Rumor berkembang dengan pesat dimasyarakat dan para wartawan itu juga masih mengejar dua orang CEO beda Negara yang sedang terlibat skandal percintaan.
Beberapa karyawan perusahaan Safira menatap tajam sepasang bos dan sekertaris asal Jepang saat memasuki kantor.
Ryuji berjalan lurus tanpa menghiraukan tatapan sinis seluruh karyawan Safira, ia memasuki ruang kerja Safira namun tak menjumpai siapapun disana.
"Dimana Safira?" tanya Ryuji pada sekertaris Safira.
"Seharusnya anda yang mencari tahu itu, karena anda yang menyebabkan kekacauan ini!" jawab wanita berambut ikal itu sinis.
Beberapa karyawan lainya segera mengerumuni Ryuji dan menghujaninya dengan tuduhan- tuduhan kejam membela bosnya.
Pria yang terkenal dengan sikapnya yang dingin dan berhati batu itu meninggalkan cemoohan receh yang tertuju padanya tanpa sepatah kata dan dengan tatapan dinginya, Ryuji meminta tuan Tomo mengumpulkan semua awak media dan mempersiapkan wawancara denganya.
"Saya dengan hormat kepada seluruh media pemberitaan untuk tidak memberitakan isu- isu yang belum pasti kebenaranya, mengenai hubungan saya dan Safira itu adalah hubungan kerja yang sehat dan terjalin sangat baik." hanya kalimat itu yang keluar dari bibirnya saat acara wawancara.
Setelah wawancara Ryuji meminta tuan Tomo untuk menyiapkan segala keperluanya dan segera kembali ke Jepang karena semua urusan pekerjaan telah selesai dengan sempurna, produk kecantikan Safira telah diproduksi, periklananya juga sudah mulai di tayangkan di seluruh media elektronik baik di Indonesia maupun di Jepang, prospek penjualanyapun meningkat 10% dari produksi tahun lalu sebelum bekerjasama dengan Tanaka Grup.
Sebelum meninggalkan Indonesia Ryuji menghadiri pesta ulang tahun perusahaan Safira terlebih dahulu. Kemeja putih yang dipadukan dengan stelan jas berwarna dark blue dan dasi berwarna merah yang melingkar di lehernya membuat aura ketampananya semakin terlihat nyata.
Para artis dan pengusaha wanita berlomba- lomba mendekati Ryuji, pria Jepang ini memang seperti medan magnet bagi para kaum hawa yang melihatnya pesonanya tak redup walau sikapnya sedingin salju di gunung Fuji.
"Tuan Ryuji... apa kamu menikmati pestanya?" tanya seorang CEO perusahaan rekanan Safira.
"Tuan Ryuji... jika Safira hanya memanfaatkanmu tinggalkan saja dia, bekerjasamalah dengan kami" kata wanita lainya.
"Tuan Ryuji... kami mendengar rumor tentang kalian tapi kami yakin bahwa anda sedang dalam perangkap Safira, tuan Ryuji sampai tertipu dan melamar Safira pasti dia sangat lihai bersilat lidah." Kata artis papan atas menimpali pernyataan dua orang wanita sebelumnya.
Ryuji tak bergeming tatapan matanya dingin dan kosong, dia hanya fokus pada minuman dalam gelas ditanganya belagak seakan tak mendengar dan tak melihat apapun hingga para wanita tadi meninggalkanya sendiri.
Seorang wanita memasuki hotel megah milik keluarga Safira ia terlihat angun mengenakan gaun berwarna merah membentuk tubuhnya yang indah, kalung berlian melingkar dileher, rambutnya dibebaskan tergerai indah. Seluruh tamu undangan memusatkan pandanganya pada sosok wanita cantik khas Jawa, siapa lagi kalau bukan Safira.
Melihat Safira menghadiri pesta ulang tahun hotelnya setelah hampir satu minggu ia menghilang dari permukaan bumi membuat Ryuji bernafas lega meski sikapnya tetap terlihat tenang.
"Selamat atas keberhasilan seluruh rekan-rekan yang telah bekerja untuk Hotel Quin ini, berkat kerja keras kalian hotel ini mampu bertahan hingga 15 tahun." kata Safira memberukan sambutan pada acara Hotel miliknya.
Gemuruh tepuk tangan dan teriakan dukungan dari para karyawannya menggema keseluruh ruangan Ball room itu. Safira menarik nafas panjang sebelum melanjutkan sambutanya.
"Selain itu di acara ini saya juga ingin menyampaikan sesuatu, sebelumnya saya meminta dengan horman tuan Ryuji untuk maju kedepan."
mendengar hal itu semua mata sontak mengarah pada pria Jepang nang tampan yang berjalan santai menghampiri Safira
"Saya .... saya ingin menyampaikan bahwa saya menerima lamaran anda tuan Ryuji."