Xiao tersenyum mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Hao Nan.
"Jawabannya mudah, karena aku menyayangimu. Tidak butuh alasan untuk peduli pada orang yang disayang. Kamu juga sudah memberiku kesempatan untuk bisa mendekati dan meraih hatimu. Tidak mungkin aku sia-siakan bukan?".
"Pelayan..!" Panggil Xiao.
Dengan segera pelayan datang di ambang pintu "Tuan Muda Xiao, Apa ada sesuatu yang Tuan butuhkan?".
" Siapkan bubur hangat untuk Nyonya Hao Nan. Katakan pada yang lain, Mulai sekarang panggil aku dan Hao Nan Tuan dan Nyonya. Karena aku sudah terlanjur mengatakan kalau kita suami istri".
"Baik Tuan dan Nyonya Xiao". Kata Pelayan sebelum meninggalkan tempatnya.
Perkataan Xiao membuat Hao Nan terhentak dan seketika bangun dari tidurnya. "Apah..! Jangan bercanda Tuan, kamu mengatakan kita suami istri?. Kalau ada yang tahu kita hanya bersandiwara Bagaimana?".
"Ya tinggal aku menikahimu saja. Lagi pula tidak ada ruginya bagi Nona Hao Nan menikahiku kan?".
"Siapa bilang tidak rugi. Belum menikahimu saja aku sudah rugi karena hampir kehilangan nyawa dan terdampar disini jauh dari adik-adikku. Di tambah lagi karena kamu saat ini aku jadi tidak bekerja, padahal aku harus mencari uang untuk membayar sewa rumah, membayar uang sekolah dan semua kebutuhan sehari-hari. Apalagi setelah kita menikah, siksa batin apalagi yang akan menimpaku?. Pokoknya tidak!".
"Nona Hao, Apakah uang sangat dan begitu penting bagimu? Jika kamu menikah denganku, kamu tidak hanya mendapat uang, tapi juga kekuasaan dan setengah dari Perusahaan Hight Throne. Bagaimana?".
"Aku kira kamu sedikit berbeda dengan mereka. Ternyata kamu sama saja seperti Pria yang lain. Menjadikan wanita seperti barang yang bisa kamu beli di mana saja dan kapan saja". Kata Hao Nan dengan perasaan kecewa.
"Nyonya Xiao, aku hanya bercanda. Maafkan aku mengatakan hal konyol seperti itu. Kamu adalah wanita spesial yang pernah aku temui, jadi aku juga akan memperlakukanmu spesial. Aku akan mengejarmu dengan caraku sendiri. Sampai akhirnya kamu akan lelah untuk berlari dan berhenti untuk menerima uluran tanganku".
"Tuan Xiao, bercandamu kelewat batas. Kalau aku bisa lepas dari kejaranmu apa kamu akan melepaskanku?".
"Tentu saja aku akan menyerah, aku bukanlah seorang Pria yang memaksa kehendak terutama pada wanita. Jadi mulai saat ini bekerja samalah untuk jadi Nyonya Xiao. Ini demi kebaikan bersama".
"Ingat, Aku masih belum menyetujuinya. Tapi aku akan mengikuti pemainanmu dengan baik jika ada orang yang melihat kita"
"Permisi Tuan, saya sudah bawakan bubur untuk Nyonya". Pelayan menaruh bubur diatas meja disamping makanan yang sudah disiapkan untuk Xiao.
"Kamu boleh keluar, biar aku yang menyuapi Nyonya".
Pelayan keluar, Xiao mengambil bubur hangat untuk Hao Nan. "Ayo Nyonya Hao Nan, makanlah bubur ini dan segera minum obatmu sebelum tidur. Ini sudah jam 9 lebih".
"Sekarang tidak ada orang Tuan Xiao, berhenti memanggilku Nyonya. Dan aku bisa makan bubur sendiri!".
"Makanlah, aku juga tidak memaksamu untuk aku suapi. Aku akan ke ruang kerja sebentar, sudah lama aku tidak melihat perkembangan Perusahaan setelah kejadian itu".
Xiao keluar dari kamar Hao Nan meninggalkan makan malamnya disana.
"Tunggu Tuan Xiao. Jangan pergi, temani aku makan. Setidaknya untuk malam ini".
Langkah Xiao terhenti mendengar sapaan Hao Nan. 'Wanita ini, tidak hanya peduli dengan keluarganya. Dia bahkan peduli dengan orang yang disekitarnya. Walau sifat menjengkelkan dan cerewetnya membuat orang lain naik darah. Tapi dia cukup arif dalam mengambil keputusan'.
"Nyonya Hao Nan ternyata masih memiliki sifat bijaksana. Aku kira Nona Hao hanya bisa membantah dengan perkataan cerewetnya".
Xiao kembali masuk kekamar Hao Nan dan mengambil piring dan beberapa sayur yang sudah disediakan.
"Bagaimana dengan orang yang mengikuti kita? Apa kamu sudah tahu mereka siapa?".
"Jangan banyak bertanya, makanlah dahulu. Besok aku akan ceritakan semua kejadian yang sebenarnya padamu".
****
Pagi ini Hao Nan terbangun dari tidurnya dan tidak mendapati Xiao ada disampingnya. Hao Nan ingat tadi malam setelah mereka makan malam bersama, Xiao duduk mendampinginya hingga dia tertidur.
Hao Nan beranjak dari tempat tidurnya dengan menahan bekas luka gigitan yang masih terasa. Dia keluar dari ruangannya mencari dimana Xiao berada. Diruang tamu terlihat pelayan sedang bersih-bersih dan Hao Nan mencoba bertanya padanya.
"Apakah kamu melihat dimana Tuan Xiao berada?". Tanya Hao Nan.
Pelayan yang melihat Hao Nan keluar kamar sendiri langsung bergegas membantunya berjalan menuju ruang tamu. "Tuan baru saja pergi setelah mendapat telefon dari Tuan Jin. Tuan Xiao berpesan agar Nyonya sarapan dan meminum obat tepat waktu. Suster yang menjaga Nyonya sekarang mungkin sedang berada dikamarnya".
"Apa Tuan mengatakan hal lain, Seperti dia akan pergi kemana atau menemui siapa?. Aku akan keluar sebentar. Kalian tetaplah disini".
"Tidak Nyonya, Tuan hanya berpesan agar kami menjaga Nyonya dengan baik. Tolong Nyonya mengertilah, Jika Nyonya pergi dari tempat ini tanpa sepengetahuan Tuan, dia pasti akan sangat mengkhawatirkan Nyonya".
"Apa yang kamu rencanakan kali ini Tuan Xiao? Apa kamu sudah menemukan siapa pelaku yang mencoba untuk menyingkirkanmu?. Jika memang iya, apa yang akan kamu lakukan kepadanya?. Itu juga yang akan menjadi salah satu dasar penilaianku padamu". Gumam Hao Nan.
Dari arah samping Suster yang menjaga Hao Nan datang menghampirinya.
"Maafkan saya Nyonya Hao, karena telah melalaikan tugas saya menjaga Nyonya hingga nyonya harus berjalan sendiri dengan keadaan masih terluka". Suster itu menundukkan badan, dia terlihat merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya.
"janga seperti itu. Suster sudah menjagaku dengan baik" Hao Nan membangunkan Suster yang menunduk didepannya. "Bangunlah Sus, Jangan menunduk seperti itu. Suster lebih tua dariku dan seharusnya aku yang menghormatimu. Aku juga manusia biasa yang kadang melakukan salah. Suster bisa bersikap formal jika didepan Xiao, tapi tetap saja Suster bagiku sudah seperti orang tua yang harus aku hormati". Kata Hao Nan pada Suster yang sudah setengah baya itu.