kata Ibu tirinya Rendy sambil mengusap tangan suaminya.