Chereads / Kupikir Disini Tempat Seharusnya Diriku Berada / Chapter 58 - Seperti Itu : Bagian 7

Chapter 58 - Seperti Itu : Bagian 7

Situasi beralih ke Emily, tampaknya dia kesulitan untuk mencari seseorang. Laporan yang termasuk dalam rahasia tingkat tinggi, hanya beliaulah yang harus mendengarnya pertama kali.

Aku telah mengecek beberapa ruangan yang digunakan untuk pesta tapi tanda-tanda beliau sama sekali tidak ada.

Apa mungkin beliau sudah kembali ke mansion Romanova, kurasa aku harus memakai cara terakhir yaitu bertanya pada Tuan Putri Fredella tentang keberadaan beliau.

Jadi, kuputuskan untuk pergi ke kamar beliau, saat berlari dengan kecepatan yang cukup tinggi. Aku berpapasan dengan salah satu pengawal beliau.

" Komandan Emily, apa anda hendak menemui Fredella sama ? "

" itu memang tujuan saya, apa anda melihatnya Pastrea san ? "

" beliau tidak ada dikamarnya saat ini, jika memang ingin bertemu beliau ikutlah dengan saya. "

" tapi kemana Pastrea san ? "

" lapangan tempur penyihir, Fredella sama hendak latih tanding dengan Raven sama. "

" jadi begitu ya, saya akan ikut dengan anda. sebenarnya tujuan saya ingin bertemu dengan Raven sama. "

" firasat anda memanglah hebat, mohon ikuti saya. "

" ya. "

Kami berdua pun segera berlari untuk menyusul mereka.

Saat melihat situasi yang disebut sebagai lapangan sihir oleh Fredella, kurasa itu cukup berbeda jauh dengan bayanganku.

Kupikir akan ada banyak manekin atau benda yang mengandung sihir, tapi ini hanyalah lapangan kosong yang dikeliling rumput.

" tempat ini sangat berbeda dengan apa yang kupikirkan. "

" jangan begitu, kau menyadarinya bukan penghalang tempat ini sangat luas dan kuat. "

" memang begitu, ada banyak sihir level 7 dalam cakupan area luas. "

" makanya tempat ini sangat cocok untuk latihan orang dengan skill yang mumpuni. "

" kesampingkan hal itu, jadi kita akan beradu sihir atau bagaimana ? '

" jangan bercanda, jika aku beradu sihir denganmu pasti aku akan kalah telak, aku tidak terlalu mahir dalam bidang itu, aku itu kan God Knight, bagaimana ya, tipe pertarungannya masih belum kupikirkan. "

" kenapa tidak kita adu saja keahlian kita masing-masing. "

" ide bagus, tapi aku punya satu syarat. "

" katakan saja, akan kuusahakan. "

" syaratnya adalah, kau tidak boleh menahan diri dan lepaskan saja kemampuanmu sesungguhnya. "

" tunggu sebentar, kau yakin akan hal itu Fredella ? "

" tentu saja, kau akan memenuhi janjimu itu bukan ? "

Tatapan intimidasinya pun muncul kembali. entah kenapa aku merasa kalau dia itu doppleganger sang Ratu jika disituasi seperti ini.

" bukan masalah itu, apa kau tidak takut akan efek samping dari kekuatanmu sendiri ? "

" tenang saja, penghalang ini akan pulih dengan sendirinya, lagi pula terdapat 20 lapis yang aku sendiri cukup kesulitan untuk menghancurkan lapis terakhir karena begitu cepat proses regenerasinya. "

" begitu ya, kuharap tidak terjadi hal yang merepotkan. "

" oke, meski aku mengatakan ini latih tanding. tapi kurasa lebih baik menggunakan senjata asli. kurasa Ini akan menyenangkan hihihi. "

" baik-baik Ojou sama… "

Aku meresponnya dengan nada malas.

Fredella pun mulai memejamkan matanya, seakan sedang fokus pada sesuatu, dirinya tertutupi cahaya, dalam waktu singkat seluruh tubuhnya tertutupi dengan armor yang tebal yang berwarna emas, meski aku mengatakan tebal tapi ada beberapa bagian tubuhnya yang tidak terlindungi kurasa itu dibuat agar dia bisa bergerak dengan kecepatan tinggi saat bertarung.

Setelah itu, kalung yang dia pakai mulai bersinar dengan terang. Perlahan cahaya itu mulai membentuk sebuah sebuah Long Sword yang berwarna emas juga. Meski terlihat seperti Long Sword tapi desainnya terlihat seperti Rapier Okaa sama. Itu pasti ditujukan untuk pertarungan cepat dan kekuatan mutlak.

" persiapanku sudah selesai, sekarang tinggal menunggu Pastrea datang. "

Tepat setelah dia mengatakan hal itu, Pastrea datang bersama sosok lain.

" maafkan keterlambatan saya Fredella sama. "

Dia tampak sedikit kelelahan.

" tenang saja, aku tidak menunggu lama kok. Lakukan aba-abanya ketika kau sudah siap saja Pastrea. "

" dimengerti Fredella sama. "

" sekarang persiapkan dirimu Raven. "

Aku mulai membuka dimensi pribadiku, dan menarik sebuah katana yang biasa kupakai. Mizue no Koto, kurasa ini sedikit berlebihan. Tapi apa boleh buat, karena aku hanya punya dua senjata untuk saat ini, jadi ketimbang memakai Endless Sword, masih mending memakai ini.

Kusarungkan katana itu dipinggangku. Kurasa ini sudah cukup.

" aku sudah siap. "

" eh, kau yakin tidak perlu memakai zirah pribadimu atau semacamnya ? "

" zirah ?, aku tidak punya hal semacam itu. mungkin kurasa aku harus membuatnya lain kali. "

" lakukanlah dengan serius raven, ini pertarungan sesungguhnya lho. "

Fredella tampak menasehatiku.

" ya, kurasa aku sudah mengatakan kalau aku akan serius bukan. "

Dalam pandangan Fredella, sorot mata yang tajam itu sama sekali tidak menunjukkan tanda meremehkan ataupun mengalah. Tampaknya dia sama sekali tidak berbohong akan perkataannya.

" begitu ya, baguslah. "

Aku sedikit tersenyum karena bisa mengetes kekuatan setelah sekian lama.

" karena kedua belah pihak dirasa telah siap, akan saya mulai pertarungan ini. "

Pastrea mulai meneriakkan sesuatu.

Aku sempat menyadari Emi san berada ditempat ini juga, tapi sepertinya dia sedang fokus terhadap kami berdua.

Aku segera mempersiapkan kuda-kuda serangan pertama, kita lihat dulu respon dari lawan dalam suatu pertarungan.

Tepat sebelum latih tanding dilakukan, Mizue memasuki pikiranku.

" jadi, bagaimana batas output kali ini Raven ? "

" kurasa biar aku saja yang mengaturnya, karena ini duel kami berdua. "

" begitu ya, kalahkan dia dengan telak oke. "

" jangan terlalu berharap seperti itu. "

" aku tahu kau pasti bisa, jika kau hendak kalah biar aku yang mengambil kendali, tenang saja. Mizue sama mu ini akan memastikan kau tak terkalahkan. "

" jangan lakukan itu, sebaiknya kau jadi penonton saja Mizue. "

" muu…., okelah… semangat berjuang Raven. "

" ya, terima kasih Mizue. "

Percakapan singkat kami pun berakhir.

" akan saya mulai perhitungannya, tiga, dua , satu…. Mulai !!!. "

Setelah perkataan mulai dari Pastrea terucap, serangan pertama mulai kuluncurkan, sebuah tebasan horizontal dengan kecepatan tinggi kuarahkan pada Fredella.

Meski begitu, aku tahu bahwa gerakan cepatnya sudah cukup untuk menghindari serangan pertama itu.

Tebasanku terus bejalan lurus terlihat seperti sebuah pisau memotong sebuah roti, itu memecah penghalang demi penghalang hingga ke lapisan ke dua puluh, tepat setelah melewati itu terdengar Shockwave yang sangat keras dari luar istana ini.

Meski begitu, pandangan semua orang ditempat ini hanya tertuju pada dampak yang barusan yang kukeluarkan.

" ini gila, kau itu benar-benar berbeda dari semua lawanku sebelumnya… "

Fredella tampak takjub dengan sesuatu yang baru dilihatnya.

" seumur hidup, ini pertama kalinya aku melihat lapisan ke terakhir itu tembus. "

" saya juga pertama kali melihatnya, saya rasa selain pedang yang Raven sama pakai, itu masih ditambah dengan kekuatan yang dimiliki Raven sama. "

Pastrea dan Emi san ikut berkomentar.

" ini baru langkah awal tapi kau sudah mengerikan seperti ini. "

Fredella segera berlari dengan kecepatan tinggi untuk menebasku, kali ini dia mengayunkan senjatanya kearah horizontal.

Tepat didepanku, dia bergerak dengan kecepatan tinggi. Kurasa itu sedikit lebih cepat dari kecepatan suara.

Kulawan dengan melakukan tebasan vertikal. Tepat saat kedua senjata kami bertabrakan, terjadi gesekan aura besar diantara kami berdua, perlahan tanah disekitar kami mulai tersengat aliran listrik dari gesekan senjata kami berdua, sehingga menciptakan badai pasir besar disekitar sini.

" kau benar-benar kuat. "

" kau juga. "

Kami berdua bertukar kata disaat kami juga beradu senjata.

Meski senjata Fredella terlihat ramping tapi tekanan dari senjatanya jauh lebih besar dari sebuah Greatsword.

Jika aku tidak memakai Mizue no Koto, mungkin pedang yang kupakai bisa patah seketika.

Kami berdua pun, saling beradu serangan jarak dekat, meski begitu terlihat Fredella yang mendominasi serangan sedangkan aku hanya fokus untuk menahan serangan masuk, kami berdua berlari dalam kecepatan tinggi sambil terus melancarkan serangan jarak jauh.

Itu dimulai dari Fredella.

" Einz Zwei. "

Saat Fredella mengatakan hal itu, kecepatannya mulai berubah menjadi lebih cepat, dalam sekejap dia telah berada di depanku, dia pun segera melancarkan puluhan tusukan tepat didepanku. Aku pun mencoba mengimbangi kecepatannya meski aku sendiri cukup kaget dengan perubahan kemampuan semacam ini,

Itu hanya berlangsung dalam 8 detik, tapi aku merasa telah menahan 12 tusukan miliknya. Teknik sihir yang dipadukan dengan seni berpedang murni memang mengerikan.

" apa, aku tidak percaya. Raven sama bisa menahan Teknik Einz Zwei milik Fredella sama. "

" melancarkan serangan gelombang sihir dipadukan dengan kekuatan murni itu mampu menghancurkan pertahanan apapun, dan itu ditahan hanya menggunakan tangkisan pedang, saya rasa pedang yang bentuknya mirip dengan senjata kekaisaran yamato itu bukanlah senjata biasa. "

Pastrea dan Emi san bekerja sama membentuk penghalang pribadi mereka sendiri sambil memperhatikan pertarungan kami.

" hebat, kau bisa menghentikannya tanpa menggunakan sihir. Ayo lakukan yang lebih besar lagi. "

Fredella tampak mulai menikmati hal ini.

" kena kau… "

Saat aku mengatakan hal itu, aku bergerak membelakangi Fredella dan melancarkan serangan putaran untuk menciptakan angin tornado serta ditambah dengan aliran petir agar membuat kekacauan menjadi meriah.

Meski kurasa aku telah bergerak cukup cepat, Fredella telah menciptakan sihir besar serta melompat dengan cukup jauh agar bisa menghindari seranganku.

Meski begitu, karena tornado yang kubuat tidak kunjung berhenti, sisa lapisan pelindung dari lapangan tempur sihir ini mulai terkikis.

Dan itu telah mencapai ke lapisan 15, akan gawat jika seranganku menghantam istana kekaisaran.

Jadi, aku segera mengangkat katanaku dan kusandarkan ke bahu kananku, kubayangkan sebuah mini White Hole agar serangan yang barusan kuciptakan bisa berpindah ke tempat lain.

Saat hendak mengayunkan pedangku, terdengar suara jentikan jari tepat dari arah belakangku. Sebuah roh macan putih besar menerkam tornado petir yang kubuat dan mahluk itu memakannya seperti itu adalah mangsanya, setelah itu terdengar suara jentikan kedua dan mulai terbentuk penghalang putih persegi yang mengelilingi kami.

Hal itu sudah dapat dipastikan, siapa yang bisa melakukan hal ini.

" kerja bagus Nee sama…. "

Aku mengucapkan hal itu tanpa pikir panjang.

" ara, kurasa kau terlalu berlebihan kali ini Rav chan. Apa kau hendak menghancurkan istana ini ?. "

" bagaimana mengatakannya ya, aku sedikit kelepasan… "

Sambil sedikit menggaruk-garuk kepalaku.

" inilah alasan Nee sama tidak bisa tenang jika membiarkanmu bertarung sendirian. Meski kau sudah menahan diri tapi tetap saja hasilnya seperti ini, tapi Nee sama tetap bangga padamu disetiap kehancuran yang kau ciptakan. "

Seakan menyadari apa yang terjadi, ketiga orang lainnya mulai mengerti.