Tampan dan punya kompetensi, hanya tinggal mengasahnya sedikit dan dengan segera Jessica akan mendapat sosok lain Hans disisinya.
Sedikit yang Jessica tau bahwa pria pilihannya itu bahkan akan merubah keseluruhan jalan hidupannya didepan.
Minggu itu seluruh jadwal makan siang Jessica telah dikosongkan. Hans tidak perlu cemas dengan 'menu makan siang' yang mungkin memikat hati Jessica.
Tapi hal lain benar-benar membuatnya khawatir hari ini. Sekretaris Baru – masalah baru bagi Hans.
Hans berlari memasuki gedung perusahaan. Dia bahkan langsung melewati mejanya sendiri, tak menyadari ada sosok lain mendudukinya dan terus melangkahkan kaki ke ruangan Jessica.
"Maaf Tuan, anda tidak bisa masuk sembarangan!" suara itu menghentikan tangan Hans yang sudah siap mendorong handle pintu untuk masuk.
"Kau?" Hans langsung mengenalinya dalam sekali pandang. "Bagaimana kau bisa berada disini?"
"Maaf tuan, seharusnya saya yang bertanya, bagaimana Anda bisa berada disini? Apakah Anda telah membuat janji sebelumnya?"
Pertanyaan Jonatan membuat Hans menganga dalam emosinya. Hans menarik satu kesimpulan, "apakah kau sekretaris baru itu?"
"Itu benar."
Bencana telah terjadi. Tanpa ingin bertukar kata lagi, Hans kembali maju siap menerobos masuk ke ruangan Jessica tapi lagi-lagi Jonatan menahannya.
"Sudah kubilang, Anda tidak bisa masuk kedalam sembarangan."
"Aku bukan seseorang yang bisa kau halangi. Aku sekertarisnya!"
Jonatan terdiam mendengar jawaban Hans. Jonatan memang sudah mendengar kalau sekretaris lama Jessica masih akan bekerja untuk membimbingnya.
Tapi Jonatan bahkan tidak tau seperti apa rupa si sekretaris senior itu. Ketika ia ragu dengan identitas Hans saat itu juga Hans menerobos masuk ke ruangan Jessica tanpa peringatan.
"Kenapa pria itu bisa ada disini?" Hans tidak dapat menahan dirinya. Ia tidak peduli kenyataan bahwa Jonatan juga ikut terdorong masuk ke ruangan Jessica.
"Dia sekretaris baruku." Jessica menjawab dengan tenang.
Lagi-lagi jawaban itu, "apa kau sudah mulai pikun? Dia pria di taman yang membuat masalah denganmu." Hans meluapkan emosinya.
Baik Jessica dan Jonatan sama-sama terkejut. Jonatan menatap wanita itu khawatir, jika Jessica benar-benar wanita tempo hari maka ia ada dalam masalah besar.
"Lalu kenapa dengan itu?" Jessica mengingat sosok Jonatan sekarang, ia tetap tenang tidak terganggu dengan kenyataan itu. "Bukankan aku sudah bilang itu adalah kesalahanku. Apa aku perlu mengakuinya berulang-ulang untuk membuatmu merasa puas."
"Kau tidak bisa mempekerjakannya sebagai sekretarismu." Hans menekan lagi.
"Aku sudah melakukannya dan dia sudah menandatangani kontraknya."
"Sialan!"
Jessica mulai merasa gerah karena bukan saja Hans telah mengejeknya pikun, sekarang pria itu berani mengumpatnya.
"Jangan melewati batasanmu. Bukankah aku sudah memperingatkanmu? Pada akhirnya kau yang tiba-tiba mengajukan pengunduran dirimu. Urusan diantara di kita akan segera berakhir Hans, jangan repotkan dirimu sendiri!"
Jessica dengan cepat mengambil tasnya dan melangkah keluar dari ruangnya. Meninggalkan Hans dan Jonatan dengan sisa-sisa keterkejutan.
***
Untuk pertama kalinya Jessica keluar makan siang tanpa Hans atau tanpa rencana apa pun. Jessica sudah hendak masuk kedalam mobil perusahaan saat seorang pria menghalangi pintu mobil.
"Sedang apa kau disini? Apa perusahaanku adalah tempatmu bermain-main?" Jessica melipat kedua tanganya. Suasana hatinya memburuk setelah perdebatannya dengan Hans. Itu bahkan tidak layak disebut perdebatan.
"Aku disini untuk meminta penjelasan mengapa aku tidak lolos?" pria itu memasukan tangannya dalam kedua sakunya, kepalanya menunduk kebawah dengan raut wajah kecewa.
"Aku sedang kesal dan lapar! Belikan aku makan dan akan kuberi kau penjelasan."
Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap Jessica dengan senyuman yang cerah. Penawaran itu terlalu mudah.
"Kalau bagitu akan kubelikan makanan apapun yang kau inginkan siang ini. Mari ikut denganku nona…." Pria itu merentangkan tanganya menunjuk mobil Porsche putihnya.
"Setuju!" Jessica naik kedalam mobil pria itu.
***
Siang itu juga Hans pergi menemui Tuan Surya untuk mendapatkan penjelasan.
"Aku tidak punya hal yang bisa kukatakan padamu. Nona Jessica langsung memanggilku setelah kau datang keruanganku tempo hari. Dia tau bahwa kau mengambil rekaman CCTV ruang wawancara dan akan melakukan sesuatu dengan proses seleksi. Nona muda sendiri yang memilih Jonatan.
Jika memang seperti yang kau katakan Nona muda sendiri yang akan menendangnya keluar, jadi seharusnya kau tidak perlu merasa khawatir bukan? Aku percaya padamu, Hans, tapi kau membuatku mempertanyakan kepercayaanku."
Tuan Surya tidak dapat mengatakan dirinya kecewa karena hampir mendengarkan Hans sebelumnya. Untungnya dia tidak beri kesempatan untuk itu.
"Aku tidak mengatakan kebohohngan apapun. Akan kupastikan Jessica segera menendang Jonatan keluar." Hans berbalik, masih dengan argumen dan pemikiran bahkan Jonatan bukan kandidat yang tepat.
***
Hans kembali kekantornya setelah jam makan siang dan mendapati Jonatan sudah ada ditempatnya mempelajari job desk-nya.
Situasi itu agak canggung dan aneh,
"Kita belum berkenalan dengan benar, aku Jonatan." Jonatan mengulurkan tanganya, memberanikan diri membuka percakapan baik.
"Kita tidak butuh perkenalan," Hans mengabaikan tangan Jonatan.
Joanatan tersenyum canggung dan menarik kembali tangannya yang menggantung diudara. Jonatan langung menangkap permusuhan dari pria yang ada didepannya itu.
"Sepertinya kau tidak suka dengan kehadiranku disini." Jonatan berkata perlahan.
"Jika kau tau, mengapa kau masih disini? Aku tidak suka kau dan aku tidak akan membiarkan kau berada disekeliling Jessica." Hans mengancam Jonatan.
Jonatan mencebik menanggapi Hans, "bukankah kau sendiri telah mengundurkan diri? Keberadaanmu disini hanya formalitas belaka, begitu aku menguasai apa yang harus kukerjakan maka kau tidak akan dibutuhkan lagi dan itu tidak akan butuh waktu lama."
Hans menatap pria itu geram, tidak menyangka kalau Jonatan akan seberani itu padanya.
Hans sudah akan melancarkan sebuah pukulan untuk pria sombong didepannya, ia menahanya saat mendengar langkah kaki dibelakangnya.
Itu Jessica, wanita itu baru saja kembali.
Hans beralih pandang pada wanita itu, "kita masih perlu bicara."
"Baik, kita akan bicara." Jessica masuk kedalam ruangnya diikuti oleh Hans.
***
Jessica sudah dalam suasana hati yang lebih baik dibandingkan sebelum makan siang. Sepertinya makanan enak memberikan efek riang atau mungkin itu teman makan yang telah menularkannya.
"Jadi apa lagi yang ingin kau bicarakan?" Jessica langsung pada intinya.
"Batalkan kontrak kerja Jonatan! Aku punya kandidat lain yang lebih baik daripada dia."
Tak ada penawaran lain yang dapat Hans ajukan.
Jessica menggeleng, "dia sudah cukup baik. Aku tidak ingin buang-buang waktu dan aku tidak perlu yang lebih baik."
"Dia tidak cukup baik! pria itu pernah bermasalah denganmu dan dia bahkan cukup berani untuk melawanku!" keluh Hans.
"Dia melawanmu? Berarti dia sudah lebih dari yang kubutuhkan." Anak baru itu berani pada Hans, itu hebat, Jessica harus datang memujinya.
"Dia tidak akan bisa melakukan pekerjaan ini bahkan jika dia lolos dengan nilai sempurna." Hans secara terang mengancam wanita itu.
"Itu mungkin terjadi, tapi aku lebih percaya kalau kau tidak akan mungkin membuat hal-hal yang merugikan untukku atau merugikan perusahaan." Jessica tau Hans tidak seburuk itu, dia tidak mungkin berani menyabotase.
Hans melemah karena ancamanya tak berhasil, "Kumohon, aku tidak akan bisa meninggalkanmu dengan tenang jika dia yang akan menjadi sekretarismu."
Mendengar kata-kata Hans, mood Jessica kembali terjun kebawah namun dia mengendalikannya dengan baik dan akhirnya membuat keputusan. "Baiklah, aku akan membatalkan kontrak kerja Jonatan…."