Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Nampan Kopi

CEO itu bukan bos aku.

Lyn asyik menikmati kopi Americano yang dibeli bagi menghilangkan ketagihan kafein yang sangat dicintainya, seawal pagi yang sangat sibuk hanya sekarang sempat mencari kesukaanya itu,sambil matanya liar memerhati manusia yang lalu lalang menjalani kehidupan masing-masing.Cemburu melihat pasangan yang bermanja dan bermesra,dia mengalih pandangan matanya melihat jam di pergelangan tangan ."Sudah jam 9 malam, ahh cepatnya masa berlalu, baru nak mencuci mata sebentar",fikir Lyn yang lelah mengadap hari-hari yang sama setiap hari.Sudahlah hidupnya serasa tiada kebebasan tiada kesempatan untuk berlibur dan hampir tiap masa walau hari cutinya,ketuanya,Tuan Arman Shah yang sangat-sangat cerewet dan sentiasa mencari salah sentiasa mengarahkan dia untuk melaksanakan tugasan mengikut rentak dan suka beliau.Memang la dia di bayar untuk setiap kerja lebih masa tapi.... 'Aku pun manusia juga yang nak memanjakan diri dan menghabiskan masa dengan keluarga dan teman, tiada masa untuk bersosial hanya kerja dan kerja..'. Dia baru berkhidmat tidak sampai tempoh sebulan untuk sang ketua. Sebelumnya dia berkhidmat dengan Puan Kasmah.Andaian diri bila berubah ketua hidupnya lebih aman kerana selalunya ketua perempuan yang lebih cerewet namun dia silap kerana ketua yang baru ini walau nampak sebaik malaikat, bak kata orang tua-tua pijak semut pun tak mati. Mampu kah Lyn untuk terus menjadi setiausaha kepada Tuan Arman Shah, CEO muda yang berkaliber dan gila bekerja?
NorST · 264.9K Views

Pacarku Miliarder

"Lo beneran kenal cewek lewat aplikasi itu?" Seseorang melempar pertanyaan, yang ditanya hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, tangannya menyeduh kopi dengan pelan, merasakan dan menikmatinya. Aroma kopi pun menyeruak masuk ke indera penciuman. "Permisi, Mas. Ini pesanannya," ujar seorang pelayan menghampiri mereka berdua. "Iya terima kasih. Mbak taruh saja di situ." Pelayan itu hanya mengangguk, meletakkan makanan yang telah dipesan oleh dua orang pria di hadapannya di atas meja, kemudian berlalu. Sebelum langkahnya menjauh, sekilas pelayan itu mengagumi sosok yang sedari tadi hanya terdiam sambil menikmati secangkir kopi. Ketampanannya yang mampu mengikat beberapa pengunjung wanita itu, tidak bisa begitu saja diabaikan termasuk oleh pelayan itu. Pria itu saksi hidup definisi pria sempurna, tubuh atletis, hidung mancung, dan juga kulit putih. Pelayan itu pun memilih untuk melanjutkan langkahnya yang tertunda, karena mengagumi sosok pria tampan di belakangnya. Dia tidak ingin sampai pemilik restoran tempatnya bekerja menegurnya karena sempat terdiam. "Terus nanti malem lo mau jemput dia di stasiun gitu?" Pria tampan itu menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Lo yakin dia bukan penipu? Gimana kalau dia komplotan perampok? kan Lo belum tahu pasti, apalagi hanya kenal semalam melalui aplikasi game online," ujar sahabat dari pria tampan itu khawatir. Kalau benar perampok, dia akan merasa bersalah, karena dialah yang mengarahkan sahabatnya itu untuk mendownload aplikasi game online tersebut, dan siapa sangka sahabatnya malah berkenalan dengan seseorang yang katanya di pindah tugaskan ke kotanya. Membuatnya benar-benar merasa curiga, kenapa kebetulan sekali sore harinya langsung pindah ke kotanya, seperti ada sesuatu yang telah direncanakan. Apalagi sahabatnya adalah pemilik perusahaan ternama dan cabangnya di mana-mana, salah satunya perusahaan yang sedang dia kelola. "Gak perlu khawatir, gue tak sebodoh itu," ujar pria tersebut sembari meletakkan secangkir kopi di atas meja.
Alma_Idah · 48.5K Views

AIR MATA PENGABDIAN SEORANG ISTRI

Rubi telah resmi menjadi istri dari Jaya Kusumo. Setiap kali berhubungan badan, Rubi kerap mengeluarkan cairan kental berbau busuk dari area kewanitaannya. Hingga pada suatu saat, Rubi mendapat kabar bahwa dirinya mengidap kanker serviks stadium tiga dan divonis tidak akan bisa hamil. Namun, Jaya tak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Justri pria 28 tahun itu semakin mencintai istrinya. Mereka kerap menghabiskan waktu dengan segala hal yang berbau romansa. Keadaan itu membuat Anti (Ibu Kandung Jaya) terbakar api. Selain tidak setuju putranya menikah dengan Rubi, Anti juga semakin membenci menantunya itu saat tahu bahwa Rubi divonis mandul. Hingga pada suatu hari, wanita itu menjebak anak serta menantunya sendiri. Sebuah nomor baru menghubungi Rubi dan mengatakan bahwa suaminya sedang sekarat di tepi jalan dekat taman. Rubi diminta untuk segera datang. Di sisi lain, Anti juga mengabarkan Jaya bahwa istrinya sedang berduaan dengan pria lain. Cepat-cepat Anti meminta Jaya untuk hadir di taman yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka. Saat berada di sana, Rubi kembali menghubungi sosok pembawa berita tadi. Ia tidak melihat ada tanda-tanda manusia di sini. Namun, hal yang tak terduga terjadi. Tubuh Rubi dipeluk oleh pria tak dikenal. Rubi berusaha mengelak, tapi tenaganya bukan apa-apa bagi lelaki tegap tersebut. Bersamaan dengan badan Rubi yang tenggelam dalam dekapan sang pria asing, saat itu pulalah Jaya datang bersama Anti. Betapa hancur dan terkejutnya Jaya ketika melihat wanita yang disayang sedang berada dalam pelukan laki-laki lain. Anti berakting seolah Rubi memang berselingkuh. Tanpa sepengetahuan Jaya, Mamanya sendirilah yang merencakan hal tersebut. Sejak kejadian itu, Jaya berubah total. Ia mulai tidak memedulikan Rubi. Jaya juga mudah terguncang saat orang-orang mencibir tentang istrinya yang tidak bisa hamil. Dan, di sanalah Anti mengambil kesempatan untuk mendekatkan Jaya dengan Agnes, teman lama Jaya. Tak butuh waktu lama, Jaya langsung jatuh cinta dengan perempuan itu. Keduanya menikah, tapi Rubi tak juga dicerai. Pengantin baru itu membuat Rubi bak pembantu di rumahnya sendiri. Rubi kerap disiksa, disuruh mengerjakan sesuatu yang tidak ia sanggupi. Hingga pada suatu hari, Rubi merasa bahwa penyakitnya semakin menjadi-jadi. Ia tidak ingin membuat beban siapapun. Karenanya, ia ngotot minta dicerai meskipun hatinya tidak ikhlas berpisah dengan Jaya. Dikarenakan Jaya yang sudah puas menzalimi Rubi, ia lantas saja mengindahkan permintaan istrinya itu. Jaya dengan entengnya menalak Rubi di hadapan Agnes. Agnes benar-benar menjadi Ratu di rumah itu. Ia hidup dengan gelimpangan harta. Namun, seketika perasaan ingin menguasai harta Jaya sepenuhnya mendadak muncul. Agnes mulai berpikiran untuk merebut sertifikat rumah suaminya. Suatu malam, Agnes menyuguhkan kopi untuk Jaya. Seberes minuman itu tandas, kepala Jaya mendadak pusing. Pria itu terkapar secara tiba-tiba. Agnes tertawa puas. Rencanaya untuk meracuni Jaya berhasil. Dan, saat itulah Agnes beraksi. Dia membawa sertifikat rumah beserta seluruh emas batangan yang ada di sana. Keesokan harinya Jaya diusir dari kediamannya sendiri oleh orang asing. Rupanya Agnes telah menjual rumah itu dengan harga fantastis. Jaya yang baru saja sadar dari pingsannya, lantas saja dikejutkan dengan kabar buruk itu. Sejak itu, Jaya jadi frustasi. Setelah berhasil menemukan rumah baru Rubi, Jaya bertekuk lutut guna meminta maaf. Sayang seribu sayang, Rubi sudah tidak ingin kembali pada pria itu. Dan, jadilah Jaya semakin depresi. Jaya kerap menghabiskan waktu dengan tertawa, kemudian menangis. Ngomongnya mulai ngelantur. Badannya kurus hanya menyisakan tulang. Jaya dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Dua bulan setelah itu, ia dikabarkan meninggal dunia karena mengalami kebocoran lambung. Semenjak Rubi pergi dari sisinya, hidup Jaya jadi berantakan. Ia tidak nafsu makan. Akhirnya pria itu tewas mengenaskan dengan menggenggam foto Rubi yang ia dapatkan dari buku nikahnya dulu.
Wanda_Handayani24 · 26.1K Views

My Heart Is Breaking

Hallo ketemu lagi dengan karya Berli yang kedua. Kalau yang kemarin kisah Lardo dan Lalita sekarang kita pindah ke kisah Tiara dan Dante. Semoga Kalian suka ya. Sertinya anda salah paham pak, kemarin hanya sebuah kesalahan, saya tidak bermaksud mengoda atau merayu anda seperti teman-teman saya yang lain. Dante menarik Tiara duduk dipangkuanya "Aahh...Tiara terkejut apa yang anda lakukan?!!!" "Mencari tahu nona" "Men..mencari tahu "tentang apa?" "Satu tangan Dante memeluk kuat pingang Tiara sehingga Tiara tetap dalam pangkuan Dante. Umm...Dante menyipitkan matanya, bagaimana rasanya bibir kecilmu ini Tiara. Aku penasaran, "Lepaskan. Aku bisa melaporkan anda telah melecehkan karyawan anda" "Ha.....ha...menurutmu apa ada yang akan percaya ?" "Aku tidak perduli, lepaskan aku." "Tidak sebelum aku tahu bagaimana rasanya bibir mungilmu ini, tidak pernah ada wanita yang menolakku Tiara dan aku tidak pernah meminta seorang wanita menghangatkan ranjangku seperti aku meminitamu barusan, kau sangat sepesial sayang, seharusnya kau bangga" Jadi berhenti jual mahal, aku sangat tahu dengan sikap sepertimu ini Tiara aku sedang tidak ingin merayumu. Ini hanya permainan kecilmu untuk menaikkan nilai" "Nilai katamu" aku bukan barang tuan besar!" teriak Tiara emosi "Sialan kau Tiara!" bentak Dante Keluar dari ruanganku sekarang juga! teriak Dante dingin, Tiara mencicit keluar dengan jantung berdebar sangat kencang, jangan lupa kopi pahitku besok pagi ingatnya dengan dingin "Apa kau tidak takut aku meracuni kopimu?" "Dante menatap intens kedalam kedua mata Tiara, aku yakin kau tidak akan melakukannya, sekarang keluar. Tiara memegangi dadanya, merasakan dentum jantungnya yang mengila, sialan Dante, aku belum pernah melihat Dante berteriak seperti tadi.
Berliana_Manalu · 76K Views

Second Chance, First Love

Haruskah aku membuka hati untuk memberi kesempatan pada cinta pertama? ---- Langkahku terhenti, melihat pemandangan di depan mataku. Perasaan apa ini? Adit yang sedang menggendong seorang gadis kecil berambut ikal kecoklatan. Gadis kecil itu memeluk Adit erat sambil menyandarkan kepala mungilnya ke bahu Adit. Sisa-sisa tangisan masih tampak dari punggung kecil yang bergerak naik turun, dan Adit menepuk-nepuknya dengan lembut. Saat kuputuskan untuk mendekati mereka, tiba-tiba seorang pria dengan langkah cepat setengah berlari menghampiri Adit. Kaki ini mendadak kehilangan kekuatan untuk melanjutkan langkah. Jantungku berdetak cepat, tanganku tanpa sadar mengepal. Gadis kecil yang berada di gendongan Adit langsung mengulurkan tangan pada pria yang baru saja menghampiri sambil merengek memanggil, "Daddy!" Pria itu menepuk bahu Adit, wajahnya yang semula cemas terlihat bahagia. Siapa dia? Dari jarak ini aku bisa melihat matanya, hidungnya, rambutnya, tiba-tiba nafasku terasa sesak. Kenapa wajah pria asing itu terlihat seperti Adit? ---- "Selama ini aku pikir yang punya akun Instagram ini perempuan." Kataku sambil tertawa. "Oya? Postinganku kurang maskulin?" Tanyanya sambil tersenyum. "Ahaha, gak sih. Cuma caption-nya seringkali terlalu manis, gak cocok untuk ukuran pria dewasa seperti kamu," jawabku. "Aku juga ga pernah nyangka, kalau pemilik akun Instagram yang aku follow ternyata masih muda. Soalnya caption-nya terlalu berat buat ukuran perempuan seumuran kamu." "Muda? Maaf ya pak. Kebetulan saya sudah hidup selama 35 tahun." Kataku sambil menyebutkan usia asliku tanpa ragu. Entah kenapa, berbincang dengan pria ini terasa nyaman. Mungkin karena selama ini interaksi kami di Instagram seakrab sahabat. "Ya, aku tahu. Dibanding umurku, kamu tetap lebih muda, Dyan." Katanya sambil tersenyum. Kuraih cangkir kopi di depanku, sesaat cangkir hampir mendekat bibirku, dia berkata. "Karena itu, Dyan. Aku harap kamu bisa mempertimbangkan pria dewasa di depanmu ini untuk jadi calon suami." Uhuk!
Vividly_Dawn · 153.6K Views
Related Topics
More