Chereads / Nikah Gantung ( TAMAT) / Chapter 16 - Cintia

Chapter 16 - Cintia

Perusahaan Randi saat ini sedang mengadakan wawancara pegawai baru, setelah mendapatkan beberapa calon, berkas-berkas bio data mereka diserahkan pada Randi. Randi penasaran dengan sebuah nama diantara tujuh calon terpilih.. Cintia Angraini.

"Tolong bawa mereka satu persatu masuk keruangan ini, saya ingin bertanya beberapa hal pada mereka " Kata Randi.

"Baik Pak"

Akhirnya satu persatu menemui Randi, dan terakhir jatuh pada giliran Cintia. Seorang wanita cantik, berkulit putih, dengan tubuh tinggi semampai masuk ke ruangan itu, gerak geriknya sangat anggun, dengan tatapan mata yang tegas. Randi mempersilahkan wanita ini duduk.

"Cintia Angraini" Kata Randi singkat.

"Apa tujuan anda bekerja di perusahaan ini? " Tanya nya lagi.

Cintia menjawab santai.

"Untuk mencari pekerjaan pak, mencari rezeki"

Randi tersenyum dan berkata..

"Bukannya untuk membuat perusahaan ini lebih maju? "

"Kalau saya jawab kayak itu bapak bisa-bisa mengejek saya, gimana mungkin saya sendiri membuat perusahaan yang sudah maju pesat ini menjadi lebih maju" jawabnya santai.

'Ini orang niat kerja gak sih? gak bisa menarik hati Sedikitpun' Batin Randi

" Nama Ayah kamu siapa? " Tanya Randi lagi.

Cintia mengerutkan alisnya, 'Apa hubungannya coba, wawancara pekerjaan sama nama Bapaknya? '

"Apa pertanyaan saya kurang jelas? " Kata Randi lagi.

"Nama Ayah saya Suryadinata Pak" mendengar itu Randi tersenyum, ternyata ini memang teman masa kecilnya.

"Bukankah ayahmu juga memiliki perusahaan? "Tanya Randi lagi.

Cintia kaget, di heran, kenapa orang ini bisa tau tentang ayahnya, yang dahulu punya sebuah perusahaan juga, tapi karena tertipu, perusahaannya direbut oleh paman tirinya. .

"Iya Pak, tapi itu dahulu, sekarang udah gak lagi". Jawab Cintia sedikit sedih. Dia ingat sepuluh tahun yang lalu, Pamannya berhasil menipu ayahnya sehingga perusahaan mereka jatuh ketangan Pamannya itu.

"Tapi saya harap hal itu tak mempengaruhi penilaian Bapak terhadap saya" lanjutnya lagi dengan suara tegas, seolah-olah tadi dia tak sempat bersedih.

"Apa kamu tau siapa nama saya? " Tanya Randi lagi, suaranya dibuat se wibawa mungkin.

'Waduh... mati aku, melamar pekerjaan nama bosnya aja gak tau, pasti di gak bakal di terima ini' Batinnya lagi.

"Maaf pak.. " jawabnya nunduk.

"Hhmmm" kata Randi kecewa.

"Sekali lagi maaf" kata perempuan tadi.

Randi berdiri dan berjalan mendekati Cintia dan berkata.

"Aku Randi.. sahabatmu di waktu kecil, saat berusia delapan tahun, aku dan adikku kehilangan orang tua kami, dan kami di bawa oleh kakek kerumahnya" Jawab Randi sambil tersenyum.

Cintia langsung mengangkat kepalanya, dan bersorak dengan girang, dia melompat-lompat lalu memeluk Randi, Randi sedikir kaget.. dan berusaha melepas pelukan sahabatnya itu, karna saat ini mereka bukan lagi anak kecil yang bebas melakukan apapun seperti dulu, baik itu pelukan, gendong-gendongan, ataupun ciuman pipi. Hal itu tak mungkin lagi boleh dilakukan saat ini, terlebih dia sudah menikah.

"Apa kabarmu? " Kata Randi

"Beginilah.. " Jawab Cintia tersenyum.

"Kamu udah menikah? " Tanya Randi lagi..

"Gak lagi" jawab perempuan itu.

"Maksudnya? kamu sudah bercerai? " Tanya Randi lagi.

" Begitulah" jawab Cintia. ..

"Kamu? " Tanya perempuan itu lagi.

"Alhamdulillah sudah, dan rumah tanggaku baik-baik saja. Oh ya.. besok kamu bisa mulai bekerja"

" Benarkah? terima kasih banyak " Kata Cintia dengan wajah gembira.

Dia sedikit kecewa karna Randi sudah menikah.

....

Seperti biasa, sepulang dari kantor, Kasih selalu menyambut Randi dengan senyuman, Randi sudah mulai memberikan ciuman di kening Istrinya ini setiap pulang dan pergi ke kantor. Kasihpun lama ke lamaan terbiasa dengan hal itu.

Kasih selalu membawakan tas dan jas Randi, tapi hari ini begitu Randi membuka jasnya, Kasih dapat melihat noda lipstik di kemeja suaminya, wajah Kasih tiba-tiba berubah sedih, Randi dapat melihat perubahan wajah istrinya itu. Kasih penasaran, tapi tak ingin bertanya sekarang, dia tau suaminya masih capek, dan setelah beberapa saat nanti, baru dia ingin penjelasan dari suaminya itu

Kasih berjalan gontai menuju kamar Randi, dia meletakkan tas dan jas Randi di tempat biasanya, begitu dia akan keluar, Randi telah ada di pintu kamarnya.

" Kasih.. kamu kenapa? " Tanya Randi dengan suara lembut, dia mendekati Kasih yang masih menunduk. dia amat heran dengan sikap istrinya itu.

Karna tak mendapat jawaban, Randi menganggkat wajah Kasih, dia dapat melihat mata Kasih yang berkaca-kaca menahan tangisnya, Randi bertambah heran, Dia ingin memeluk istrinya itu, tapi Kasih malah mendorong nya.

" Mas... jika Mas Randi menyukai seseorang, kenapa Mas meyakinkanku dengan pernikahan ini? " Tanya Kasih dengan suara bergetar hatinya terasa sangat pedih saat ini. Dia akhirnya menanyakan hal itu sekarang karna Randi sudah mulai membuka pembicaraan.

"Apa maksudmu? " Tanya Randi tak paham, dia benar-benar tidak menyadari adanya noda di kemejanya itu. waktu Cintia memeluknya, dia hanya memakai kemejanya saja, karna setiap berada di ruangannya, dia selalu melepaskan jasnya.

"Bukankah aku sudah membuat surat perjanjian yang Mas anggap konyol dahulu? dan Mas tidak menerimanya, sekarang Mas menyukai wanita lain, di saat aku juga sudah menyukaimu. " Kasih masih menunduk, air matanya mengalir.

Randi amat senang mendengar perkataan Kasih bahwa gadis itu telah menyukainya, tapi dia merasa bingung dengan sikap gadis itu.

"Apa maksudmu? " Tanya Randi sambil memegang kedua bahu kasih. dia benar-benar bingung.

"Aku hanya menyukaimu, tak ada wanita lain. " kata Randi menegaskan.

" Lantas.. bagaimana dengan ini? Tanya Kasih sambil menunjuk noda lipstik yang ada di kemejanya.

Randi sedikit kaget..

" Oo.. ini, tadi aku bertemu sahabat masa kecilku, dia amat girang, lalu memelukku" Terang Randi.

Kasih menjadi semakin sedih. Randi menjadi gugup.

"Dia hanya temanku, tak lebih" Terangnya dengan suara lembut.

"Aku paham" Jawab Kasih masih dengan wajah sedih, hatinya amat sakit. dia ingin meninggalkan kamar Randi, tiba-tiba pria itu menariknya kedalam pelukannya, Kasih berusaha melepaskan diri, tapi Randi memeluknya dengan erat.

"Aku tak akan mungkin menghianatimu " katanya lirih.

"Aku akan mengenalkanmu dengannya, dia benar-benar hanya seorang teman " Kata Randi lagi.