Ceklek !
Suara pintu ruang Dosen Pengajar tertutup. Tiara yang kembali dari toilet melihat Arumi berdiri di koridor dengan wajah yang muram dan sedikit menangis.
"Hei! Kamu baik-baik aja?", tanya Tiara.
"Eh?","Ya, aku baik-baik aja. Kamu kenapa? Muntah?", sahut Arumi.
"Ya begitulah.. Kamu liat isi tasnya Jian?"
"Hmm.. Jorok."
"Kita balik yuk."
Mereka berdua berjalan menuju parkir area. Sampai di tempat parkir, tidak lama ada yang memanggil mereka.
"Tiara!", dari arah belakang terlihat seorang pria yang memanggil.
Arumi dengan segera mengelap air matanya.
"Nanti malam ikut api unggun ya?", katanya lagi sambil berjalan cepat mendatangi mereka berdua.
"Iya.. Tapi, aku harus pulang dulu setelah baksos nih kak..", jawab Tiara.
"Oke. Hmm. Kalian berdua kenapa?", wajahnya tersenyum sambil menanyakan keadaan mereka.
"Gak apa-apa, kak. Kami lagi siapkan beberapa barang yang akan di bawa untuk baksos. Acaranya di Panti Bougenville jam tiga sore ini, kami takut telat.", sahut Arumi.
"Oh iya. Oke. Aku juga mau ambil beberapa peralatan untuk kemah. Tiara, nanti aku jemput di rumah kamu jam delapan malam ya?"
"Gak perlu kak, aku sama Arumi. Dan aku juga belum minta izin sama orang rumah. Kakak juga gak tau rumahku. Haha."
"Haha.. Oke.. Kabari ya kalau kalian sudah kembali ke kampus. Api unggun soalnya di adakan di Mountana dan kemah akan di siapkan sore ini disana. Jadi, aku gak ada saat baksos. Nanti kalian di dampingi dengan panitia baksos ya. Kalau gitu ketemu di Mountana. Ini ID Hi-Talk ku.", katanya lagi sembari memberikan catatan user idnya.
"Oke, kak. Kami pamit ya. Daah..", sahut Tiara.
Mereka berdua masih terlihat syok akibat kejadian hari ini. Sesampainya di mobil, Arumi mulai membuka pembicaraan.
"Yara...", terlihat Arumi menangis sendu merangkul Tiara.
"Hey,hey.. Kenapa??", sahutnya panik.
"Foto itu.. Fotoku Yar.. Dia dapat dari mana?! Stalker! Gila! Hiks.. hu..huu.. Yaraa.. Aku gak kuat, Yar.. Aku di lecehkan.. huuuu..hikss.."
"Iya, Mi.. Tenang..", Tiara mencoba menenangkannya.
"Hikss.. Yara.. Aku bencii, Yar... Aku mau dia masuk penjara!! Biarpun dia di skors selama sebulan, itu belum cukup!!", ujarnya kesal.
Tiara hanya bisa memeluknya. "Aku saja yang nyetir mobil ya..","Kamu tenang dulu, kita pikirkan solusi supaya dia gak berbuat seperti itu lagi ke kamu.", katanya lagi.
"Hiks.. Iya, Yar..","tapi itu hiks.. Alat-alat..apa..?? Hiks.."
"Aku juga gak tau pastinya itu buat apa.. Ada borgol dan beberapa seperti alat jepit. Terus ada penyumpal mulut gitu. Nanti aku coba tanyakan ke Dean. Aku juga gak ngerti itu buat apa.. Sigh..", dia menghela nafasnya dan menstarter mobil.
"Btw, Hiks... Itu tadi.. Ada spermanya di fotoku... Yar.."
"Arumi. Please. Jangan di inget lagi. Kamu harus tenang. Aku gak tahan.", Tiara menahan perutnya yang sakit akibat mual.
Di perjalanan, Arumi masih menangis dan sesekali berkata kasar.
Empat puluh lima menit mereka sampai di Panti Bougenville untuk melaksanakan baksos.
Dua jam telah berlalu. Sesuai yang di harapkan, semua terencana dan terkoordinasi sangat baik.
Acara baksos pun usai. Mereka semua kembali ke kampus, ada yang melanjutkan kelas malam, ada yang pulang dan kembali jam delapan malam untuk melakukan perjalanan ke Mountana.
Tiara dan Arumi pulang terlebih dahulu ke rumah Tiara untuk meminta izin ke Dean.
Ceklek!
"Deen...!", teriak Tiara ke dalam rumah mencari Dean.
"Hmmm.."
"Deeeeen...! Bangun...!"
"Apa, Tir...?? Aku nunggu kamu pulang, lama banget. Seharusnya aku jemput aja. Sudah makan?"
"Sudah tadi di baksos.","Oh ya, aku izin ya. Mau menginap di rumah Arumi."
"Hah? Buat apa? Kamu kan punya rumah dan kamar sendiri? Gak usah nginep lah. Temani aku makan."
"Kamu kenapa sih, Den? Aku juga gak pernah ngelarang kamu mau nginep? Mau kamu ada acara apapun, aku gak pernah protektif kayak kamu! Kamu selalu larang aku begini begitu? Aku bukan anak kecil. Aku juga punya kegiatan dan privasi, Den?!!"
"Tiara.. Aku khawatir.. Kamu kan tau Mama dan Papa gak bisa mengawasi. Di sini cuma ada aku dan asisten. Aku juga gak pernah nginep dan ikut kegiatan di kampus. Aku gak ngelarang kamu melakukan apapun sesukamu. Tapi, ini menginap. Kalau ada apa-apa? Siapa yang kamu hubungi kalau bukan aku?"
"Den, aku tau. Aku pamit. Aku sama Arumi. Semua baik-baik aja."
"Tiara..."
"Aku pergi. Dahh."
Tiara meninggalkan Dean yang masih duduk di sofa. Ia lalu menuju kamarnya, mengambil beberapa pakaian dan perlengkapan. "Yap. Sudah. Aku gak sabar ketemu Kak Regar.", dalam hatinya bergumam, lalu mengambil ponselnya memasukkan ID Hi-Talk Regar ke kontak. "Aku coba chat deh ya.. Gak apa kali ya.. Sibuk gak ya.. Hmmm.. Nanti deh.", pikirnya yang berwajah merah.
"Mi, maaf lama ya. Biasa Dean..."
"Iya, gimana? Boleh kan?"
"Yups."
Tiara melaju untuk menuju rumah Arumi. Hanya mampir beberapa menit saja untuk mengambil beberapa perlengkapan.
Lima belas menit kemudian, mereka melanjutkan perjalanan ke kampus. Lalu, menaiki bis BG untuk menuju Mountana.
Sesampainya di Mountana, tidak terlihat Regar di manapun. Mata Tiara masih mencari sosok itu.
"Dia di mana ya? Aku chat deh."
ID Hi-Talk : atiaratira (se:)
- Kak, ini Tiara. Kakak dimana? -
"Belum di baca ya..hmmm..", wajah Tiara terlihat cemas.
Sekitar sepuluh menit, notifikasi berbunyi.
ID Hi-Talk : PSRegar (rec:)
- Aku di samping barbeque arah sembilan. Tunggu ya. -
Hati Tiara sangat senang dan berpikir bahwa Regar memikirkan hal yang sama dengannya.
"Mana sih dia..", dalam hati Tiara sambil toleh kepalanya kanan kiri.
"Dorr!!"
"Hehe. Kaget ya??? Nungguin aku yaa.. Hayooo.."
"Apaan sih... Danaaa! Sana kamu temani Arumi."
"Rumi? Kenapa? Di mana dia?"
"Tuh." , menunjuk ke arah kemah.
"Rumi kenapa, Yar? Tadi aku denger dari teman di kelasku, ada heboh gitu di kelasmu?"
Tiara menjelaskan kepada Ferdana yang terjadi tadi siang. Lalu, Ferdana mengambil langkah cepat ke dalam kemah dan mendatangi Arumi.
"Tiara.","Hei." panggil seseorang di samping kanannya.
Tiara menoleh dan menyapanya, "Hai? Oh, Kak."
"Dari tadi ya?"
"Gak kok. Baru aja disini. Kemahku juga gak jauh kok.", sambil menunjuk kemah.
"Mau kedepan?", tanya Regar.
"Kesitu?"
"Iya, yuk.", tangan Regar meraih jemari Tiara.
"Eh?", Tiara menghentikannya. Tapi, Regar hanya memberikan senyum tipis di pipinya. Jantung Tiara berdegup. Dia berkata...
"Kak.. Anu.. Nanti ada yang marah.."
"Gak. Duduk di situ ya.", menunjuk ke arah bench dekat pohon.
Mereka berdua duduk di situ sambil menunggu api unggun yang akan di nyalakan. Semua mahasiswa yang hadir menonton dan mengikuti beberapa lomba-lomba yang di adakan oleh panitia hingga jam sepuluh malam.
Dosen penanggung jawab dan beberapa senior mengajak mereka untuk makan malam, di lanjutkan dengan menyalakan api unggun dan doa bersama.
Csshhhh...
(Api unggun di nyalakan)
"Wahhh...", serentak mahasiswa yang hadir mendekat ke api unggun.
"Tiara.","Ada yang mau aku sampaikan ke kamu. Kamu mau dengar?", kata Regar.
"Apa?", Tiara penasaran berpikir kalau saja Regar akan menyatakan cinta padanya.
"Tadi di kelasmu, ada kejadian ya? Aku tau kenapa tadi Arumi mengalihkan pembicaraan saat kutanya."
"Hmmm.. Gak ada.. Gak ada apa-apa, Kak.", jawabnya gugup dan bergumam dalam hati, "sial. aku kepedean nih. malunya. haha."
"Aku sudah dengar kok. Kalau ada yang melakukan hal mesum di kelasmu. Tapi, belum jelas isunya. Pelakunya di skors sebulan karena melakukan pelecehan. Siapa yang menjadi korbannya? Aku tanya Pak Bernard, tapi masih bungkam soal itu. Dan Direktur Xian sebagai penanggung jawab, gak percaya bahwa anaknya melakukan itu. Beliau hanya memberikan skorsing sebulan."
"Kak, kita alihkan topik ya? Aku gak mau bahas itu. Karena aku lelah untuk hari ini. Sehabis ini aku mau ke kemah ya kak."
"Oke. Tiara.. Aku ada pertanyaan lagi."
"Apa..kak..??"
"Setiap hari kamu gak pernah berangkat kuliah sendiri? Pulang juga di jemput ya?"
"Itu kakakku."
"Oh.. Sepertinya dia sayang sekali sama kamu ya?"
"Kakak, maksudnya apa?"
"Aku mau gantiin posisi dia. Bukan sebagai kakakmu aja. Tapi, sebagai teman yang lebih dari apapun. Yang nemani kamu kemana aja, yang selalu ngejaga kamu, melindungi kamu, dalam hal suka dan duka. Kita bisa melalui hari-hari bersama. Kalau kamu berkenan, Kamu mau jadi teman seumur hidupku? Selamanya?"