malam semakin larut, udara dingin yang menyelimuti semakin menusuk. Ryuji berusaha membangunkan Safira agar tak terlambat ke puncak gunung untuk melihat sunrise, sayangnya berulangkali Ryuji menggoyang tubuh mungil Safira, sang empunya malah semakin menggulung tubuh menutupinya dengan selimut tebal.
Jacky sudah beberapa kali menggedor pintu kamarnya, tapi apa yang harus ia lakukan untuk membangunkan sang istri??? keadaan ini cukup membuat Ryuji kehabisan kesabaran.
"ayolah Ryu.... ini sudah hampir jam 1, kita bisa terlambat nanti." Jacky kembali mengetuk pintu kamar Ryuji.
Ryuji menekan seluruh amarahnya ia kembali menghampiri Safira, ia menarik lembut selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Safira menggeliat kemudian meringkuk merasakan hawa dingin yang menyerang tubuhnya, mulutnya meracau tak karuan meminta selimutnya kembali.
Ryuji mendekatkan wajahnya kemudian berbisik. "jika kamu tidak segera membuka matamu maka pagi hari ini aku akan memberimu serangan lebih banyak dari semalam, aku bersumpah akan memenuhi sekujur tubuhmu dengan kissmark yang indah."
sontak Safira mendorong tubuh kekar Ryuji dan membuka matanya lebar. "kau mau membunuhku??? ah baiklah aku bangun sekarang, awas kalau kau berani memintaku melayanimu." Safira beranjak dari tempat tidurnya dan mulai bersiap
sepuluh menit kemudian mereka sudah berada di mobil jeep yang telah siap mengantar mereka menikmati pemandangan sunrise dari puncak gunung bromo.
"Ryuuuu aku laper." rengek Safira sesaat setelah mobil melesat
"eh Saf kamu tumben banget jam segini udah laper aja." sahut Silvi
kali ini Silvi berkesempatan duduk di mobil yang sama dengan Safira dan Ryuji, sebagai gantinya Ryuna, Jacky dan Arthur mereka berangkat dengan jeep yang lain.
"kenapa sih, gak boleh aku laper??? maklumlah sebelum berangkat aku harus melaksanakan kewajiban ku sebagai istri dulu. udah gitu tadi cuma makan dikit." jawab Safira polos.
Silvi dan Ryuji kelincutan mendengar penuturan Safira, mereka tidak menyangka bahwa Safira akan mengatakan alasanya segamblang itu terlebih alasanya adalah urusan suami istri.
Ryuji menggaruk tengkuknya sekilas kemudian memeluk tubuh istrinya seraya berbisik. "mengapa kau mengatakan hal seperti itu di depan Silvi??"
Safira mendorong dada bidang Ryuji membuatnya sedikit terhuyung mundur, Silvi semakin tak mengerti mengapa Safira bersikap seperti anak kecil sekarang.
"kan emang kamu minta itu tadi Ryu.... kamu membuatku kelelahan dan cuma kasih aku sebungkus nasi goreng??" pekik Safira.
bila mata nan indah itu tiba tiba saja sudah digenangi air mata, Ryuji dan Silvi beradu pandang dan mengendikan bahu seakan mengatakan bahwa mereka tak tahu lagi kesalahan apa sekarang yang dilakukan Ryuji hingga Safira menangis.
"Sayang, okey aku minta maaf kalau aku salah tapi pliss jangan nangis." Ryuji merangkum wajah cantik Safira dengan kedua tanganya.
bukanya tenang Safira kini menjerit meraung raung, tingkah Safira pagi ini sangat aneh. tak biasanya dia begitu manja dan cengeng sampai histeris seperti ini, bahkan saat Silvi hendak memeluknya dan menenangkan dirinya Safira justru menjatuhkan kepalanya dalam pelukan Ryuji, orang yang membuatnya menangis menurut Silvi.
pusing??? yaaa Ryuji dan Safira pusing melihat tingkah Safira kali ini, seribu cara telah dilakukan Ryuji dan Silvi untuk membuat Safira menghentikan jerit tangisnya namun nihil semuanya sia- sia. beruntung pak sopir yang mengantarkan ketiga wisatawan itu berhasil membungkam jeritan istri pengusaha kaya itu.
"mbak, kita melewati jalanan yang sepi di malam hari. kalau mbaknya nangis begitu kita akan dikejar warga dan dihakimi mereka, saya mbak yang bakal jadi sasaran." kata supir itu
"kenapa???" tanya Safira
"lah suami mbak kan ganteng, jadi yang habis digebukin masa sudah pasti saya. kalau suami mbaknya ini pasti jadi rebutan perawan kampung sini mbak, pada minta dikawinin suami mbak." lanjut pria bertubuh kurus yang hanya menghalau dingin dengan sebuah jaket tipis serta menyelempangkan sarung di badannya.
Bibir Safira mengatup rapat, ia memeluk tubuh Ryuji erat bahkan hinga si pemilik tubuh tersentak dibuatnya.
"Saf, kamu kesurupan apa sih??? jadi aneh gini??" celetuk Silvi yang terus menatap anaeh sahabatnya itu.
****
di mobil lain Jacky tengah sibuk mengusili Ryuna, berkali kali dokter tampan itu dihadiahi pukulan manja adik sahabatnya. namun, semakin banyak pukulan yang didapatkan Jacky malah semakin merasa senang.
Arthur hanya menjadi penonton drama yang tengah berlangsung secara live di depanya itu, sesekali ia juga tersenyum melihat tingkah Jacky.
"Arthur kamu hanya tersenyum melihat Jacky mengolok ku, kamu gak mau bantu aku beri dia pelajaran??" tanya Ryuna manja
Jacky mendengkus kesal tiap kali Ryuna selalu meminta diperhatikan Arthur, dalam hatinya Jacky terus mengutuk pria penyakitan didepanya.
"hey Ryuna, percuma saja kamu meminta bantuan padanya. dia tak akan pernah bisa membantumu meski dia mau, kau tahu kenapa,??? karena sebelum dia memukulku dia akan jatuh pinsan ketakutan oleh bakteri." ketus Jacky
Ryuna membuang muka, ia menatap lekat Arthur yang duduk santai bersandar pada bagian belakang mobil. ingin rasanya gadis belia itu meringkuk dalam pelukan sang pangeran tampan untuk menghangatkan badannya, tapi itu hanyalah mimpi karena Arthur adalah seseorang yang tak bisa ia sentuh sekalipun ia sangat menginginkannya.
"Jacky kau adalah seorang dokter, kenapa kau tak berusaha membantu Arthur terlepas dari jerat phobia itu.?" tanya Ryuna
Jacky tersenyum tipis, ia menyandarkan punggungnya pada bagian samping mobil. "aku??? membantunya??? tidak perlu Ryuna. dia adalah pasien dari dokter hebat di dunia, dokter Robert. apa menurutmu aku akan bisa menyembuhkan dia??? sedang dokter terkemuka saja belum bisa menyembuhkanya." jawab Jacky setengah menyindir
mendengar nama dokter Ricard disebut Ryuna ternganga sempurna, matanya melotot dan tubuhnya terkesiap.
"kamu pasien dr.Ricard??" tanya Ryuna yang di jawab anggukan kepala oleh Arthur.
"kau tahu Ryuna, dia bahkan satu satunya pasien si dokter tua bangka itu setelah dia pensiun. sekarang lihatlah betapa istimewanya dia?" Jacky kembali menyela
sekali lagi penuturan Jacky membuat Ryuna terkejut, gadis itu tak pernah tahu bahwa Arthur telah mendapatkan hak istimewa dari dr. Richard. pasalnya Ryuna juga pernah menjadi salah satu pasien istimewanya tapi itu tak berlangsung lama karena keluarga Tanaka mengalami kemerosotan dan tak mampu membayar dr. Richard.
saat ketiganya sibuk memperdebatkan Arthur, pendengaran mereka dikejutkan oleh teriakan Safira yang menggema dari mobil tak jauh dari mobil jeep mereka.
Arthur seketika mendongak terkejut, wajahnya semakin gelisah ketika jeritan itu ternyata adalah tangisan histeris Safira. pangeran Eropa itu bertanya tanya apa yang terjadi pada Safira??? mengapa ia menangis histeris seperti itu??? apakah Ryuji melakukan sesuatu hal yang menyakiti Safira??? atau ada hal yang mengusik gadis manis itu???
Jacky yang sempat memutar kepalanya melihat kearah mobil jeep yang sedikit jauh dari mobil yang ditumpanginya, segera mengembalikan pandanganya mengamati respon Arthur.
"sepertinya itu suara kak Safira?" tanya Ryuna
"ah sudahlah, Ryuji bersamanya tak mungkin ada orang yang berani menyakitinya." kata Jacky memancing reaksi Arthur.
tak ada jawaban, hanya mimik wajah yang sulit diartikan dan gambaran kecemasan yang tersirat disana. sejujurnya Jacky sendiri merasa penasaran akan penyebab teriakan Safira tapi ia sengaja bersikap biasa agar bisa menilai respon orang yang berada di samping kanannya.
"jangan berfikir yang buruk, mungkin Safira sedang ingin dicium Ryuji tapi ditolak karena ada Silvi jadi ya dia menangis gitu." ucapnya lagi
marah??? itulah gambaran perasaan Arthur yang jelas tergambar dari merahnya wajah tampan itu. berulang kali Arthur mencoba untuk bersikap biasa tapi selalu gagal, rasa marah dan ingin tahu akan apa yang terjadi pada Safira rupanya lebih menguasai dirinya saat ini.
"Jacky, apa kakak iparku selalu seperti itu??" tanya Ryuna lagi
gelak tawa Jacky pecah, ruang dalam mulutnya kini di pamerkan dengan bangga pada dua orang dihadapanya.
" kau tahu bahkan saat mereka bulan madu Safira menghabiskan banyak telur ayam, katanya agar ia bisa mengalahkan kakakmu di atas ranjang. tapi hasil akhirnya selalu dia yang menyerah." jawab Jacky melirik ke arah Arthur.
apa yang diharapkan Jacky tak terjadi, Arthur kembali bisa mengontrol emosinya. ia tersenyum dan ikut larut dalam pembicaraan sensitif akan kehidupan bercinta Safira dan Ryuji yang sebenarnya Jacky sendiri tak tahu banyak tentang itu.
semakin Jacky membuat cerita cinta Safira Ryuji memanas, Arthur semakin bersikap biasa saja malah terkadang terkesan acuh.
pertanyaan yang telah berjamur di kepala Jacky semakin rimbun, biasanya dalam satu atau dua kali berbicara dengan orang maka ia akan mengetahui apa yang disembunyikan orang itu dari ekspresi wajahnya.
dan kini??? teory yang ia dapatkan saat kuliah seakan tak lagi berlaku, ia yakin ada sesuatu yang disembunyikan Arthur dari dia dan orang- orang yang lain. tapi ia tak bisa mengetahui itu, bahkan dugaanya bahwa Arthur menyimpan perasaan pada Safira tak bisa dibuktikan.