Chapter 23 - 23. Melepas Genggamanmu

Xiao membawa Hao Nan pergi dari kediaman keluarga Wang. Dimata Xiao sekarang keluarganya bagai musuh yang tak terlihat.

Hao Nan untuk sementara terdiam melihat tangan kekar Xiao menariknya keluar dari rumah Kediaman keluarga Wang. Setelah sampai di depan mobil yang di parkir Hao Nan melepas gengganman Xiao.

"Hao Nan.. Apakah kamu juga melepas genggamanku dan pergi dari sisiku?. Bagus.. Dunia ini memang selalu memiliki sisi munafik. Pergilah! Aku tidak akan mencegahmu pergi". Kata Xiao dingin dan tanpa menatap mata Hao Nan.

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Xiao, Hao Nan menampar Xiao.

Plaaak…

"Jangan mengatakan Dunia ini munafik, karena sebenarnya kamulah yang munafik. Kamu mengatakan ingin hidup bersamaku, tapi disaat masalalu datang kamu melepaskan tanganku dan pergi begitu saja tanpa menoleh ataupun mengatakan sesuatu. Dan sekarang kamu bilang tidak akan melepas genggamanmu?. Kamu anggap apa perasaan dan hatiku?". Tegas Hao Nan dengan nada tinggi.

"Aku tahu aku salah, maafkan aku". Kata Xiao lirih.

"Jika kamu masih mencintainya, kejar dia.. Jangan gunakan aku sebagai pelampiasan kerinduanmu".

"Biarkan aku mengantar sampai rumahmu, ini sudah malam".

Xiao membukakan pintu untuk Hao Nan, Dia akhirnya mengantarkan Hao Nan pulang. Dalam perjalanan mereka hanya terdiam, Hao Nan bahkan selalu menatap kearah luar.

'Apakah hanya seperti ini hubungan kami? Mengapa aku merasa sakit dan terluka. Seharusnya aku senang bisa terbebas dari orang aneh seperti dia. Perasaan sesak ini.. Sejak kapan aku merasakannya'. Batin Hao Nan.

Tidak terasa mobil telah sampai didepan rumah Hao Nan yang sederhana. Dia sadar, dia tidak mungkin kembali kerumah mereka. Xiao membukakan pintu untuknya. Langkah Hao Nan terasa berat saat dia melangkah keluar dari mobil Xiao.

"Terima kasih.." Hanya sepatah kata yang keluar dari mulut Hao, dia menoleh ke arah Xiao yang tidak melihat kearahnya dan langsung pergi begitu saja.

"Akhirnya aku pulang kerumah yang kurindukan, ChunYi, Ji Han. Kakak pulang..". Kata Hao Nan setelah berada didepan pintu masuk.

Tok.. Tok.. Tok..

Hao Nan mengetuk pintu masuk dan melihat tidak lama seseorang membukakan pintu.

"Nona Hao Nan, silahkan masuk. Nona ChunYi dan Tuan Muda Ji Han sudah tidur. Saya mendapat telefon dari Tuan Xiao untuk menyiapkan segala sesuatu yang Nona Hao butuhkan". Kata seseorang, kemungkinan pelayan yang pernah Xiao katakan.

'Apakah Xiao masih memperdulikanku?. Mengapa hatiku terasa senang mengetahui semua ini". Batin Hao Nan.

Hao Nan berjalan masuk kedalam rumahnya. Lebih dari 1Minggu dia meninggalkan rumah dan adik-adiknya. Dia pergi kekamar Chunyi dan Ji Han, terlihat adik-adiknya sedang tertidur dengan pulas. Hao Nan tidak ingin membangunkan mereka dan hanya bisa melihat dari ambang pintu.

"Mimpi yang indah malaikat kecilku yang kini telah menjadi pria dan wanita kecil. Kakak akan memberi kalian kejutan besok". Gumam Hao.

Hao Nan berjalan kearah dapur yang terhubung dengan kamar mandi. Dia baru menyadari banyak perabotan rumah yang baru, bahkan kamar mandinya sudah diperbaiki dan dilengkapi layaknya kamar mandi di hotel bintang 5.

"Pria itu..! Bukannya aku tidak tahu terima kasih. Tapi mengapa dia melakukan hal seenaknya saja pada rumah orang lain?. Dasar pria aneh..!" Gerutu Hao Nan.

Dia segera membersihkan diri di kamar mandi, dan segera kembali kekamarnya untuk istirahat. Setelah selesai mandi Hao keluar dengan menggunakan handuk kimono dan melihat Pelayan berada didapur sedang menyiapkan minuman hangat.

"Bi.. Aku akan langsung istirahat. Bibi juga lebih baik istirahat karena sudah malam". Sapa Hao yang belum mengetahui nama orang yang disapanya.

"Baik Nona, saya sudah buatkan minuman hangat untuk Nona. Saya akan menaruhnya di kamar anda".

Hao Nan berjalan kearah pelayan "Tidak perlu bi, biar saya bawa sendiri minumannya. Terima kasih". Balas Hao dengan senyuman. Hao Nan bergegas kekamarnya untuk istirahat.

***

Di sisi lain Xiao pulang kerumah idaman mereka dengan perasaan hampa. Dalam sekejap dunianya seakan berputar 180 derajat. Pelayan yang melihatnya Xiao kembali tanpa Hao Nan dengan bersikap dingin hanya bisa memperhatikan tanpa berani bertanya.

"Tuan Xiao, saya sudah menyiapkan minuman hangat untuk Tuan".

Xiao tidak menyahut perkataan pelayan dan terus berjalan menuju kamar Hao Nan. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang yang biasa Hao Nan tempati. Dia mengangkat tangan nya dan memperhatikan tangan kanannya yang selalu dia gunakan untuk menggenggam Hao Nan. Gambaran kebersamaan mereka muncul satu persatu dalam ingatan Xiao.

"Apa hubungan kita hanya akan sampai disini? Kamu adalah wanitaku, tapi mengapa sekarang aku tidak bisa menggapaimu dan justru semakin jauh darimu?". Gumam Xiao.

Dia memandangi langit-langit kamar yang pekat dengan harum dari Hao Nan. "Sungguh konyol, disaat aku mulai bermimpi indah tanpa bayang-bayang penyesalan. Sekarang justru nampak jelas didepan mata. Apa Tuhan sedang mempermainkanku?". Katanya pada diri sendiri.

Terdengar getar dari ponsel Xiao. Terdapat satu panggilan masuk dari pelayan dirumah Hao Nan. Melihat pesan itu, Xiao beranjak dari tidurnya.

"Ada apa di tengah malam begini pelayanku menelfon?".

📞 " Malam Tuan Xiao, saya ingin memberitahukan kalau Nona Hao Nan sudah dalam keadaan pinsan saat saya masuk kedalam kamarnya. Kami sudah menghubungi ambulans, tapi mereka belum datang juga". Kata pelayan dengan panik

📞 "Aku akan segera kesana. Jika Ambulans sudah datang beritahu aku".

Xiao bergegas mengambil kontak mobilnya. Dengan masih mengenakan Jas yang dia pakai sewaktu ke acara party dia bergegas pergi dengan perasaan cemas.

"Hao Nan.. Mengapa kamu selalu membuatku khawatir?".

Xiao menuju mobilnya. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh mengingat jauhnya jarak rumah mereka.

"Hao Nan.. Bertahanlah sebentar lagi…".

Xiao tidak bisa berfikir tenang mendengar apa yang terjadi pada Hao Nan. Perasaannya semakin cemas mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya pada Hao Nan.

30 menit kemudian setelah Xiao tiba, belum ada satupun ambulans yang datang. Dia berlari kearah kamar Hao dengan raut penuh kecemasan. Xiao melihat Hao sudah tergeletak di kasur dengan wajah yang begitu pucat, suhu tubuhnya begitu rendah.

"Bagaimana kamu bisa sampai seperti ini?".