"Permisi, apakah aku bisa bertemu dengan Jessica?"
Jonatan menengadah memandang wanita anggun didapannya.
Wanita itu tampak berkelas dan professional. Auranya memberitahu Jonatan bahwa wanita didepannya bukannya orang biasa.
"Apakah anda telah membuat janji sebelumnya?"
Wanita itu meniliknya dari kepala sampai ujung kaki, seperti mencari sesuatu yang salah disana. "Katakan saja seseorang dari HM Consultan ingin bertemu denganya."
HM Consultan? Jonatan meraba ingatannya, rasanya dia pernah mendengar nama perusahaan itu sebelumnya. "Bolehkah saya tau nama Anda Nona?"
Wanita itu tidak menjawab Jonatan. Dia memalingkan mukanya dari Jonatan, berdiri tegak dengan tangan bersidekap sambil sesekali memainkan ponselnya. Wanita itu mengabaikannya Jonatan sepenuhnya.
Jonatan memanfaatkan jeda waktu itu mencari data terkait HM Consultan untuk memastikan identitas wanita itu.
"Kau tidak membiarkan aku masuk?" wanita itu bertanya dengan ketus. Ia akhirnya menatap Jonatan lagi. Tatapannya penuh ketidaksabaran dan ketidaksenangan. Seperti tatapan yang sering Jonatan dapatkan dari seseorang.
Jonatan ingin membalasnya, tapi sebuah file menyangkut HM Consultan muncul. Jonatan mempersilahkan wanita itu menunggu Jessica diruangannya. Segera Jonatan menghubungi Hans meminta agar Jessica segera kembali.
***
"Menurutmu mengapa Nona Wanda repot-repot berkunjung kekantorku?" Jessica bertanya dengan tenang.
Dia menatap Hans yang saat ini duduk dikursi pengemudi. Pria itu melajukan mobilnya secepat mungkin untuk kembali ke kantor. Wanda adalah alasan bagus untuk menghindari Thomas dan Tony, tapi itu juga bisa berarti berita tidak menyenangkan bahwa wanita itu bertamu seperti ini.
"Aku tidak punya ide untuk apa kunjungannya hari ini. Wanda tidak akan berkunjung dengan masalah sepele." Hans khawatir sesuatu terjadi dengan bisnis mereka.
"Apakah kau baru saja menyebutnya secara langsung?"
"Mengapa mempertanyakan itu? Dia tidak sedang ada disini, jadi aku bebas memanggilnya seperti apa." Hans tidak mengerti mengapa Jessica memperhatikan detail tidak penting seperti itu.
"Sepertinya hubungan kalian lebih dekat daripada yang kuperkirakan. Kupikir aku tahu alasan dia berkunjung hari ini."
"Benarkah? Apa menurutmu kita dalam masalah?" Hans tidak ingin main tebak-tebakan.
Hans tidak ingin pesimis tapi dia harus berjaga.
Jessica tidak menjawab Hans, senyumannya tampak pahit dan menyiratkan sesuatu. Hans tidak tahu apa itu. Hans hanya cemas bila sesuatu terjadi dengan perusahaan sementara dia akan segera pergi. Hans tidak bisa melihat Jessica dalam masalah.
Hans dan Jessica benar-benar kembali dengan cepat.
"Apakah sudah melakukan apa yang kuminta?"
"Aku telah melakukannya." Jonatan menjawab Hans dengan mantap.
"Pastikan kau punya alasan bagus untuk Wanda ketika aku memanggilmu masuk."
Jessica masuk keruanganya, meninggalkan Hans dengan pertanyaan besar. Mengapa ia harus membuat alasan?
"Hubungi tuan Hadi dari bagian Project Development dan tanyakan apakah ada yang salah dalam proyek kita dengan HM Consultan. Pastikan kau tidak melewatkan setitik pun masalah."
Hans juga mengambil teleponya, mencoba mencari informasi dari pihak HM Consultan langsung. Bilakah sesuatu terjadi dengan proyek mereka atau masalah apapun itu.
Di dalam ruangan Jessica.
"Nona Wanda, maafkan kelancanganku karena membuat anda menunggu."
"Tidak masalah, aku mengerti ini memang masih waktu makan siang. Seharusnya aku yang meminta maaf karena mengganggumu."
"Tidak, anda tidak menggangguku sama sekali." Jessica berusaha tidak terlihat terganggu dengan hal itu. "Adakah hal penting sehingga anda datang jauh-jauh kemari?" Jessica tetap bertanya dengan sopan mesikipun dia sudah punya jawaban dalam pikirkannya.
Wanda Hultama, wanita itu adalah komisaris dari HM Consultan. Salah satu perusahaan yang sedang menjalankan proyek besar bersama dengan Group J. Jika bukan karena pengaruh hubungan bisnis itu, Jessica tidak butuh untuk buru-buru menyambut kedatanganya.
"Apakah Hans benar-benar telah mengajukan pengunduran dirinya?"
"Itu benar. Informasi anda benar-benar akurat, Nona. Kau bahkan sudah bertemu dengan penggantinya didepan tadi."
Jessica menjawab pertanyaan itu dengan mudah, lagi pula pengunduran diri Hans bukanlah rahasia umum.
"Jadi kau juga menyetujui pengunduran dirinya? Ah, kukira kau tidak akan semudah itu melepaskan Hans. Seharusnya kau segera memberitahuku saat dia membuat keputusan seperti ini." Wanita itu mengoceh pada Jessica.
"Hans benar-benar membantu dalam kerjasama kita selama ini. Jessica, kau seharusnya dapat meyakinkan Hans untuk tetap tinggal. Apakah kau sudah mencobanya?"
Jessica sungguh tidak tahan, siapa wanita itu sampai ia harus melapor tetang apa yang Hans lakukan. Jadi Wanda datang jauh-jauh dari kota S hanya untuk mencampuri urusan sekretarisnya?
Jessica secara professional menghargai ikatan mereka. "Sayang sekali, aku lupa kalau Hans memang benar-benar berjasa dalam membangun hubungan kedua perusahaan kami. Maafkan aku."
"Jadi benarkah dia akan segera menikah? Dengan siapa itu? Apakah aku mungkin mengenalnya?"
Mereka tidak sedekat itu untuk berbicara santai seperti itu. Tapi Jessica tetap berusaha bersikap baik pada Wanda.
"Hans tidak menyebutkan apa pun mengenai rencana pernikahannya padaku. Aku bahkan tidak tahu siapa wanita beruntung itu."
"Cih, Dia menyembunyikan wanita itu dengan baik." Wanda tampak tak senang karena tidak mendapat informasi yang dia inginkan dari Jessica. "Aku berharap kepergian Hans tidak menganggu kolegilitas kita. Kau tahu, hanya dia yang bisa mengerti apa keinginanku dalam bisnis ini."
Apa Wanda sedang mengancamnya?
"Mempertanyakan bisnis kita hanya karena seorang Hans sepertinya terlalu berlebihan. Jika anda tidak senang ia menikah, mengapa tidak bicara langsung padanya? Anda tidak akan mendapatkan apapun dengan menekanku seperti ini."
Jessica hampir kehilangan kesabarannya.
"Tolong jangan salah paham denganku," Wanda membujuk, dia juga tidak begitu menyukai Jessica tapi berbisnis dengan wanita itu adalah hal baik. Jadi ia juga berusaha menekan dirinya sendiri, "Aku selalu mengangapmu sebagai adiku dan mengenai Hans, aku hanya sedikit ingin tahu tentangnya."
Jessica telah menahan dirinya lebih dari yang Wanda lakukan terhadapnya. Tentu saja kerja sama mereka tidak bisa berakhir hanya karena pengunduran diri Hans.
Wanda tidak melihat jalan dengan bertanya pada Jessica jadi ia segera menyatakan maksudnya. "Mengenai kedatanganku hari ini, sebenarnya aku punya sebuah permintaan."
Sebuah permintaan? Mengapa Jessica merasa itu akan jadi sebuah hal yang merepotkan. Sialnya, dia tidak dapat menolaknya atau bisnis mereka bisa berakhir saat itu juga.
Wanda menyebutkan permintaanya pada Jessica. Sebuah permintaan sederhana yang sepertinya tidak memberi keuntungan tapi tidak juga memberi kerugian untuk Jessica.
"Bagaimana menurutmu, apa kau dapat mengabulkannya untukku kali ini?"
"Kenapa kau membutuhkannya?"
"Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin mencoba peruntunganku. Itu pun bila kau besedia memberikan aku kesempatan."
Jessica berpikir sejenak sebelum akhirnya menekan interkom."Minta Hans masuk keruangaku sekarang!"
Hans dan Jonatan saling berpandangan diujung interkom itu. Mereka masih belum menemukan alasan kedatangan Wanda siang itu. Apakah masalah telah terselesaikan oleh Jessica, atau sebaliknya.
Hans bangkit berdiri dari tempatnya, "tetap carikan aku informasi apapun itu." Ia merapihkan jasnya, menyiapkan diri dengan waspda. Hans segera masuk ke ruangan Jessica.
"Anda memanggilku, Nona?" Hans tidak lupa memberi salam penghormatannya pada Wanda.
"Aku ingin kau membantuku memenuhi permintaan Nona Wanda."
Jessica melirik Wanda dengan ekor matanya.
"Permintaan apakah itu? Aku akan mencoba yang terbaik untuk membantumu."
"Tentu saja, kau harus!" nasib bisnis Jessica ada ditangan Hans, jadi pria itu sebaiknya menepati perkataannya.