Safira berlari dengan senyum yang merekah, membelah barisan karyawan yang disibukan pekerjaanya. ia membuka pintu yang tak lebih besar dari pintu ruanganya, mana lagi kalau bukan ruang kerja dadakan sang suami Ryuji Tanaka.
istri pengusaha muda berbakat itu segera berhamburan memeluk sang suami saat ia melihat si pemilik tubuh kekar itu berdiri di dengan gagahnya di depan meja kerjanya.
"hai.... apa ini??? ini masih pagi sayang dan ini dikantor jangan katakan kau sudah merindukanku?" ucap Ryuji menyadari istrinya kini telah merengkuhnya dalam pelukan erat.
sebuah cubitan kecil dirasakan Ryuji tepat di perut datarnya, ia terjingkat dan membalikan tubuhnya menghadap Safira.
"mengapa kau mencubitku??? hmmm kau mencoba menggodaku??? baiklah kalau kau memaksa..." Ryuji mendekatkan dirinya pada sang istri sembari melepaskan kancing kemejanya.
"ichhhh apaa sih??? untung aku lagi bahagia." jawab Safira sembari memeluk Ryuji.
pasutri lintas negara itu berpelukan sangat mesra, hingga tanpa mereka sadari Jacky telah berada di dalam ruangan Ryuji.
tok tok tok
Jacky mengetuk daun pintu ruangan kerja Ryuji yang sudah ia buka membuat sepasang suami istri itu terkejut dan melepas pelukanya.
"apa kalian merasa bermesraan dirumah???" lagi lagi Jacky meledek Ryuji dengan perkataanya yang menohok.
"kamu bisa mengetuk pintu sebelum memasuki ruanganku?" balas Ryuji yang kembali merengkuh tubuh mungil Safira dalam pelukanya.
Jacky mendengkus melihat sikap Ryuji, " ah okey aku yang salah. sorry ! aku kemari menyerahkan laporan ini baru saja dikirim tuan Tomo, aku butuh tanda tanganmu dan setelah itu lanjutkan apapun yang kalian inginkan. aku akan minta karyawan lain tidak mendekati ruangan ini."
"memangnya ada selain kamu yang berani mendekati ruangan ini, setelah tempat ini disulap jadi ruang kerja Ryuji?" tanya Safira
" ya ya ya.... oh ya sekali lagi selamat atas kemenangan kita. sekarang Ryuji Tanaka akan benar- benar menjadi perusahaan nomer 1 di dunia." ujar Jacky mengalihkan pembicaraan.
Ryuji dan Safira tersenyum mendengar perkataan Jacky.
"Ryuuu bagaimana bisa keadaan berbalik mendukung kita di waktu yang singkat??" Safira mendongakan wajahnya.
Ryuji yang sedang menandatangani beberapa berkas yang diberikan Jacky menghentikan gerak jemarinya sesaat kemudian menjawab. " bukankah sudah ku katakan, mereka hanya bersiasat. aku mencoba mengikuti permainan mereka meski awalnya juga sempat terkecoh, akhirnya aku sadar dan melakukan sedikit perubahan arah bisnis dan menjual beberapa saham Tanaka Grup dan inilah hasilnya."
"tunggu, kamu menjual saham Tanaka grup???" tanya Safira lagi
"tenanglah kakak ipar, hanya beberapa obligasi perusahaan kecil di bawah korporasi Tanaka. setelah kondisi keuangan stabil maka kita akan kembali mengambil hak kita. bukan begitu, Ryu???" Jacky menjawab pertanyaan Safira sambil mengerlingkan matanya beberapa kali kearah Ryuji.
"kalian luar biasa!!!" teriak Safira dan kemudian membalas pelukan Ryuji.
"sekarang aku akan memesan makanan untuk kita semua, dan besok aku, kamu, Jacky akan berlibur." kata Safira antusias
"boleh mengajak Ryuna???." sela Jacky
"tentu saja dia adik Ryuji harus ikut, aku akan mengajak Silvi jika dia tidak sibuk " lanjut Safira.
****
sebuah mobil sport terparkir di pelataran kafe bergaya Eropa, Ryuna keluar daru mobilnya dan berjalan memasuki kafe itu.
"permisi apa tuan Arthur ada ?" tanya adik kandung dari Ryuji Tanaka pada salah seorang waiters.
"maaf tapi pak Arthur tidak ada ditempat." jawab si pramusaji itu.
lutut Ryuna gemetar mendadak kakinya lemas, ia menepuk lagi keningnya dan terduduk disalah satu kursi yang ada di kafe milik Arthur.
ah apa yang kulakukan?? mengapa aku gila seperti ini hanya karena seorang Arthur??? mengapa aku harus bersusah payah mencarinya?? mengapa aku harus peduli padanya?? mengapa aku tak terima jika ada wanita lain disisinya??? kenapa aku??? pertanyaan itu terngiang terus menerus di telinga Ryuna. logika yang selama ini diirikan oleh banyak orang saat ini serasa tak berguna, ia bahkan tak tahu harus melakukan apa sekarang.
Ryuna masih duduk di kursi pelanggan dengan lamunan yang mengusasainya, seorang lelaki mengenakan jas putih dengan celana dan sepatu berwarna senada berjalan beriringan dengan seorang wanita menghampiri Ryuna.
pria itu melambaikan telapak tanganya dan memanggil manggil namanya berkali kali, hingga akhirnya Ryuna tersadar.
melihat sepasang bola mata dengan iris mata berwarna biru kehijauan, hidung mancung dan bibir merah merona berada tepat dihadapan wajahnya membuat detakan jantung Ryuna berdebar tak karuan. sedang Arthur ia menatap bingung gadis berdarah Jepang itu yang sedetik kemudian gadis itu meloncat merengkuh tubuh Arthur kuat.
Arthur tiba - tiba merasa sesak, sekujur tubuhnya seakan ditusuk ribuan jarum. lidahnya keluh meski hanya mengucap kata aduh pun ia tak sanggup, tubuhnya menegang matanya membulat sempurna dan keringat dingin mulai bercucuran dari dahi sang pemilik kafe.
"Ryuna apa yang kamu lakukan??? lepaskan Arthur!!" suara perempuan yang tak asing di pendengaran adik CEO Tanaka Grup, suara itu terus berulang di telinganya bersamaan dengan tarikan beberapa tangan yang hendak memisahkan pelukannya pada Arthur.
Ryuna membuka matanya perlahan ia jumpai seorang wanita yang tak asing sedang menampakan gurat wajah kecemasan dan kemarahan kearahnya, yaaa itu adalah Silvi sahabat kakak iparnya.
"Ryuna lepaskan pelukan kamu!!" pekik Silvi
Ryuna melirik pada tubuh yang menegang dengan peluh keringat sebesar biji jagung berguguran dari keningnya, nafasnya pun mulai tersengal. Ryuna segera melepas dekapan tanganya pada leher Arthur, Ryuna panik lagi lagi ia diselimuti rasa bersalah melihat Arthur terkulai lemas di lantai dan dikerumuni para pengunjung kafe. sangat memalukan, pikirnya.
gadis belia itu terisak, dan terus meminta maaf saat ia mengikuti langkah dua body guard Arthur memapah tubuh majikanya ke salah satu ruangan. Silvi sibuk mengambilkan obat penenang yang biasanya disimpan dalam laci khusus di ruangan itu, desainer muda itu mulai mengeringkan dahi Arthur kemudian memberi beberapa butir obat pada kakak kelasnya yang masih lemas di sofa ruang kerja pimpinan kafe.
"minumlah, dan berhentilah menangis." kata Silvi menyodorkan sebotol air mineral pada Ryuna.
Ryuna menerima air mineral itu dan meneguknya untuk menenangkan dirinya sendiri, meski sulit ia juga berusaha menghentikan buliran air mata yang dengan tidak sopan melunturkan riasanya.
"maaf...." kata Ryuna
Silvi yang duduk disampingnya menoleh memandangi wajah polos penuh penyesalan itu.
" tenangkan dulu dirimu, kak Arthur sedang ganti baju. setelah ini minta maaflah padanya." saran Silvi dengan nada ketus.
Ryuna masih menunduk dan berusaha menghentikan tangisnya, hingga tiga orang lelaki berwajah bule keluar dari kamar mandi khusus di ruangan itu.
kedua gadis itu tersentak dan beranjak dari duduknya, Arthur tersenyum paksa karena ia masih merasakan tusukan ribuan jarum di sekujur tubuhnya.
dua lelaki bertubuh kekar yang setia mendampingi Arthur mendudukan sang pangeran di kursi kerja miliknya.
" Ryuna kemarilah...." titah Arthur memecah keheningan
Silvi masih mendengkus kesal mengingat tindakan nekat yang dilakukan Ryuna pada kakak tingkatnya di dalam kafe dan di hadapan puluhan pengunjung.
"tunggu!!!, perhatikan jarakmu. jangan sampai kamu membuat kak Arthur masuk IGD lagi!!." Silvi mencoba memberi peringatan.
"hmmm aku akan memperhatikan jarak ku." jawab Ryuna sembari menganggukan kepalanya.
"Silvi, aku tidak apa apa. jangan terlalu kasar pada Ryuna." ucap Arthur membela Ryuna
"aku hanya memberi dia peringatan, aku gak mau kak Arthur masuk Rumah Sakit lagi dua hari berturut- turut karena dia." katanya.
"aku menghargaimu karena kamu adik dari Ryuji, tapi aku tetap tidak bisa mentolerir tindakanmu yang membahayakan nyawa orang lain." lanjut Silvi.
Ryuna terdiam mendengar perkataan Silvi, kepalanya kembali bekerja keras dengan perkiraan perkiraan tak berdasar. sebuah pertanyaan besar mulai datang mengusik hatinya.
"apakah Silvi adalah gadis yang menjemput Arthur dari rumah sakit??? apakah Sulvi adalah kekasih Arthur???" pikir. Ryuna