Ilyas masih setia menemani Ayisa mengajaknya tertawa bersama itulah yang dilakukan Ilyas saat ini.
Melihat senyuman istri manjanya itu adalah kebahagiaan untuk Ilyas.
Knop pintu terbuka dengan keras.
"pak Dokter ada korban kecelakaan!!" teriak seorang wanita.
Wajah Ayisa sontak berubah kesal melihat wanita itu.
Ayisa mengercit."nyebelin banget!! gangguin aja deh!!" gerutu Ayisa dalam hati.
"Abang pergi dulu ya!?" ucap Ilyas.
Ayisa menjangkau tangan Ilyas."Abang jangan pergi!!" teriak Ayisa.
Ilyas melepaskan genggaman tangan Ayisa."Abang harus pergi! mereka lebih butuh Abang dari kamu!!" ucap Ilyas.
"tapi bang!! Ayi nggak mau sendirian!!''
"ada Lily yang jagain kamu".jeda beberapa detik Ilyas mengusap lembut pipi Ayisa."Lily kamu jagain singa manja ini ya!' ucap Ilyas sambil terkikik.
"apaan sih!!"
"Abang pergi yah! assalamualaikum"
CUP
Satu kecupan manis berhasil mendarat di pipi Ayisa.
"wa-waalaikum-salam"
Ayisa tersenyum lebar, jantungnya berdegup kencang, seandainya dia punya sayap pasti dia sudah terbang jauh ke atas.
Lily yang juga menyaksikan hal itu." so sweet banget sih abangnya!!" ucap Lily tersenyum.
"mbak Li" Ayisa terkekeh.
Ayisa duduk sambil senyum-senyum diatas stretcher.
Lily mendekati Ayisa." Mbak Ayisa tuh beruntung banget loh punya kakak kayak pak dokter!".
Ayisa menatap Lily.
"pak dokter itu orangnya baaiiik banget, udah ganteng, sopan, penyayang, romantis, di juga humoris, juga pria Soleh pokoknya pak dokter itu pria idaman banget." ucap Lily.
Ayisa tersenyum lebar."iya! bang ilyas memang pria idaman! dan Ayi adalah orang yang paaaliing paling paling banget beruntung karena bisa jadi bagian dari hidup bang Ilyas." ucap Ayisa.
Sekitar setengah jam kemudian.
Mereka masih membicarakan tentang Ilyas.
Ayisa yang dulunya sama sekali sangat tidak suka dengan Ilyas kini jatuh cinta padanya.
Ilyas berhasil merubah sikap keras kepala dan juga sikap dingin yang selalu ditampilkan oleh Ayisa dulu.
Hanya saja sikap kekanak-kanakan Ayisa masih belum bisa Ilyas ubah tapi seiring berjalannya waktu Ilyas akan bisa menjadikan Ayisa sebagai seorang yang lebih baik lagi dan menjadi wanita Solehah yang lebih dewasa.
"cieee mbaknya senyum-senyum! pasti mikirin pak dokter ya?!" ucap Lily.
Lily sama sekali tidak mengetahui bahwa Ayisa adalah istrinya Ilyas, dia hanya mengetahui bahwa Ayisa adalah adiknya Ilyas.
"apaan sih mbak!"
Lily mendekati Ayisa."Lily pengen banget jadi istrinya pak dokter ily---"
"Lily!!!!"
Ayisa berteriak saat Lily mengharapkan iylas menjadi suaminya.
Teriak Ayisa membuat Lily sangat terkejut."ada apa mbak?" tanya Lily heran.
Ayisa mengarahkankan telunjuknya pada Lily." saya nggak suka kalau kamu ngomong kayak gitu ya!! bang Ilyas itu nggak bisa dimiliki oleh orang lain!! bang ilyas itu milik aku!!! milik Ayisa!! Dan selamanya milik Ayisa milik aku!!! jadi kamu jangan coba-coba untuk barharap bang Ilyas bakalan jadi suami kamu!! karena kamu akan menyesal dengan itu!! kamu akan menyesal!!! saya akan membuat kamu menderita!!! awas saja kalau kamu masih mendekati bang Ilyas kamu akan merasakan akibat dari mimpi kamu itu!!!!" teriak kesal Ayisa.
Ayisa sangat kesal pada Lily, tak sadar dia cemburu dengan perkataan Lily.
Emosinya meledak, air mata ketakutan menetes dimatanya, jantungnya pun berdetak kencang, terasa sesak, juga rasanya dadanya terlempar benda keras kasat mata.
Rasa takut kehilangan Ilyas semakin membuatnya terasa sesak.
Lily hanya terdiam takut dengan perkataan Ayisa seolah mengutuk dirinya, air matanya pun sempat menetes.
Lily pergi meninggalkan Ayisa sendiri yang masih mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.
Dengan cepat berlari, juga air mata yang ikut berlari Lily sangat takut dengan perkataan Ayisa.
Berpapasan dengan Ilyas yang hendak kembali ke kamar tempat Ayisa dirawat.
"Lily kamu kenapa?" tanya Ilyas.
Lily menunjuk kearah kamar tempat Ayisa dirawat."mbak Ayisa!! saya takut!! dia--" dengan suara gemetaran.
"dia!? Ayisa kenapa?" tanya Ilyas penasaran.
Lily mencoba membenarkan detak jantungnya."tadi baik-baik aja pak! tapi saat saya bilang pengen jadi istri bapak! maksud saya pengen punya suami baiknya kayak Bapak!! dia tiba-tiba aja marah besar pak! dia mengancam saya akan membuat saya menderita kalau saya masih berharap untuk menjadi istri bapak!!" ucap Lily menangis.
Ilyas menggenggam tangan Lily dan membawanya ke kamar tempat Ayisa dirawat.
Ilyas membuka Knop pintu dengan keras.
"Ayisa!!" teriak Ilyas.
Ayisa duduk dengan perasaan yang marah dan masih mencoba untuk membenarkan detak jantungnya.
Ilyas yang menggenggam tangan Lily tepat dihadapan Ayisa yang kini genggaman itu tertangkap oleh mata Ayisa.
Melihat genggaman itu beberapa detik kemudian menghempaskan pandangannya yang kini matanya mengeluarkan tetesan air.
"Ayisa kamu harus minta maaf sama Lily!!" ucap Ilyas dengan nada keras.
Ayisa tak mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya terus membenarkan detak jantungnya.
"Ayisa kamu dengar kan? minta maaf sama Lily.!!" bentak Ilyas.
Lily terus menangis ketakutan dengan ucapan Ayisa.
Tubuh Ayisa mulai melemah tatapannya mulai teracak acak buram.
"abagn bilang kamu minta maaf sama Lily!!"
Ilyas terus membentak keras pada Ayisa dan membuat hati kecil Ayisa terluka.
Ayisa masih mencoba untuk menguatkan dirinya.
tatapan matanya lurus pada pria yang sedari tadi terus membentaknya.
"Ayi nggak salah bang!!" sedih Ayisa.
"Ayisa tidak seharusnya kamu berbicara kasar seperti itu pada Lily" ucap Ilyas pelan.
"Abang kok malah belain dia??"
"Ayisa Abang nggak belain dia! tapi disini kamu yang salah!! tidak seharusnya kamu melarang Lily untuk berharap! dia punya hak sendiri untuk berharap apapun itu!!' ucap Ilyas kembali nada keras.
Ayisa terus mencoba menahan sakit juga air matanya yang terus saja mengalir.
"sama aja bang!! sama aja kali Abang lebih pilih dia dari aku" ucap Ayisa sembari menunjuk kesal pada Lily.
"Ayisa kamu salah!!" bentak Ilyas.
"aku salah?? darimana nya aku salah?? apa aku salah kalau aku nggak rela jika Abang jadi milik orang lain!?? apa aku salah karena sudah menikah dengan orang yang sama sekali tidak mencintai aku!! apa aku salah karena telah jatuh cinta pada orang yang ternyata juga mencintai orang lain!!!" bentak keras Ayisa.
Lily yang sama sekali tidak mengetahui hal itu sangat terkejut.
"menikah?? sejak kapan??"
Lily menepis tangan Ilyas.
"maaf saya nggak tau!" ucap Lily.
Tubuh Ilyas mundur beberapa langkah rasa tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ayisa cemburu? Ayisa marah? Ayisa cinta sama aku? sejak kapan?. itulah yang terlintas dipikiran Ilyas.
Ayisa menghela nafas berat."mending kalian pergi dari sini!! pergi!!" teriak emosi Ayisa.
Ilyas mendekati Ayisa dan menjangkau tangannya."Ayisa maafin Abang!? Abang nggak tau kalau kamu--" ucapan Ilyas terpotong.
Ayisa menepis tangannya."pergi!! kalau kalian nggak mau pergi dari sini! biar aku yang pergi!!" teriak Ayisa.
Tubuh Ayisa semakin melemah saat dia memaksakan diri untuk tetap pergi.
"Ayisa! Ayisa jangan!"
"mbak Jangan! tidak seperti itu caranya" Lily mencoba menahan Ayisa.
Ayisa melepaskan jarum infus yang melekat ditangannya dan membuat kondisinya semakin lemah.
Ilyas dan Lily terus berusaha menghentikan langkah Ayisa.
Ayisa berjalan dengan lemah goyah.
Kepalanya terasa berdenyut keras tapi dengan tekad dia meninggalkan mereka berdua.
Tepat diambang pintu Ayisa terjatuh karena tak sanggup lagi menahan sakit kepalanya.
Ilyas juga Lily dengan cepat menghampiri tubuh lemah Ayisa.
Ilyas dengan cepat mengangkat tubuh Ayisa dan membaringkannya di atas stretcher.
"Li kamu cepetan ambil kantung infus baru!! cepat" titah Ilyas.
Beberapa menit Lily kembali dengan membawa kantung infus baru.
Ilyas mengganti infus Ayisa agar tak ada bakteri yang menyebar dalam tubuh Ayisa jika infus yang dipakainya dipakai kembali.