Chereads / Sekretaris Tampan ini Miliku / Chapter 9 - Pekerjaan Besar

Chapter 9 - Pekerjaan Besar

"Anda tidak boleh membiarkan pria ini lolos!"

Kepala HR itu, lelaki paruh baya bernama Surya, memutar rekaman CCTV dan segera mengenali pria yang dimaksud oleh Hans.

"Anda seharusnya tahu, kalau anda tidak punya wewanang untuk menentukan siapa yang lolos atau tidak. Bahkan presdir sendiri melarang Anda terlibat dalam proses seleksi ini." Tuan Surya mengingatkan Hans, lelaki itu mengerti maksud Hans mendatanginya dengan sebuah profil.

"Aku tidak bermaksud terlibat, tapi ini hal penting bagiku dan pria dalam rekaman itu bahkan seharusnya tidak lolos saat seleksi administrasi."

"Mengapa demikian? Diatas kertas pria ini adalah kandidat yang cukup unggul dibandingkan yang lainnya. Dia punya kualifikasi bagus, lulus ujian dengan nilai tertinggi dan wawancaranya mengesankan bagiku."

Hans tertawa mencemooh, ia tidak ingin tapi mengakui pria bermasalah itu ternyata cukup baik sampai-sampai mendapat kesan baik dari Tuan Surya. "Pria itu melakukannya?"

"Ya, pria itu melakukan proses seleksi dengan baik. Bisa kukatakan dia yang terbaik."

Pria itu tidak bercelah dihadapan Tuan Surya, tetapi tetap saja pria itu mempunyai cacat besar bagi Hans. "Anda tidak bisa memilih pria itu," kata Hans lagi.

"Jika tidak hal seperti ini, aku telah siap mengeluarkan surat keputusan mengenai penerimaannya. Pria ini adalah kandidat paling tepat untuk menjadi sekretaris presiden direktur."

"Pak Surya, aku mohon! Aku sungguh tidak punya niat apapun, hanya saja pria ini bermasalah dengan Jessica beberapa waktu lalu dan dia bahkan melukai wanitaku." Hans terus berargumen bahwa pria itu tidak layak untuk menggantikannya.

"Kalau begitu aku akan bertanya langsung pada Nona Jessica mengenai hal ini, biar dia yang mengambil keputusan."

"Tidak perlu bertanya padanya, Anda harus membuat keputusan ini sendiri." Hans terlalu menggebu-gebu, seolah-olah pria yang ia sebutkan adalah masalah besar yang harusnya dilenyapkan.

"Aku akan mempertimbangkanya."

"Aku yakin Jessica sendiri akan mengeluarkan pria ini sebelum dia menginjakan kaki diruangannya." Hans meyakinkan Tuan Surya lagi.

Dengan bimbang Tuan Surya menatap berkas lamaran ditangannya, sedikit banyak ia cukup terpengaruh dengan kata-kata Hans. Ia tidak begitu mengerti bagian dimana pria yang Hans sebutkan telah melukai sang presdir.

Satu pertanyaan dibenaknya, jika benar yang Hans katakan, mengapa pria itu mau melamar pekerjaan untuk wanita yang berseteru dengannya?

***

Setelah memastikan bahwa kepala HR tidak akan meloloskan si pria 'masalah baru' itu, Hans kembali tenggelam dalam pekerjaan. Sepertinya Jessica benar-benar tidak berniat membiarkan Hans untuk punya waktu luang semenit pun.

Hans tidak ditempatnya saat Jessica memanggil kepala HR datang ke ruanganya.

"Anda memanggiku, Nona?"

Saat Tuan Surya, sang kepala HR itu masuk Jessica tengah menyesap kopinya. "Bagaimana perkembangan seleksi kepegawaian saat ini?" Tanya wanita itu sambil meletakan kembali cangkir kopinya.

"Kami telah menemukan kandidat yang tepat dan akan segera mengundangnya untuk menandatangai kontrak kerja." Tuan Surya mengerti bahwa yang dimaksud oleh adalah masalah sekretaris direktur yang baru.

"Aku mendapat laporan bahwa baru-baru ini Hans pergi untuk mengambil rekaman CCTV dari ruang wawancara dan setelah itu dia pergi kekantor Anda."

Jessica tidak mau bertele-tele lagi, setelah membuat pengaturan agar Hans tetap sibuk dia juga menempatkan matanya pada setiap gerak-gerik Hans.

Tuan Surya tidak mengelak, ia tidak terkejut karena wanita muda yang menjabat sebagai atasanya itu tahu apa yang Hans lakukan dibelakangnya dan langsung memanggilnya kemari. "Hans memang datang ke ruangan saya tadi pagi. Ia menunjukan rekaman wawancara seorang pria dan meminta agar pria itu didiskualifikasi."

"Didiskualifikasi?" Jessica senang bahwa Tuan Surya tidak menutupi perbuatan Hans.

"Pria itu kandidat terbaik yang kami temukan, tetapi untuk beberapa asalan, Hans mengatakan kalau pria ini tidak tepat untuk menjadi sekretaris Anda."

"Hans mencegah pria berkompeten untukku. Bagaimana dengan rupanya, apa dia cukup tampan?" tanya wanita itu.

"Ya? Ya, dia cukup tampan," Tuan Surya terkejut untuk pertanyaan terakhir, sebelumnya ia memang mendengar kalau wanita muda didepannya itu hanya berurusan dengan laki-laki yang menarik secara visual tapi tidak tahu jika wanita itu benar-benar memperhatikan penampilan. "Tapi Hans mengatakan kalau…" Tuan Surya berusaha menyebutkan alasan yang sebelumnya Hans ajukan padanya.

Namun Jessica tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan, wanita itu memotongnya langsung. "Undang pria itu untuk menandatangani kontraknya besok." Jessica tidak peduli apa yang telah Hans katakan kepada kepala HR, dia tidak ingin mendengar apapun.

Tidak ingin menimbulkan masalah, Tuan Surya memutuskan tidak berargumen dengan Jessica, "saya akan segera menghubunginya."

***

Hans berhenti khawatir mengenai masalah sekeretaris baru. Terakhir kali ia telah memberi rekomendasi untuk salah satu pelamar lain, seorang pria muda yang secara kebetulan merupakan putra dari salah satu direktur perusahaan.

Hans mengenali direktur itu sebagai teman ayahnya dan putranya tampak lebih dapat dipercaya dibandingkan pelamar lainnya.

Memikirkan proses seleksi Hans merasa tergelitik. Pasalnya Hans sendiri bahkan tidak membuang waktunya untuk mengikuti serangkaian proses seleksi seperti itu. Hans bersyukur ayahnya adalah Tuan Wiliam.

"Kau tampak lebih cerah dari pada kemarin," Jessica berkomentar pada Hans yang saat ini sedang mengemudi mengantarkannya pulang.

"Begitukah?" Hans melirik Jessica dengan ekor matanya, ia harus tetap berfokus pada stir dan jalanan depannya.

"Tampaknya kau telah melakukan pekerjaan besar hari ini." Jessica memujinya dengan maksud, "pekerjaanmu memang selesai sempurna dan aku berharap sekretaris baruku nanti bisa sebagus dirimu."

"Aku jamin sekretaris baru nanti pastinya punya kemampuan yang baik, tapi tetap tidak akan ada yang sebaik aku." Tanpa merasa berlebihan Hans menyombongkan dirinya.

Jessica menyeringai, "aku tidak akan menerimanya jika ia tidak bisa lebih baik darimu." Wanita itu memanggku kepala dengan tanganya bersandar dijendela mobil, ia menatap Hans lekat.

Sejauh ini Hans masih belum menyadari bahwa Jessica telah diam-diam mengawasinya dan tau apa yang dilakukan dibelakangnya. Hans tidaklah sesempurna itu. Pria itu memikirkan dirinya terlalu tinggi.

Mencari sekretaris baru yang tepat untuk Jessica adalah pekerjaan terbesar Hans bulan ini.

Bulan depan ia harus memastikan bahwa pria yang akan menggantikannya siap dengan segala jenis hal di perusahaan dan mampu bekerja dibawah Jessica dengan baik. Setelah itu baru Hans bisa pergi.

Jika ada cara Hans mungkin akan menetap disisi Jessica dan memperjuangakan perasaannya pada wanita itu. Tapi ia sudah jatuh pada pilihan ini, pilihan dimana dia pergi dengan alasan akan menikahi wanita lain.

Hans sendiri masih belum yakin mengenai rencananya. Wanita lain, hm? Bagiamana mungkin Hans bisa memikirkan wanita lain saat isi dikepalanya hanyalah Jessica. Apakah pernikahanya dengan wanita lain hanya omong kosong?

Memikirkan ini membuat perubahaan berarti di wajah Hans dan Jessica langsung menyadarinya. "Kenapa mukamu jadi muram seperti itu?"

"Aku hanya bertanya-tanya, apakah kau akan meminta sekretaris barumu untuk menjemputmu setiap pagi dan mengantarmu pulang seperti ini?"

"Dia harus melakukannya mau tidak mau. Itu salah satu poin yang kuletakan dalam kontrak kerja."

"Kau meletakannya dalam kontrak?" Hans berpaling pada wanita disebelahnya. Lampu dijalanan mendadak merah dan Hans juga ikut berhenti mendadak.

"Hei, perhatikan caramu mengemudi!" Jessica mengeluh.