Dean..
Ia di lahirkan sangat sempurna untuk seorang pria berparas cantik, tubuh tinggi, proporsional, dan sangat menyayangi adiknya. Tiara.
Dean sekarang hanya mengurus study akhir di kampusnya.
Suatu pagi, Dia mengantar Tiara ke kampus BG. Mereka melakukan percakapan seperti biasa. Dimana saat itu Tiara mengatakan sesuatu yang membuatnya berpikir kenapa tiba-tiba.
Dia pun mulai khawatir karena Tiara tidak mau di jemput olehnya pada hari ini. Tanpa pikir panjang, Dia melaju dengan cepat mengantar Tiara, lalu menuju kampus kedokteran. Karena hanya menemui Dosen, Dean segera pulang menuju rumah untuk menukar mobil yang selalu tertutup di garasi. Sesampainya, Dia langsung melaju lagi untuk jalan ke kampus BG.
Di sekitar kampus BG ada coffee maker cafe, lalu Dia memarkirkan mobilnya tidak jauh dari kampus BG. Dean yang saat itu berpenampilan kasual, memakai kacamata hitam dan topi seperti aktor papan atas, bertemu dengan teman SMPnya yang berkuliah di kampus BG.
"Dean!", teriak temannya.
"Ya?", Dean bingung mencari siapa yang memanggilnya.
"Gimana kabar?!!"
"Astaga! Siapa ya? Haha. Ga nyangka ketemu disini. Baik. Haha. Lama kita gak ketemu, Gar."
"Ngapain kamu disini?"
"Aku cuma mampir aja. Espresso. Kamu kuliah di BG? Ngapain aja?"
"Yoi. Ya begini, Yan. Ngurus junior aja. Ni mau ngurus Baksos dan Acara Malam."
"Oh, Baksos? Sampai jam berapa?"
"Kemungkinan selesai jam lima sore, kalau gak ada kendala. By the way, aku buru-buru nih. Nanti malam kampus ada ngadain Api Unggun. Aku cuma ambil pesanan sama barista disini. Aku ke dalam dulu ya."
"Oke. Aku masih disini."
Dean duduk di dekat jendela yang langsung mengarah ke kampus BG. Ada beberapa wanita dari kampus yang memperhatikan Dean, berbisik bergosip membicarakan Dean.
"Wih... Cakep banget... Ya Tuhan...", bisik seorang wanita yang sedang berbincang bersama grupnya.
"Ya, coba liat. Gimana ya matanya? Pakai kacamata aja cakep badai!", sahut yang lainnya.
"Bibirnya merah kayak pakai lipstik ya? Ya.. Ampun.."
"Aku melelehh, Bang...", sahut mereka bersama.
Dia tidak risih mendengar hal itu, mungkin karena sudah terbiasa di bicarakan. Tak lama, Regar keluar dari pintu Bar.
"Wah.. Ada Regar nih.. Temannya ya?? Kenalin dong..", tanya seorang wanita yang dari grup penggosip.
"Kenalan sendiri gih.", jawab Regar.
"Rame ni cewek-cewek pada nongol, Yan! Haha.", imbuhnya lagi ke Dean.
"Yah.. Haha. Malu banget kesini jadi di omongin."
"Minta kembali ke perut Mama aja, Yan! Haha."
"Janganlah! Hahaha. Eh, Api Unggun di mana, Gar?? Jam berapa?"
"Mountana, jam sebelas. Kenapa, Yan?"
"Tanya doang."
"Adikmu dimana sekarang? Ikut mama kah?"
"Kepo. Aku kandangin di rumah. Haha."
"Jahat. Haha. Mamamu gimana kabarnya?"
"Baik.", Dean bersyukur karena Regar tidak tau gimana wajahnya Tiara saat ini yang kuliah satu kampus dengannya.
"Okelah, salam aja ya. Adikmu juga ya. Tira kan ya namanya ? Aku kangen gitu. Sudah gede ya? Aku mau nikah sama dia kalau dia sudah di sini. Haha."
"Apaan? Gak mau dia sama kamu. Haha."
"Yauda, aku kembali dulu ya. Hati-hati di colek sama cewek-cewek disini, turun harga dirimu. Hahaha."
"Haha. Gila. Oke. Sukses acaranya."
Di dalam hati Dean berterima kasih, karena Regar hanya berkunjung beberapa kali kerumahnya saat kerja kelompok waktu SMP dan di situ Regar bertemu dengan Tiara yang masih SD.
Karena over protektif seorang Dean terhadap adiknya, Ia tidak pernah mengenalkan Regar pada Tiara. Regar hanya sering menebak nama yang di ucapkan Dean ketika memanggil adiknya.
"Syukurlah.. Pfft..", katanya dalam hati.
"Permisi.. Hmmm.. Boleh duduk disini?", seorang wanita yang berparas cantik memakai dress warna biru menghampiri Dean, lalu wanita itu sebelum di persilakan langsung duduk di depan Dean.
"Aku belum bilang boleh.", Dean menjawabnya ketus.
Wanita itu berdiri dan menjauh sedikit. Dean menarik kursi itu dan menjauhkan semua kursi yang berada di dekatnya. Wanita itu malu dan langsung berlari keluar. Salah satu grup wanita yang duduk di dekat Dean bertaruh untuk mendapatkan ID Hi-Talk Dean. Ada pula yang merekam kejadian itu.
Dean pun tak lama berdiri dan mengambil ponsel teman wanita tersebut, menghapus adegan yang mempermalukannya. Lalu, Dia mengatakan..
"Bersikaplah dewasa."
Dean ke kasir dan membayar bill tagihan esspressonya. Dia menuju mobilnya dan memarkirkan mobilnya di dekat parkir area kampus BG.
Sebelum berniat memarkirkan mobilnya, Dia melihat Tiara bersama Arumi yang disusul oleh Regar.
Regar yang berlari ke arah Tiara dengan wajahnya yang merah terkena sinar matahari. Saat itu, Dean ingin keluar dari mobil, tapi tidak jadi. Karena di samping dia mengamati sekeliling, Dia melihat Arumi sekilas yang menseka matanya dengan tissue.
Karena tidak ingin terlihat Tiara,
akhirnya Dean menggas mobilnya untuk segera pulang kerumah.
Setibanya di rumah, asisten ibunya Dean menanyakan kepulangan orang tuanya.
"Mas Dean, sudah makan? Saya sudah buat makanan buat mas dan mba Tiara."
"Belum.. Nanti aja ya bu.. Nunggu Tiara pulang.. Ibu kalau mau makan, duluan aja.. Bapak penjaga dan yang mengurus rumah juga di ajak sekalian bu.."
"Baik, Mas. Mas, ibu sama bapak kapan pulang ya? Saya mau minta izin cuti ada keperluan keluarga.."
"Hmmm. Belum ada kabar dari mama. Ibu kapan mau izinnya? Nanti saya kabari ke mama."
"Besok, mas. Selama tiga hari. Kalau soal makan Mas Dean dan Mba Tiara, saya sudah kabarin ke restoran yang biasa bapak dan ibu pesan kalau saya gak ada.. Mereka selalu mengantar sesuai jadwal yang sudah saya daftarkan.."
"Oke, bu. Makasih ya.."
Ibu asisten mengangguk dan meninggalkannya. Dean menuju kamarnya dan berbaring sampai Ia tertidur.
---
Brrmm...
(Suara mobil di parkikan)
Dean terbangun dan melihat jam sekitar pukul setengah enam sore. Dia berdiri melihat ke arah jendela kamarnya, menyingkap gorden, "Tiara..", dalam hatinya.
"Deenn...!!!", teriak Tiara.
"Hmmm...", jawabnya sembari membuka pintu.
Tiara memanggilnya, meminta izin untuk menginap di rumah Arumi. Walaupun sebenarnya Dean melarang, tapi Tiara tetap pergi meninggalkannya. Dean yang saat ini terdiam terduduk di sofa ruang tengah hanya bisa menatapnya yang menjauh.
"Gak bisa begini. Aku gak bisa. Hmmm.. Regar.", dalam hatinya.
ID Hi-Talk : deanis9 (se:)
- Gar, di mana? -
ID Hi-Talk : PSRegar (rec:)
- Di kampus, mau ke Mountana. Kenapa, yan? -
ID Hi-Talk : deanis9 (se:)
- Selesai jam berapa? -
- Share location dong , sapatau aku bisa rekomendasikan buat kampusku -
ID Hi-Talk : PSRegar (rec:)
- Besok pagi jam sepuluh -
- Share location -
ID Hi-Talk : deanis9 (se:)
- Thanks, Gar! -
- Serius sampai besok? -
ID Hi-Talk : PSRegar (rec:)
- Yoi! Mau gabung kah? Disini banyak vila2. -
- Banyak junior cantik2 juga. Haha. -
ID Hi-Talk : deanis9 (se:)
- Ah, pasti deh. Haha. -
- Kapan2 aja, Gar. Aku harus bangun besok, ada ketemu dosen. Thanks ya. -
ID Hi-Talk : PSRegar (rec:)
- Ok, Boy! -
"Regar share lokasi. Aku gak perlu nimbrung kan? Aku cukup liat keadaan disana.", pikir Dean.
Setelah bersiap-siap, Dean pergi ke Mountana.
"Bu, aku pergi dulu ya. Mungkin besok baru pulang.", katanya kepada asisten.
"Iya, Mas.", sahut ibu asisten.
Setibanya di sana, Dia melihat rombongan empat bis kampus BG.
Di situlah Dean melihat Arumi yang turun dari bis bersama Ferdana.
"Loh??", dalam hatinya. "Kok... Arumi... Gimana sih?! Tadi bilangnya nginep? Kok ada di sini? Nginep apaan di gunung?"
Dean mengikuti pelan dari belakang. Tanpa banyak yang memperhatikannya, lalu Dia melihat Tiara bersama teman-teman wanitanya. Dean kecewa dan sedih karena adiknya berbohong.
Dean menyewa sebuah vila kecil bertingkat dua, di dekat perkemahan api unggun yang akan di laksanakan. Matanya melihat Tiara dari kejauhan yang sedang bingung seperti mencari buruan.
Terlihat ada pria yang mengagetkan Tiara dari belakang. Dean masih mengamatinya. Kelihatan sangat serius dan menegangkan. "Ngobrol apaan sih?!", gumamnya. Tak lama, dia melihat Regar di samping kanan Tiara. "Eh??"
Dean turun dari vila. Mengikuti mereka berdua dari samping pohon yang rindang. Lalu, Ia melihat tangan Regar memegang jari-jari Tiara. Dean terus menyusuri pepohonan dan semak dengan wajah yang kaku dan sedih. Dia meraba pohon, menahan amarahnya. Terdengar suara Regar pelan, hangat dan lembut mengatakan kepada adiknya "...Teman seumur hidupku? Selamanya..?"
Dean tidak menyangka, bahwa Regar akan menyatakan perasaan kepada Tiara. Ia pun menjauh dari mereka, menuju vila mengambil barang dan kunci mobilnya untuk segera pulang.
Kesal yang menyelimuti hatinya terhadap Regar dan rasa kecewa kepada adiknya yang semakin besar hingga Ia hilang kendali.
Tanpa pikir panjang, Dean menancapkan gas mobilnya sangat laju dengan kecepatan tinggi.
Karena perasaannya itu, di sepanjang perjalanan dari arah utara terlihat truk yang sedang menepi, akibat rem blong. Truk yang sebelum menepi itu tergelincir, hingga menjatuhkan beberapa drum berisi oli. Oli itu tumpah, membasahi jalan. Untunglah tidak ada satupun pengendara yang lewat pada saat itu.
Tiba-tiba...
CKIIIITTTT....!!!!
BRAAAKK....!!!!
BRUUKK...!!!!!
Mobil Dean tergelincir, terguling dan menabrak pagar pembatas jalan Mountana. Dean tidak melihat adanya tumpahan oli di sepanjang jalan tersebut.
Bruukk...!!
(pintu mobil terbuka)
"..hukkk..Tiara....", Dean keluar dari mobil merangkak dan menggeserkan tubuhnya pelan.
Terlihat dari kejauhan beberapa polisi dan pengendara sopir truk yang sedang di introgasi berlari mendatangi Dean.
"siapapun..hukk..Tiara.."
Dean pingsan tidak sadarkan diri dengan luka yang parah di sekujur tubuhnya. Kepalanya yang terbentur setir mobil sangat keras dan lengan kanannya yang terkena pecahan kaca.
Tinut.. tinut.. tinut..
Ambulan datang dan beberapa mobil polisi mengamankan kendaraan yang berada di jalur Mountana.
Catatan Dean :
Aku gak pernah menginginkan terlahir dari rahim mama yang melahirkan adikku. Aku sangat menyayanginya. Aku menghabiskan waktuku hanya untuk memikirkannya, melamunkannya, bahkan aku selalu khawatir jika dia mengalami hal yang gak aku suka. Aku gak perlu minta maaf karena sudah menyayanginya dengan setulus hati.
Tiara, cintaku.. Aku gak bisa hidup seperti ini. Aku tau ini gak salah. Aku harus pergi dari sini. Aku gak mau melihat cowok lain disisimu. Senyum dan tawamu hanya untukku.