Tepat pagi - pagi sekali Tante Suzu menyiapkan makanan dirumahku. Aku pun bangun dan tidak melihat ia di kamar lagi.
Saat aku keluar kamar dan menuju dapur, ia menyambut ku. Ia memakai pakaian yang kemarin di pakainya. Aku penasaran kenapa Tante Suzu bisa menginap di rumahku.
Karena kemarin aku terlalu menikmatinya, jadi aku sama sekali tidak kepikiran. Lalu aku pun bertanya kepadanya.
"Tante, kenapa ya tante berani menginap di rumahku semalam, apa tidak takut dicariin sama Paman Naoki?
"Ah", Paman sedang pergi mengurus urusan bisnisnya, jadi Tante sendiri dirumah.
Dan bagaimana dengan Sora oneesan dan Shiori oneesan, tidak kah mereka ada di rumah?
Kalau anak tante, mereka ada kunjungan sekolah mereka sedang study tur.
"Oh, jadi karena itu tante bisa di sini nemanin aku.
"Iya, tante rencana awalnya ingin menginap disini di kamar tamu, tapi rupanya eh, malah melihat Hideki-san. Dan tante malah kebablasan dengan Hideki-san.
Ia pun tertawa dengan menutup mulutnya dengan tangan. Ketika aku tahu bahwa aku hanya di jadikan sebagai pelampias kesepiannya, hati ku sedikit sakit. Tapi hati ku senang saat tante mengatakan bahwa ia sangat puas dengan ku.
Setelah selesai makan, aku pun berangkat ke sekolah, di sekolah aku benar - benar tidak sabar untuk pulang. Dan ingin melanjutkan kegiatan ku dengan tante.
Selepas pulang sekolah, aku melihat tante sudah memakai baju yang lain. Tampaknya ia sempat pulang kerumahnya.
Karena keluarganya pergi selama 5 hari, selama itu lah tante bisa menemaniku dan berhubungan seks denganku di rumah. Tapi, setelah keluarganya pulang kembali ia pun hanya mengantarkan makanan ke rumah ku.
Sesekali kami curi - curi kesempatan untuk melakukan itu. Setelah cukup lama ditemanin oleh Tante Suzu, aku pun ke datangan seorang pembantu baru. Selama seminggu aku di temanin oleh tante suzu, dan setelah itu pembantu nya datang. Semenjak orang tua ku pergi, mereka memang memberikan pesan padaku, untuk menunggu di carikan pembantu yang akan mengurus rumah ini.
Sesuai dengan janji orangtua ku, mereka meminta orang untuk mencarikan pembantu di rumah kami agar aku ada yang merawat dan ada yang mengurus rumah.
Karena pembantu kami sudah di pecat, jadi rumah tidak ada yang mengurus. Biasanya aku hanya membersihkan ruang tamu dan juga kamarku, tetapi tidak untuk tempat - tempat yang lain. Sebelum orang tua ku pergi mereka berjanji akan mencarikan seorang pembantu agar tidak terjadi kekosongan pembantu di rumah kami. Hal ini penting bagi ku, karena aku sama sekali tidak membersihkan rumah dengan baik. Yah, aku jarang membereskan rumah sih.
Setelah ia datang, aku pun menelepon ibuku dan memberitahukan bahwa pembantunya sudah datang. Karena mereka bekerja dan aku ditinggalkan sendirian, jadinya tidak ada yang mengurusi rumah. Itu sebabnya, mereka meminta penyedia jasa yang bisa membantu mencarikan pembantu, agar mereka bisa pergi dengan tenang.
Rumah ini cukup besar buatku, sebagai seorang anak tunggal terlebih aku laki - laki. Aku hanya membereskan rumah ini alakadarnya itu sebabnya, aku memerlukan seorang pembantu untuk beres-beres di rumah ini, dan tentunya menyediakan makanan buatku.
Pembantu itu datang pada pagi hari, setelah ada pemberi tahuan sehari sebelumnya dari agen tersebut, maka keesokan harinya datanglah seorang pembantu baru yang telah dijanjikan. Pembantu tersebut adalah seorang gadis desa yang telah putus sekolah, dan ia masih berumur 18 tahun bernama Sasaki Nana. Sasaki Oneesan bertubuh sedang dengan kulit bersih dan berambut panjang, yang dengan malu-malu memperkenalkan dirinya kepada ku, setelah menerima instruksi ini itu dari agen tersebut, Sasaki Oneesan pun mulai bersiap untuk kerja di rumah ku.
Agen tersebut pun pergi dan meninggalkan ku dengan nya, aku sedikit cangung karena melihatnya. Setelah saling berkenalan aku pun memberitahu kan padanya apa yang harus ia lakukan.
Tidak seluruhnya agen itu tahu seluk beluk rumahku, jadi aku menjelaskan ulang kepadanya tentang apa yang sebaiknya dia kerjakan.
Memasuki hari Senin, aku mendapat libur sekolah selama tiga hari, yang mana bisa aku pergunakan untuk beristirahat di rumah. Sebenarnya keinginanku adalah bisa bersama - sama dengan Tante Suzu. Namun, karena adanya Paman Naoki dan juga pembantu baru ini, aku pun hanya bisa bersantai di rumah. Sambil menonton tv dan memakan cemilan di ruang tamu, sedangkan Sasaki Oneesan sibuk membersihkan rumah sehabis mencuci pakaian.
Saat aku sedang asyik menonton, tiba-tiba dikejutkan oleh sapaannya, "Maaf Hideki-kun.., Saya mau mengepel lantainya".
"Oh iya, pel aja Oneesan" kata ku sambil terus menonton tv, tetapi saat ia mengepel lantai mataku memperhatikan pembantu ini dengan lebih seksama.
Sasaki Oneesan mengepel lantai sambil berjongkok, dan sesekali ia merangkak sambil terus mengayunkan tangannya. Saat ia merangkak, terlihat pinggulnya yang besar dengan pantat yang membentuk bulat bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan irama yang teratur, celana dalam yang dipakainya terbayang sangat jelas dari balik daster yang dipakainya. Saat ia berbalik untuk mengepel di bawah kaki ku, terlihat dari belahan dasternya dua buah bukit yang ranum, terbungkus oleh bra yang ketat, yang kelihatannya sudah agak kekecilan. Tanpa terasa aku menggosok batang kemaluanku, yang tiba-tiba menjadi tegang. Konsentrasi ku untuk menonton tv menjadi hilang.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Sasaki Oneesan bersiap-siap untuk membersihkan dirinya dan mengambil handuk serta masuk ke kamar mandi, begitu terdengar suara air yang terguyur di kamar mandi, aku secepatnya berdiri dan berjalan cepat-cepat ke arah kamar mandi.
Aku mengintipnya dari sela-sela pintu kamar mandi, terdapat celah dipintu yang bisa dipakai untuk mengintip ke dalam. Ternyata pemandangan di dalam kamar mandi begitu asyiknya, Sasaki Oneesan ternyata mempunyai badan yang bersih mulus dengan kedua payudaranya yang ranum keras dengan puting yang mengarah ke atas berwarna coklat muda, pinggulnya yang besar sangat seksi dengan bulu-bulu halus di atas kemaluannya.
Sasaki Oneesan sibuk menggosok-gosok badannya tanpa sadar ada mata yang sedang menikmati tubuhnya yang ranum. Dengan berdebar aku terus mengintip Sasaki Oneesan yang sesekali menunduk untuk menggosok kakinya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Nafsu ku naik ke kepala, aku mulai mengelus batang kemaluanku sampai tegang. "Aah, enaknya kalau bisa memeluk dan menancapkan batang penisku di vaginanya".
Saat sedang asyik mengintip, aku teringat kalau aku sempat membeli sebotol obat perangsang yang telah ku dapat dari internet dan telah ku simpan di dalam lemari ku. Dengan cepat-cepat aku masuk ke kamar dan mengambil obat tersebut.
Aku segera membawanya ke dapur, dan seperti dugaanku bahwa Sasaki Oneesan memang sudah menyiapkan teh hangat bagi dirinya sendiri di situ. Segera aku tuangkan obat perangsang itu ke dalam minuman Sasaki Oneesan dan aku tambahkan gula sedikit agar dia tidak curiga.
Aku kembali duduk di sofa ruang tamu dan pura-pura menonton tv, sambil membayangkan tubuh mulus Sasaki Oneesan. Dan sambil mengelus batang penisku yang sudah tegang, aku benar-benar sudah bernafsu sekali untuk menyetubuhi Sasaki Oneesan. Sekitar setengah jam kemudian, aku mendengar erangan halus yang berasal dari kamar pembantu tempat Sasaki Oneesan berada, "Heehh.., heehh".
Dengan segera aku menghampiri kamarnya dan pura-pura bertanya.
"Oneesan.., sedang apa?".
Sasaki Oneesan sambil mengeluh menjawab.
"Aduh..., Hideki-kun.., perut Oneesan"....
"Kenapa..?"
Sambil bertanya aku segera saja masuk ke dalam kamarnya, Sasaki Oneesan kelihatan pucat dan keningnya berkeringat, sedang dalam posisi merangkak sambil memegang perutnya.
"Aduuh.., aduuh.., perut saya.., Hideki-kun".
"Mari aku tolong Oneesan..", kata ku sambil berdiri di belakangnya dan tunduk serta memegang perutnya dengan kedua tangan untuk mengangkatnya berdiri.
Saat berdiri sambil memeluknya dari belakang, penisku yang sudah tegang dari tadi menempel pada celah pantatnya, ia agak kaget juga, tapi ternyata dia diam saja sambil terus mendesah.
"Ayo Oneesan aku gosok perutnya.., biar hangat", kata ku sambil tangan kanan ku terus bergerak menggosok perutnya, sedangkan tangan kiriku mengangkat dasternya dari bawah.
Aku mencari kesempatan untuk memasukkan tangan kiriku ke dalam daster itu, dan berpura-pura akan menggosok perutnya juga, tapi aku segera menurunkan tangan ku untuk menyibakkan celana dalamnya dan mulai meraba bulu-bulu halus yang bertebaran di sekitar vaginanya. Saat tangan ku menyentuh vaginanya, Oneesan menggelinjang keras dan mendesah panjang.
"Aah.., Hideki-kun..", seraya menekankan pantatnya yang montok ke penisku yang sudah menanti dengan tidak sabar.
Tangan kananku pun mulai masuk ke dalam sela-sela kancing dasternya, naik terus ke atas dan menemukan payudaranya yang ranum, yang ternyata tidak terbungkus oleh bra nya, segera aku meremas payudaranya.
"Oneesan..., mari aku gosok sambil tiduran", kata ku.
"Hee.. Eeh", katanya.
Aku tuntun ia ke tempat tidur dan membaringkannya dengan kedua kakinya tetap terjuntai di lantai. Secara cepat aku menyibak dasternya dan segera menarik turun hingga celana dalamnya terlepas.
"Aduh..., Hideki-kun", katanya sambil menggerakkan pinggulnya.
"sst..", kata ku sambil menundukkan kepala dan mencium vaginanya yang persis di depan mataku.
"Aarkkh..", seru Oneesan sambil membuka kakinya lebih lebar lagi dan kemudian secara cepat menutupnya lagi; sehingga kepalaku terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Aku mulai menjilat vaginanya, lidahku mulai menjalar ke kanan dan ke kiri; menyibakkan kedua belah bibir vaginanya; sampai akhirnya, aku menemukan klitorisnya.
Kedua tanganku pun; secara gencar mulai bergerilya; meremas kedua payudaranya, sambil sesekali mempermainkan putingnya yang langsung mengeras.
"Hideki-ku..."
Sasaki Oneesan keenakan, sambil mulai menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan; bagaikan sangat kegelian, dan tiba-tiba dari vaginanya memancar cairan, yang segera aku jilat habis.
"Oneesan.., buka dulu ya bajunya", kata ku.
Sambil berdiri, aku dengan cepat mulai membuka celana dan kaosku. Sementara aku berdiri telanjang, penisku benar-benar tegang dan keras. Mata Oneesan terbelalak memandang penisku yang besar dan berdiri.
"Hideki-kun.., Oneesan takut", katanya.
"sstt.., nggak apa-apa Oneesan..", kata ku, sambil membantu membuka bajunya.
Karena kakinya masih menjuntai di pinggir tempat tidur, segera aku mengambil bantal dan mengganjal pantatnya, sehingga vaginanya sekarang menyembul dengan klitorisnya yang mengkilap karena jilatan lidahku. Dengan segera aku arahkan penisku ke lubang vaginanya dan berusaha untuk menekannya masuk, sementara tanganku meremas payudaranya, sedangkan mulutku mulai memagut bibirnya.
Ternyata, lubang vaginanya sempit sekali, sehingga baru kepala penisku yang masuk, ia sudah menjerit kesakitan dan berusaha menggeliatkan badannya yang mungil. Aku menahan geliatan badannya dan terus berusaha memasukkan seluruh penisku ke vaginanya yang sempit; dengan menarik keluar masuk kepala penisku.
Biarpun vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar dari tubuhnya, aku tetap juga mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan vaginanya ini.
Sambil memeluk tubuhnya, mulutku bergesar ke arah telinga Sasaki Oneesan, dan secara tiba-tiba, aku menggigit cuping telinganya dengan agak keras. Secara refleks, Oneesan kaget sekali.
"Aduh.."
Dan bersamaan dengan itu, aku menekan penisku sekuat tenaga; masuk ke dalam vaginanya. Oneesan kaget dan terdiam, tetapi aku kembali memagut bibirnya dan menyedot lidahnya sambil mulai menaikkan pantatku sedikit sedikit, kemudian turun menekan sampai ke ujung. Aduh sungguh nikmatnya vaginanya Oneesan, benar-benar terasa sempit sekali; bagaikan jepitan halus yang menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terus-menerus. Setelah beberapa kali naik turun, cabut sedikit, tekan lagi, Ia pun mulai menikmati permainan seks ini, sambil mengerang-erang, dan dia juga mulai menggoyangkan pinggulnya. Kedua belah kakinya pun turut menari-nari, kadang menjepit kakiku, kadang dia menjepit pinggangku.
"Arkh...., Hideki-kun.., enak..." katanya.
Sambil ia terus menggoyangkan pinggulnya, sehingga penisku yang berada di dalam vaginanya terasa bagaikan diremas-remas dengan keras. Akhirnya akupun tidak tahan lagi, saat badannya menjadi kejang karena dia sampai pada puncak kenikmatan, akupun mempercepat gerakan naik turun; sampai cairan maniku terasa menyembur-nyembur ke dalam vaginanya.
"Akh, kami berdua sungguh lunglai, setelah tiba pada puncak kenikmatan. Ternyata setelah selesai baru aku tahu, kalau ternyata, Sasaki Oneesan masih perawan dan belum pernah dijamah oleh lelaki lain.
Selama liburan sekolah tiga hari itu, aku tetap betah di rumah. Dan kalau tidak ada kesempatan dengan Tante Suzu, maka Oneesan dan aku mulai mempraktekkan berbagai macam gaya bersetubuh.
Sasaki Oneesan rupanya sangat pandai untuk belajar, dan selalu bernafsu untuk mengulang dan mengulang lagi. Hal ini berlangsung selama enam bulan, kadang larut malam, kadang pagi hari dan kalau aku lagi kepingin menikmati tubuhnya, saat malam aku sering masuk ke kamarnya, sampai akhirnya Sasaki Oneesan dipanggil pulang oleh keluarganya untuk menikah di desa.