Chereads / Kupikir Disini Tempat Seharusnya Diriku Berada / Chapter 57 - Seperti Itu : Bagian 6

Chapter 57 - Seperti Itu : Bagian 6

Setelah beberapa saat berlalu, Pastrea pun segera pergi untuk membuatkan minuman untukku.

Lalu kami berdua pun ditinggal sendirian.

Saat kulihat baik-baik, Fredella memang sangat gugup. Aku jadi kasihan padanya karena mulai sulit untuk berbicara normal padaku.

Kurasa lebih baik, akan kutunjukkan sedikit pemikiran asliku.

" Fredella, aku yakin ada hal yang sangat ingin kau tanyakan padaku bukan ? "

" itu benar sih… "

" kenapa tidak langsung saja. "

" baiklah, soal itu… kau pernah bertarung dengan Robert bukan ? "

" ketimbang pertarungan, lebih tepat disebut sebagai kesalahpahaman sih. "

" sesuatu yang kau anggap kesalahpahaman itu, berakhir dengan kekalahannya ? "

" jadi begitu, kuakui aku memang mengalahkannya. "

" bahkan pasukan khususnya pun ikut kau kalahkan juga ? "

" aku tidak tahu kalau mereka itu pasukan khusus, tapi setidaknya aku berhasil menghentikan mereka. "

" ternyata benar…. Kau kuat.. "

" meski aku tidak ingin mengatakannya, tapi memang begitulah faktanya. "

" tapi kenapa kau merahasiakannya dariku ? "

Sekarang Fredella terlihat serius.

" mungkin ada 2 alasan. "

" apa saja ? "

" Pertama, itu bukan sebuah pertarungan. Karena aku terjebak oleh permainan Nee sama sehingga membuat Robert dan anggotanya menyerangku. "

" ternyata Fazela juga penyebabnya, dan yang kedua ? "

" kurasa jika berita itu tersebar akan banyak pembawa masalah datang ke Kekaisaran ini dan juga aku tidak mau terkenal. "

" masuk akal, tapi meski tanpa itu. kau yang sekarang sudah terkenal duluan. "

" salah siapa coba karena sudah menyeretku dalam dua peperangan sebelumnya. "

Aku pun protes padanya.

" ya, karena itu tugasmu. "

" tugas ya, selama mendapat gaji aku tidak akan protes terlalu banyak juga sih. "

" karena aku selalu melihat sifat malasmu, aku sulit percaya hal seperti itu terjadi. "

" makanya aku tidak suka menunjukkannya pada siapapun. "

" meski begitu, kurasa kau memang orang baik ya. "

" itu terdengar seperti kalimat penolakan bagiku. "

" penolakan ?, tentang apa ? "

Fredella tampak tidak memahami joke ku.

" lupakan saja, jadi sekarang giliranku. Apa ini kebunmu ? "

" ya, ini semua milikku. "

" tempat yang indah. "

Fredella terdiam mendengar kalimatku.

" hmm… "

Dia hanya mengangguk kecil.

" akan lebih sempurna jika kau menambah rumput sintesis sehingga aku bisa tiduran diatasnya. "

" sintesis ?, apalagi itu ?. kau hanya ingin bermalas-malasan saja bukan. "

" kebaca ya hehe.. "

" kau ini, jadi apa tujuanmu sebenarnya ? "

" soal itu… "

Aku segera menarik beberapa dokumen yang kusimpan di dimensi pribadiku.

Totalnya kurang lebih ada sekitar 4 tumpuk dokumen.

" apa ini semua ? "

Fredella tampak terkejut dengan dengan apa yang barusan dia lihat.

" baca saja. "

Dia segera mengambil salah satu dokumen untuk memahami maksudku.

Dalam beberapa saat dia langsung mengerti apa tujuanku saat ini.

" ini luar biasa…, bagaimana kau bisa memikirkan hal yang rumit seperti ini ? "

Dia tampak tidak percaya dengan apa yang barusan dibacanya sendiri.

" setidaknya aku berencana memisahkan beberapa pasukan besar yang tidak sesuai tempatnya. "

" tapi, apa maksud dari regu jarak jauh dan pasukan khusus internal ini ? "

" regu jarak jauh mudahnya seperti pasukan yang terdiri dari penyihir yang hanya bisa melakukan sihir ataupun para prajurit yang hanya bisa menggunakan panah, sedangkan pasukan internal adalah pasukan khusus yang ditugaskan untuk mematai-matai dengan pelatihan khusus juga, ada banyak orang yang memiliki bakat seperti ini tidak diterima oleh militer. setidaknya aku ingin memanfaatkan kemampuan dasar yang disebut kegagalan di negara ini. "

" jika begitu, kurasa ini memang ide bagus. "

" apa kau bisa melakukannya Fredella ? "

" sudah jadi tugas bawahan untuk menjalankan perintah atasannya. Meski begitu masih banyak kalimat yang masih tidak kumengerti. "

" aku telah menambahkan beberapa hal yang tampak asing bagimu di lembar belakang, kurasa kau pasti dengan cepat mengerti hal itu. "

" kau ini…., kurasa aku tidak punya hak untuk protes… "

" kurasa aku sudah membebaskanmu dari tugas menganggur bukan, hehe. "

Aku mencoba sedikit menghiburnya.

" kau benar, setidaknya aku merasa kita sudah bergerak maju. Meski itu hanya beberapa langkah kurasa itu sangatlah berarti. "

" karena ini sudah malam, kurasa sebaiknya kita istirahat. Apa kau ingin kuantar ? "

" hahaha kenapa kau harus mengantarku, hahaha, inikan rumahku. semua tempat ini sudah seperti halaman belakang pribadiku. "

Dia tampak sedikit melepas bebannya, ya meski sudah minum begitu banyak aku masih tidak bisa melihatnya mabuk.

" begitu ya, kalau begitu selamat malam Fredella. "

Aku segera berbalik untuk meninggalkan tempat ini, ya kurasa aku telah melakukan hal ini dengan cukup baik.

Dengan segera aku berjalan membelakangi Fredella untuk membuatnya tidak mencurigai apapun. Ghosting seharusnya merupakan keahlianku.

Saat hendak pergi melewati pintu keluar, pundakku tiba-tiba pundakku dipegang dari arah belakang.

Kurasa itu ulahnya.

" tunggu, ada sesuatu yang ingin kubicarakan… "

Aku segera menoleh untuk melihat tatapannya.

Seakan mendapat momentum yang tepat, cahaya bulan mulai tertutupi awan muka merahnya itu bisa tertutup dengan baik.

" katakan saja, aku akan menunggumu hingga siap. "

" begitu ya… "

Dia menundukkan kepalanya seperti sedang mengumpulkan niat.

Entah kenapa aku merasa angin dingin mulai bertiup kencang, kami berdua pun berada dalam keheningan.

Di ikuti dengan gerakan awan yang mulai berpindah, cahaya bulan kembali dan menyinari wajah Fredella.

Dia memang sangat cantik, kurasa buff alam seperti ini bisa membuat wanita manapun terlihat cantik atau memang sang putri petarung kekaisaran ini punya daya tarik tersendiri.

Dia mulai mengenggam kedua pundakku, kurasa perbedaan tinggi kami tidak terlalu jauh.

Meski aku terlihat kurus tapi tinggiku hampir mencapai 188 cm. tapi kurasa Fredella berada dikisaran 175 cm keatas sedikit. Ya dia memang tinggi dikalangan wanita.

Kami berdua pun bertukar pandangan selama beberapa saat, sebaiknya aku yang bergerak atau tidak sama sekali.

Saat aku hendak berbicara, bibirku dihentikan dengan satu jarinya.

Dia tampak sadar akan maksudku, dan seakan memberi kode kalau dia perlu sedikit waktu.

Entah kenapa ajaran senpai di masa lalu benar-benar sangat berguna bagiku dimasa kini.

Setelah itu kurasa Fredella sudah membulatkan tekadnya.

" mau… mau.. maukah…., kau… bertarung denganku ? "

" okee…. "

" secepat itukah kau menjawabnya ? "

" aku sudah mendengar semuanya saat aku diam saja dari tadi. "

" begitu ya, jadi enaknya kita melakukan hal itu dimana ? "

" entahlah, tapi setidaknya kau jangan terlalu banyak berharap padaku karena kurasa kita memiliki perbedaan pengalaman yang panjang. "

" apa yang kau katakan, kau bisa mengalahkan adikku hanya dalam sekejap mata, kau sama sekali tidak kurang pengalaman. "

" itu hanya keberuntungan. "

" keberuntungan tidak datang disaat kau meremehkannya, sepertinya aku tahu tempat yang sesuai. Ikut aku. "

Fredella segera berlari dan menggandeng tanganku untuk ikut lari bersamanya.

" oi…, kenapa tiba-tiba ? "

" kau itu mudah tersesat, jika seperti ini aku tidak perlu repot-repot menunggumu. "

Kami terus berbicara sambil berlari.

Saat menuruni anak tangga, kami bertemu dengan Pastrea, tampaknya dia sedang membawakan banyak minuman lain. Namun Fredella mulai berbicara padanya.

" tinggalkan saja itu diatas Pastrea, jadilah juri pertarungan kami, tempatnya di lapangan tempur khusus sihir. "

"dimengerti Fredella sama. "

Senyuman mulai tampak dari Pastrea, tepat saat aku melawatinya, dia mulai berkedip padaku seakan memberi tanda semangat.

Yah, menuruti ego tuan putri memang sudah jadi tanggung jawabku sih.