Chereads / RE:VERSE / Chapter 46 - 9.IV Gaya Tempur Iblis

Chapter 46 - 9.IV Gaya Tempur Iblis

Dalam dunia pedang dan sihir, mana memengaruhi banyak sekali hal, menghancurkan konsep realitas, dan mengabaikan hukum mutlak dunia. Hanya dengan menggunakan mana, menciptakan api dari ketiadaan sangat mungkin untuk dilakukan. Bahkan, item-item sihir yang terbuat dari organ para monster dapat membuat orang terlemah sekalipun menjadi sangat kuat, cepat, dan tak terkalahkan. Meskipun begitu, ras iblis sama sekali tak memerlukan hal merepotkan semacam itu.

Di samping pemakaian sihir kegelapan, kemampuan mengubah mana menjadi kecepatan dan kekuatan merupakan bakat alami yang dimiliki semua iblis. Hal ini menjadikan para iblis memiliki ketahanan fisik dan kecepatan yang tidak masuk akal. Mereka yang mampu naik hingga tingkat iblis sejati bahkan dapat bergerak sepuluh kali lebih cepat daripada iblis biasa. Padahal, jika dilihat dari ukuran tubuhnya, hal seperti ini mustahil untuk menjadi kenyataan.

Kekuatan dan kecepatan Erebrus --yang dipengaruhi oleh aktivasi mana-- seharusnya tidak dapat dicapai oleh seorang anak manusia. Jika musuhnya hanya manusia, dia yakin dan bangga dengan dua kemampuan miliknya ini. Kekentalan mana yang dia manifestasikan ke seluruh tubuhnya seharusnya lebih dari cukup untuk menghancurkan musuh di depan matanya. Namun, hal yang tak terduga membuatnya sedikit kewalahan.

Cepat ... dia sangat cepat!

Kedua bola matanya mengikuti gerakan dari sosok gadis yang terus-menerus melesat ke arahnya. Dia menahan pukulan tangan kosong dari manusia bertopeng itu dengan kedua tangan, walaupun tidak menimbulkan begitu banyak kerusakan, jumlah energi dari pukulan tangan kecilnya bahkan sanggup membuat tubuh besar Erebrus tergeser dari posisinya.

Setelah berhasil menetralkan pukulannya beberapa kali, Erebrus mencoba untuk menyerang balik ketika melihat celah. Namun, saat serangan mematikan dia lancarkan, sosok kecil itu sudah menghilang dari hadapannya.

"Tampaknya pukulanku masih terlalu lemah untuk dapat menembus pertahananmu."

Saat bidang pandangnya kehilangan fokus terhadap gadis tersebut, suara khasnya terdengar dari belakang. Erebrus yang merasa dipermainkan langsung berbalik dan mengayunkan tangannya ke arah kepala anak itu. Dia mengalirkan sejumlah mana pada otot-otot di tangan kanan besarnya untuk memperkuat jumlah kerusakan yang dapat dia berikan.

Penggabungan dari kekuatan otot dan aliran mana yang memperkuat pukulannya, manusia biasa pasti akan langsung hancur jika terkena serangannya. Bahkan, jika mereka mencoba untuk menahannya dengan perisai yang sangat kuat, tidak ada jaminan tubuh mereka akan tetap utuh.

Selain menghindar, seharusnya tidak ada cara lain bagi manusia untuk selamat dari pukulannya. Namun, betapa terkejutnya Erebrus ketika menyadari bahwa serangan mematikan yang dilancarkan olehnya diblokir hanya dengan menggunakan kedua tangan mungil itu. Karena kekuatan penghancurnya yang begitu besar, kaki kecil milik anak manusia bertopeng di hadapannya bahkan sampai terkubur hingga lutut. Walaupun begitu, gadis bertopeng tersebut bahkan tak memiliki kerusakan sedikit pun.

"Ap-apa-apaan dengan tubuhmu itu?!" Erebrus bertanya heran ketika menyadari kemustahilan ini.

Menanggapi pertanyaan darinya, alih-alih membuka mulut untuk menjawab, gadis itu malah mencengkram tangan Erebrus lalu melemparnya dengan kapasitas tenaga yang tidak masuk akal. Tubuh besar Erebrus menghantam beberapa pohon, membuatnya roboh sebelum mendarat dan berguling di tanah.

Serangan semacam itu memang tidak akan meninggalkan banyak kerusakan padanya. Namun, mengingat tubuh raksasanya yang cukup berat, melempar Erebrus hingga puluhan meter jauhnya jelas membutuhkan sejumlah besar tenaga. Mungkin jika lawannya adalah seorang warrior yang hebat, hal seperti ini bisa saja terjadi. Menyadari bahwa kekuatan sebesar itu berasal dari tubuh kurus dan kecil, hanya ada satu kemungkinan yang tersisa di dalam pikiran Erebrus.

"Berapa banya item sihir yang kau gunakan? Kau bahkan belum serius menghadapiku, 'kan?!"

Dia sedikit menggeram marah saat melihat sosok tersebut berjalan santai ke arahnya. Kedua bola matanya menatap pada sebilah pedang hitam yang menggantung di balik punggung kurus itu.

"Tidak mungkin aku tak serius melawan archdemon. Walaupun posisiku berada pada tingkat acient, kekuatanku bahkan dikategorikan sebagai menengah ke bawah."

"Bualan macam apa lagi yang kau coba untuk mengelabuiku, hah?!" Bersamaan dengan bangkitnya Erebrus dari posisi telungkup, dia berbicara penuh nada amarah. "Kau pikir aku sebodoh itu?!"

"Aku tak pernah sedikit pun mencoba untuk mengelabuimu." Gadis kurus yang kini berdiri tak jauh darinya mengangkat kedua tangannya seraya menggelengkan kepala dengan santai.

"Jangan mengejekku, Manusia! Kau bahkan tak menarik pedang hitam yang ada di punggungmu!" Tangan besar Erebrus --yang masih meneteskan cairan hitam dengan bau busuk menyengat-- menunjuk ke arah sebilah pedang yang terikat di belakang punggung musuhnya.

"Pedang?" Dengan nada datar, gadis itu menoleh ke belakang seakan untuk memastikan bahwa pedangnya masih berada di tempat yang seharusnya. "Ah, maksudmu horus? Sudah pasti akan aku gunakan jika memang bisa. Sayangnya Yang Mulia tak mengizinkan hal itu."

Nada yang keluar dari mulut gadis tersebut entah kenapa dikuasai oleh aura kesedihan dan penyesalan yang mendalam.

"Yang Mulia? Alasan macam apa lagi it ... " Erebrus menghentikan kata-katanya seketika saat menyadari sesuatu yang terasa familier di telinganya. "Tunggu dulu! Horus? Pedang hitam itu?!"

Dalam posisinya yang masih berdiri menghadap Erebrus, gadis bertopeng tersebut mengangguk sebagai jawaban.

"Mu-mustahil! Manusia tidak akan pernah tahan dengan kerusakan mental yang dihasilkan dari senjata dengan prioritas pembunuh dewa!"

Bahkan jika jumlahnya mencapai ratusan, sebuah perlengkapan yang sanggup menyentuh ranah god slayer priority sangat terkenal di kalangan para iblis. Banyak dari mereka yang berandai-andai untuk mendapatkannya. Dikatakan bahwa, walaupun kau berada pada tingkat terendah di kalangan para iblis, memiliki salah satu peralatan dengan prioritas pembunuh dewa akan menjadikanmu setidaknya seorang demon lord. Pengetahuan semacam inilah yang menjadi alasan kenapa Erebrus tersentak kaget ketika mendengar nama dari pedang hitam itu.

"Sejak awal sudah kukatakan bahwa aku bukan manusia." Sosok kecil di hadapannya menghela napas seakan malas.

"Tidak, tidak! Walaupun ada kemungkinan bahwa kau benar-benar iblis, merebut salah satu senjata legendaris itu hampir mustahil. Gatekeeper Fiora mengunci semuanya di dalam orbis miliknya!"

"Berapa kali harus kukatakan bahwa itu namaku?!" Anak manusia di hadapannya sepertinya mulai habis kesabaran. "Akulah Fiora, bodoh!"

"Mana mungkin aku percaya! Memanggil acient demon setidaknya membutuhkan Mantra Necromancy tingkat dua. Persentase kesuksesan pemanggilannya juga di bawah dua puluh, jangan coba-coba menipuku!"

"Kau ... " Dia menundukan sedikit kepalanya. Erebrus dapat melihat tubuh kecil itu mulai gemetar disertai dengan kedua tangannya yang mengepal kuat.

Apa dia marah?

Bahkan bagi ras iblis seperti Erebrus, ekspresi kemarahan gadis itu tetap dapat dia kenali. Cara bagaimana dia menunjukan kemarahannya sangat terlihat jelas. Jadi, sama sekali tidak sulit untuk menebaknya bahkan jika kau hanya menatapnya sekilas.

"Pemikiran keras kepalamu itu benar-benar membuatku kesal!"

Bersamaan dengan teriakannya, beberapa pola sihir berwarna merah darah mulai muncul di sekitarnya. Jumlahnya ada sekitar tujuh pola, semuanya menghadap ke arah Erebrus dengan akurat. Kemudian, hanya terdapat jeda sekitar satu detik sebelum masing-masing pola sihir menembakan cahaya merah pekat ke arahnya.

"Waa?!"

Sosok archdemon seperti Erebrus bahkan sampai memekik panik menghadapi serangan tiba-tiba tersebut. Dia buru-buru mengaktifkan barrier bersamaan dengan teriakan memalukan yang keluar dari mulutnya.

Ketujuh serangannya memang berhasil dia blokir menggunakan barrier. Namun, besarnya jumlah mana yang membentuk serangan tersebut membuat barrier-nya mengalami keretakan di beberapa bagian. Ketika Erebrus menyadari hal ini, dia melompat pergi untuk menghindari ketujuh beam yang berhasil memecahkan barrier-nya.

Sialan! Dia bahkan bisa menggunakan tujuh beam sekaligus. Terlebih lagi, beam-nya jauh lebih kuat daripada milikku. Makhluk macam apa dia itu sebenarnya?!

Di tengah-tengah pelariannya, Erebrus bergumam pada dirinya sendiri. Berkat instingnya sebagai archdemon, dia sudah menyadari akan perbedaan kekuatan miliknya dengan anak manusia itu.

Untuk sekarang, aku harus mundur terlebih dahulu dan menyembuhkan luka di tanganku. Jumlah mana-ku juga sudah mulai menipis.

Sayangnya, hari ini bukanlah hari keberuntungan baginya.

"Tunggu aku, monster sialan! Urusan kita belum selesai!"

Menanggapi suara di belakangnya, Erebrus menoleh dengan panik. Sosok gadis bertopeng itu melesat dengan kecepatan tinggi, memotong jarak di antara mereka berdua dalam waktu singkat.

"Apa-apaan dia itu?!"

Kedua bola mata Erebrus langsung melebar saat tujuh pola sihir kembali muncul dan menembakan cahaya merah pekat ke arahnya. Monster itu mati-matian menghindari serangan cepat tersebut dengan seluruh tenaga yang dia miliki.

"Menjauhlah dariku, dasar monster!" Erebrus berteriak, memaki anak manusia itu dengan nada panik.

----------

Selasa, 07 Mei 2019

Pukul 06:50 PM

Catatan :

Mengalami keterlambatan satu hari heu. Masih akan direvisi karena kurang di beberapa bagian.