Ryuji Tanaka tidak akan menjadi seorang CEO dari perusahaan sebesar Tanaka Grup jika ia tidak memiliki cara untuk mengatasi permasalahan perusahaanya, sepanjang malam setelah bercinta dengan sang istri tercinta ia mengurung dirinya diruang kerja Safira.
berkutat dengan tumpukan berkas dan lapotop adalah makanan pokoknya, mengamati harga saham dan pergolakan aset perusahaan secara online adalah vidio pengantar tidurnya.
jarum jam menunjukan pukul lima pagi hari, Ryuji menghempaskan tubuh kekarnya di ranjang besarnya, tepat disamping Safira yang masih terbuai mimpi. perlahan kelopak mata pria asal negri sakura itupun terlelap, ia mengistirahatkan tubuhnya yang berusaha keras mewujudkan impianya memiliki keturunan dari Safira, dan juga mengistirahatkan otaknya yang telah bekerja keras mencari peluang untuk mengembalikan kejayaan perusahaannya.
Sinar matahari pagi menyapa semesta, menghangatkan dan menyilaukan. Ryuji masih terlelap, tak biasanya dia bangun sesiang ini."batin Safira"
setelah menyedukan teh hijau kesukaan Ryuji, Safira kembali mengoyak tubuh kekar yang terpampang dihadapanya. yaa perbedaan suhu udara antara Jepang dan Indonesia memaksa Ryuji harus bertelanjang dada saat tidur meski itu malam hari.
"Ryuuuu.... ayolah buka matamu! matahari sudah tinggi, kamu harus segera ke kantor." kata Safira dengan terus menggoyang goyangkan tubuh Ryuji.
tak ada jawaban dari si pemilik perusahaan besar itu, ia justru menutupi kepalanya dengan sebuah bantal. Safira jengah melihat sifat Ryuji pagi ini, sungguh diluar kebiasaanya.
Safira merebut bantal yang menutupi wajah suaminya kemudian memukulkannya beberapa kali pada si suami, pukulan Safira bagaikan pijatan lembut ditubuh Ryuji yang semakin membuatnya jauh tenggelam dalam dunia mimpi.
cetarr....
.bruk....
bug.....
"awww....!" Safira memekik, membangunkan pria yang berjuluk anak gunung fuji yang sedang terlelap itu.
Ryuji berhamburan mencari keberadaan Safira yang terduduk di bawah tempat tidur mereka, lampu tidur cantik yang terpajang di nakas samping tempat tidurnya tergeletak dilantai, pecahan cangkir dan genangan teh hijau yang masih mengebul terlihat disekitarnya. Ryuji mengamati setiap jengkal tubuh wanitanya mencari apakah ada yang terluka disana, beruntung hanya goresan pecahan cangkir di telapak tanganya tak ada yang menghawatirkan.
"apa yang kamu lakukan hingga seperti ini???" tanya Ryuji sembari mengambil kotak P3K.
belum ada jawaban yang didapatinya saat ia mulai mengobati beberapa luka di telapak tangan kanan istrinya, sedang Safira yang mendapat perawatan eksklusif dari CEO sukses itu tak henti hentinya tersenyum sembari mengamati wajah suaminya yang nampak sedikit khawatir.
Ryuji menyadari bahwa ia sedang diperhatikan, ia mendongakkan sedikit pandanganya dan kembali bertanya. " kenapa??? ada yang lucu???"
Safira menggelengkan kepalanya "tidak, aku hanya suka diperhatikan suamiku seperti ini." jawabnya.
"aku akan memperhatikan kamu 24 jam non stop jika kamu mau, tapi tidak dengan cara seperti ini!." tukasnya
"salah siapa dibangunkan sejuta kali dan kamu tetap mengabaikanku." sanggah Safira mulai memanyunkan bibir mungilnya.
Ryuji yang telah menyelesaikan tugasnya membalut luka di tangan Safira, kini berdiri kemudian mengecup sekilas kening Safira sebelum ia duduk di samping sang empunya.
"semalam kamu menguras tenagaku, aku butuh istirahat sayang. apa kamu mau aku datang ke kantor dengan tubuh yang masih lemas??? dan jika aku ditanya karyawanmu mengapa aku tampak lesu apa yang harus ku katakan??? haruskah aku menjawab ini ulah bos kalian yang tidak memberiku kesempatan bernafas di malam panjang kita??? huh???" Ryuji terkekeh kecil melihat wajah Safira yang perlahan memerah bagai buah persik.
"sudahlah, kamu sudah mendapat banyak waktu istirahat bukan?? sekarang bergegaslah mandi dan pergi ke kantor!!" titah Safira yang memang tak mengetahui jika sang suami harus menyelesaikan beberapa pekerjaanya hingga lepas subuh.
beep beep beep beep
ponsel Ryuji yang berada diatas nakas berdering saat ia hendak melangkah ke kamar mandi
"halo???" Ryuji menerima panggilan itu
matanya melirik Safira sesaat setelah ia terdiam mendengar pertanyaan sang lawan bicara di telfon itu, kemudia ia berkata " tidak, dia ada disini. bersamaku!" kemudian memutus panggilan itu.
****
"suster....!!! dimana pria yang ada di kamar itu?" seorang gadis cantik berkulit putih pucat berlarian mengejar seorang perawat disebuah koridor rumah sakit.
"oh, tuan tampan itu...??" tanya perawat yang membawa nampan berisi beberapa jarum suntik dan kapas.
mendengar kata "tuan tampan" dari perawat itu Ryuna merasa sesak, telinganya memanas dan hatinya serasa ingin menjerit.
namun, logikanya masih mengusainya. ia tersenyum manis dan menganggukan kepala bermaksud mengiyakan pertanyaan si perawat.
"15 menit yang lalu tuan tampan meninggalkan rumah sakit ini, dia minta pulang paksa." jawab perawat bertubuh kurus itu
"apa dia bersama para pengawalnya??" Ryuna menatap penasaran.
"yaa... dua orang lelaki bertubuh besar yang mengantarnya kesini dan seorang wanita." ujar sang perawat
Ryuna semakin dirundung perasaan yang tak ia ketahui apa ini, yang ia tahu saat ini ia ingin berteriak mencari tahu siapa wanita itu?? berbagai kemungkinan muncul dikepalanya, mungkinkah ibunya??? adiknya??? kerabatnya??? atau kelasihnya????
batinya meronta menggeliat hingga perlahan mematahkan semua logika yang mendominasi sebelumnya, kepalanya berputar mencari cara agar ia bisa mengetahui siapa gadis yang menjemput Arthurnya.
Ryuna membanting pantatnya di jok mobil miiliknya, ia mengeluarkan ponsel dari dalam tanya dan mengetuk layar benda pipih itu seperti mengetikan sesuatu disana.
"halo??? kakak..... apa Kakak ipar sedang keluar?" dengkusnya kesal
"oh....."
ia melempar sembarangan benda pipih itu, Ryuna menyandarkan punggungnya pada jok mobil dan menepuk jidatnya.
Ryuna merasa aneh dengan dirinya sendiri, 20 tahun menjalani hidup dikelilingi lelaki tampan dan kaya raya dia tak bergeming tapi kini seorang Arthur yang hanya anak buangan kekaisaran Eropa dan hanya memiliki beberapa kafe kecil membuatnya uring- uringan tak jelas.
gemuruh kemarahan masih bernafas di dadanya, pertanyaan siapa gadis yang menjemput Arthurpun kian menggema di telinganya. tanpa fikir panjang lagi Ryuna melajukan mobil sportnya menuju kafe terdekat milik Arthur, bukan tanpa alasan tapi ia memang sangat bingung harus kemana mencari sang pangeran karena gengsi ia bahkan tak sempat meminta nomor ponsel pria berdarah biru itu.
****
suasana perusahaan Emerald Indo masih didominasi keribetan Tanaka grup, yang memang dadakan harus dipindahkan ke Indonesia karena situasi genting.
beberapa karyawan berlarian saling bertukar berkas, sebagian yang lain keluar masuk ruang direksi, dan sebagian lainya kerja cepat menuliskan laporan terbaru status perusahaan Tanaka grup dan Emerald Indonesia.
hal itu dilakukan karena secara fungsional gedung perusahaan Emerald kini dihuni oleh dua kubu karyawan dan mengerjakan pekerjaan dari dua kubu perusahaan yakni Emerald Indo dan perusahaan besar Tanaka Grup.
"hai, bro.... kamu datang terlalu siang hari ini??? kenapa??? kamu menghabiskan waktu terlalu banyak di ranjang istrimu, huh???" ledek Jacky yang tahu betul datang terlambat ke kantor bukanlah kebiasaan sahabatnya itu.
Ryuji melemparkan satu berkas di map berwarna gelap ke tangan Jacky, yang ditangkapnya dengan wajah terkejut.
"apa ini????" tanya Jacky
"hanya manufer bisnis didaerah Asia, dan pergerakan tradding Tanaka grup." Ryuji tersenyum sombong kearah Jacky.
mata Jacky membulat sempurna sedetik setelah membuka dan membaca beberapa berkas yang telah ia terima dsri Ryuji.
"kamu membuat pergerakan tidak terduga Ryu., jadi kamu melakukan ini semalaman?" tanya Jacky antusias
"yaaa setelah mengalahkan Safira dengan pertarungan sengit kami, aku hanya akan bisa bekerja saat ia telah terlelap karena terpuaskan."
"kau hajar dia berapa ronde??? ingat jika ia terlalu lelah maka, rencanamu mendapat momongan juga akan sulit." kata Jacky
"tenanglah aku tahu batasan sampai mana harus bermain dengan istriku sendiri, sudahlah segera lihat bagaimana status perusahaan kita." titah Ryuji
Jacky mengangguk semangat dan segera kembali ke ruangan kerjanya.
****
Safira masih tak mengerti beberapa kali telefon masuk ke ruanganya yang tidak lain dari perusahaan triple A, tak hanya telephon kini bahkan Megia sang presiden direktur perusahaan triple A itu datang sendiri ke perusahaanya.
"selamat pagi..." sapa Megia memasuki ruangan Safira.
" pagi... silahkan duduk..." sambut Safira mempersilahkan tamunya duduk di sofa yang ia letakan di ruang kerjanya.
CEO Emerald Indo ini masih tak tahu menahu atas dasar apa si Megia harus datang langsung ke perusahaanya. apakah ia akan kembali mendesak agar penandatanganan kontrak di percepat??? sedangkan kondisi saham Emerald dan Tanaka sedang diujung tanduk???
oh sial !!!, aku masih belum bisa memutuskan apapun. Ryuji tak memberikan jawaban apapun tentang masalah ini, dan wanita ini akan kembali mendesaku menghancurkan perusahaan suamiku. " batin Safira" sembari berjalan menghampiri Megia.
"aku kemari untuk membicarakan kontrak kerja kita." ujar Megia memecah keheningan.
"ya.... dan aku belum memberi keputusanku."
"kenapa??? kami kira kamu akan segera menerima kontrak itu. bukankah semuanya telah stabil???" tanya Megia lagi
"stabil????"
"kamu belum mengetahuinya???" Megia tertawa sebelum ia melanjutkan argumenya " jadi kamu belum tahu kabar terbaru bisnis dunia?? saham dunia Tanaka grup stabil, sejak pukul 7 pagi tadi. selain itu saat kontrak ini di tandatangani dan proyek kosmetik dijalankan maka akan membawa keuntungan multi Triple A, Emerald dan Tanaka akan mendapatkan keuntungan."
Safira terpelanga mendengar penjelasan partner sekaligus lawan bisnisnya yang masih setia duduk santai di ruang kerjanya, tanpa berfikir panjang Safira segera menandatangani kontrak yang dua hari terakhir menganggu pikiranya.
tak ada kecemasan lagi hanya ada senyum kemenangan yang terpampang diwajah cantik Safira, setelah kepergian Megia dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya ia segera menemui Ryuji suaminya.