Xiao langsung memandang Hao Nan yang membuang muka. Terlihat Hao merasa seperti terasingkan didepan 2 orang yang berbicara.
Suster Rui yang baru saja memeriksa Hao keluar ruangan membiarkan mereka berbicara dari hati ke hati.
Xiao tersenyum dan berjalan kearah Hao Nan yang masih terdiam memanyunkan bibirnya yang merah manis.
"Jelek sekali wajahmu, apa seperti ini caramu berterima kasih pada orang yang telah menyelamatkanmu?". Tanya Xiao dengan memandang bibir Hao yang terlihat begitu manis. Sejenak terlintas dalam fikiran Xiao untuk menikmati sajian langka yang sudah berada didepan mata.
"Bukan hakmu mengkritikku..! Dan apa-apaan dengan tatapan buayamu?. Berhenti memandangku seperti itu !. Apa Tuan yang terhormat sepertimu tidak pernah diajari sopan santun?". Hao kembali memalingkan wajahnya dari tatapan Xiao dengan perasaan kesal.
Xiao tersentak mendengar perkataan Hao, dia justru tersenyum jahil mendapat perlakuan dingin dari Hao. "Perkataan Nona sungguh pedas. Apa kamu tahu Nona Hao, wanita pertama kali yang berani mengkritikku hanya kamu seorang. Tapi aku senang mendengarnya, itu menunjukkan bahwa kamu memang wanita dari Xiao Hui". Kata Xiao dengan senyum jahil nya.
Perkataan Xiao Kali ini mampu membalikkan keadaan, hingga membuat Hao semakin dibuat salah tingkah. Siapapun tahu Xiao adalah pria yang tidak bisa dekat dengan wanita, tapi saat dia bersama Hao Nan. Xiao merasa seperti kembali hidup menjadi seorang pria yang di cintai.
Hao Nan yang mendapat serangan balik dari Xiao memilih diam untuk menyembunyikan perasaan mendebarkan yang tiba-tiba singgah dihatinya.
'Dasar pria aneh, Sejak kapan dia jadi seberani ini?. Aku kira saat pertama kali bertemu dia sangat dingin dan acuh pada wanita. Tapi sekarang kenapa aku justru terjebak dengan kata-katanya. Apa aku benar-benar telah.. '. Batin Hao tidak bisa meneruskan kata-katanya.
Xiao yang melihat wajah Hao memerah menjadi semakin ingin menggoda nya. "Nona Hao, sepertinya kamu demam? ". Xiao mendekatkan keningnya ke kening Hao. Sontak saja Hao kaget dan mendorongnya.
"A.. Aku baik-baik saja, a.. Haha.. tuan Xiao! Bisakah anda menelfon chunYi dan Ji Han untuk menanyakan apakah mereka sudah berangkatlah sekolah?"
Perkataan Hao yang gugup dan terbata-bata membuat Xiao semakin ingin dan ingin menggoda Hao sampai dia menyadari perasaannya.
'Hao Nan.. Sampai kapan kamu akan terus mengelak?. Apa kamu tahu.. Sikap dan perasaanmu mudah sekali terbaca olehku? '. Batin Xiao.
"Baiklah.. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku akan menjemput ChunYi dan Ji Han dan mengantar nya ke sekolah. Kamu tetaplah disini, aku akan menyuruh Suster Rui untuk menjagamu". Xiao mengusap kening Hao dan berlalu dari pandangannya.
Walau Xiao tahu itu hanya untuk mengalihkan perhatiannya, tapi mengantarkan adik-adik nya Hao tidak buruk juga. Xiao merasa itu kesempatan untuk mengenal Hao Nan lebih jauh dari adik-adiknya.
Setelah kepergian Xiao, Suster Rui datang membawakan sarapan pagi. Melihat Rui yang begitu dekat dengan Xiao sekelebat pertanyaan singgah begitu saja di fikiran Hao.
"Suster Rui, apa kamu tahu bagaimana Xiao dimasa lalu? Apa dia juga sedingin ini?". Tanya Hao tiba-tiba. Dia sadar seharusnya dia tidak mempertanyakan hal seperti itu pada orang lain.
Suster Rui yang sedang menaruh makanan di meja langsung terdiam, dia memandang wajah Hao Nan dengan seksama.
"Ah.. Mengapa aku bertanya seperti itu. Maafkan Aku Suster Rui, lupakan saja pertanyaanku barusan. Itu juga bukan pertanyaan yang penting". Katanya lirih dengan senyum dipaksakan.
"Jangan merasa bersalah seperti itu, Lagi pula itu hanya masa lalu. Xiao dulunya adalah pria yang hangat, penuh kasih sayang dan sangat memperhatikan orang yang ada di sekitarnya. Aku juga tidak menyangka setelah lama tidak bertemu dia menjadi seperti sekarang ini. Dingin, acuh dan tidak perduli dengan sekelilingnya. Tapi setelah melihatmu, aku percaya Xiao dapat kembali menemukan kebahagiaan nya. Kamu adalah wanita yang tepat untuk Xiao. Percayalah".
Perkataan Suster Rui entah mengapa membuat Hao sedikit lebih lega. Dia merasa bahwa Xiao tidak sedang bermain-main dengan perasaannya. Itu membuatnya sedikit lebih mempercayai Xiao.
Suster Rui menemani Hao Nan sarapan di ruangannya. Tiba-tiba saja seorang Pria masuk kedalam ruangannya. Saat itu Hao Nan sedang duduk membelakangi pintu masuk membuatnya tidak tahu kalau ada orang yang datang.
"Halo Sayang… ". Sapa seseorang
Hao tersentak mendengar suara sapaan pria yang begitu familiar di telinganya. Dia menaruh sendok dan menghentikan sarapan nya.
"Apaan sih.. Kita sedang di ruang rawat, jaga bicaramu". Kata Rui membalas sapaan seseorang.
"Hao, maaf ya. Aku tadi bilang pada Calon suamiku bahwa aku sedang menemani pasien, aku tidak tahu kalau dia beneran datang kemari. Kalau begitu sekalian saja aku kenal kan kamu padanya". Rui mengambil piring makanan Hao dan membantunya membalikkan badan kearah pintu.
Hao dan Pria yang disebut sebagai calon tunangan oleh Rui kedua nya terkejut. Hao terdiam melihat pria yang ada dihadapannya.
"Hao Nan, kenalkan dia Chen Guang calon suamiku. Chen, kenalkan dia pasien ku Nona Hao Nan". Kata Suster Rui memperkenalkan mereka.
'Mengapa harus dia yang datang?. Apa dunia ini terlalu sempit hingga orang yang aku temui memiliki hubungan dengan pria rendahkan sepertinya'. Batin Hao.
"Hallo Tuan Chen, senang bisa berkenalan dengan calon suami dari wanita hebat seperti Suster Rui". Sapa Hao biasa dengan memaksakan senyum seperti orang yang baru pertama kali bertemu.
"Ah iya.. Nona Hao, senang bisa melihatmu lagi. Kamu bahkan masih sama seperti dulu". Balas Chen dengan tatapan yang sama seperti 3tahun yang lalu.
"Chen, sepertinya kalian saling mengenal? ". Tanya Rui yang melihat gelagat aneh di diri Chen.
"Hehe.. Maafkan aku Rui, sebenarnya dia adalah teman semasa Kuliah dulu. Kami dulunya kuliah di Universitas yang sama". Jawab Hao mendahului. Dia tidak ingin Chen mengatakan hal yang membuat pertemanan baru mereka retak.
"Benarkah..? Aku jadi ingin tahu Bagaimana kekasih Chen dulunya? Apakah dia juga sering mendengarkan perkataan manis Chen seperti ini?". Canda Rui.
Meski perkataan Rui hanya sebuah candaan tapi cukup mengusik hati Hao Nan dan Chen Guang.
Hao Nan hanya bisa bisa terdiam tanpa bisa membalas perkataan Rui yang terkesan memojokkan nya.