Rumah yang terlihat masih sangat tradisional, disanalah aku tinggal saat ini, rumah ini juga sudah cukup lama namun masih terlihat terawat. Bisa dikatakan bahwa pemiliknya memperhatikan keadaan di rumah ini. Namun, Ya namanya rumah lama tentu saja plafon juga terlihat sedikit ada kerusakan, cukup wajar. Aku heran kenapa ayah menyuruhku untuk tinggal disini, rumah ini sudah berdiri cukup lama sekitar 40 tahun yang lalu.
Suasana halamannya memang masih terlihat asri dihiasi oleh bunga warna-warni, hanya saja kesan kuno masih tertanam di tempat ini, terdapat bunga tulip, melati, mawar dan sebuah bunga anggrek pemberian ayahku.
Bilah aku memprediksi semua itu harusnya sudah ketinggalan jaman. Harusnya rumah ini segera di rombak, mengingat rumah ini terletak di perkotaan dan merupakan tempat kost. Pelayanan adalah hal yang utama.
Benar tepat sekali, aku menganggukan kepala sambil duduk melihat pemandangan. Tempat kos ini juga merupakan rekomendasi ayah. Kalau tidak, mungkin aku tidak akan memilih tempat ini dan menjadikan rumah ini sebagai tempat beristirahatku.
Sejenak aku berpikir, mungkin apa yang ayah ingin sampaikan adalah tetap menjaga tradisi dan menghormati budaya sendiri, sekalipun jaman sudah berubah. Aku sadar pasti sulit untuk menemukan rumah seperti ini lagi di perkotaan. Sebagai anak muda pastinya akan lebih memilih untuk tinggal di apartemen yang nyaman. Tapi yang ku alami ini sungguh berbeda.
"Ya, aku pikir sih tidak ada salahnya, terlebih aku menduga kalau tidak tinggal disini, mungkin pertemuan ku dengan Sika-san tidak akan terjadi".
Kejadian mengesankan seperti ini tidak akan terjadi. "Hem" (Aku mengangukkan kepala lagi).
Sejak saat itu hubungan kami terus berjalan. Tapi jarang kami melakukannya lagi, terlebih dia adalah siswa sekolah SMA yang ada di kota ini. Kami sempat bolos sehari untuk melakukannya karena ia sedang sendirian di rumahnya. Tapi besoknya kami langsung membereskan diri dan berangkat bersama. Dan aku sendiri juga takut kalau ketahuan dengan penghuni lainnya, jadi sejak saat itu aku sudah tidak melakukannya lagi.
Dia tidak begitu cantik, tapi manis dan bertubuh mungil dengan kulit hitam kecoklatan. Aku sering singgah kerumahnya dan orang tuanya juga menerimaku, jadi mudah bagiku untuk lebih jauh berhubungan dengannya, tapi kami tidak melakukan hal itu lagi.
Kenyataannya lewat sikapnya yang menolak tapi mau, membuat aku penasaran. Orangnya juga pandai bergaul dan menerima, sehingga aku tambah berani untuk lebih mengodanya, dan lagi-lagi aku beruntung dia mau menerimaku.
Setelah hubungan ku selama ini dengan Sika-san, aku mengajaknya keluar dan karena orangtuanya juga tidak mempermasalahkan makanya aku berani.
Suatu hari aku ada acara keluar kota, aku mengajaknya pergi, ternyata dia menerima ajakanku yang kebetulan saat itu ia sedang libur sekolah.
Kemudian aku pun menyewa sebuah mobil. Dengan SIM yang baru kudapat baru-baru ini, kami pergi dengan mengendarai mobil yang ku bawa.
Sepanjang jalan menuju luar kota, kami mengobrol sambil bercanda mesra seperti pasangan kekasih. Aku ingin tahu seberapa beraninya dia. Terkadang tanganku iseng pura –pura tidak disengaja menyentuh paha mulusnya; dia menepis tanganku tapi lama kelamaan membiarkan tanganku yang iseng mengelus pahanya yang juga hitam kecoklatan itu. Dengan memberanikan diri mengelus-elus pahanya sampai kepangkal pahanya. Dia tetap diam bahkan seperti menikmati elusan tanganku.
Aku tarik tanganku dari rok hitamya lalu bertanya padanya.
"Mau nggak aku sentuh payudaranya?"
Ia memakai baju kaos berwarna pink jadi nampak payudaranya membentuk bukit yang berada dibalik bajunya.
Mulanya dia malu dan menolak, aku coba merayunya bahwa aku ingin mengelus walau hanya sebentar. Akhirnya dia mengangguk pelan, langsung saja tanganku masuk dan menelusuri dari balik bajunya.
Setelah menyentuh payudara nya aku pun mengusap, mengelus bahkan saat kuremas payudara nya yang lembut dan kenyal itu. Ia hanya mendesah pelan dan menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil yang kami kendarai. Kupermainkan putingnya dengan dua jari; dia semakin mendesah, sambil tetap menyetir aku tarik resleting celanaku; dan aku keluarkan penisku yang telah menegang sejak tadi, lalu aku pegang tangannya dan kutarik kearah penisku, saat tangannya menyentuh penisku dia tarik kembali tangannya; mungkin kaget karena ini sedang berada di jalan.
Dengan sedikit basa basi kembali kutarik tangannya tuk memegang penisku; akhinya dia menyerah kemudian mulai mengelus penisku perlahan.
"Onichan, ini rupanya besar sekali ya hampir sebesar pergelangan tanganku" katanya.
Karena ia kemarin ia tidak memperhatikan penisku dan aku pun tidak memintanya untuk menservis penisku. Ia pun merasa heran.
"Hmm, payudaramu juga kenyal sekali " kataku sambil menikmati elusan tangannya pada penisku.
Tak lama kami sampai di kota tujuan, langsung aku cari tempat untuk menginap setelah itu pergi lagi untuk belanja keperluan selama di kota itu.
Malam kami mengobrol diberanda depan kamar tempat kami menginap sambil mennonton tv, kami duduk berdampingan. Saat duduk berduaan dengannya, aku mengambil kesempatan untuk memasukan tanganku kedalam bajunya dan menjelajahi tubuhnya, ternyata ia tidak memakai bra dibalik baju tidurnya itu. Ia hanya memakai celana dalam, sehingga tanganku bisa bebas meremas-remas payudaranya dan mempermainkan putingnya.
"Akh, Onichan jangan terlalu keras" katanya saat kuremas dengan rasa gemas.
"Maaf, habis payudaramu kenyal sekali sayang" kataku.
"Iya, tapi sakit" balasnya.
"Iya aku pelan-pelan deh, kita pindah kedalam yuk" kataku berbisik ditelinganya dan ia pun mengangguk perlahan.
Sesampainya didalam aku peluk dia dari belakang, kuciumi tengkuknya yang hitam kecoklatan itu dengan penuh nafsu ia bergetar kegelian sedangkan kedua tanganku menjelajahi tubuhnya.
"Akh, Onichan...…. shhhhhhhh" katanya mendesah.
Tanganku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, dan kulepas bajunya hanya tinggal celana dalamnya yang berwarna hitam. Kuciumi bibirnya, dia membalas ciumanku dengan penuh gairah. Tangannya mengusap-usap penisku sesekali meremasnya sehingga aku merasakan nikmat yang tak terhingga.
"Ukh…..., teruskan sayang" kataku.
"Ikh besar sekali, panjang lagi" katanya.
"Ssssst", kataku sambil menghisapi puting payudaranya yang makin menegang, tanganku kupergunakan untuk menurunkan celana dalamnya. Ku usap perlahan gundukan daging empuk yang ditumbuhi bulu – bulu hitam halus, dia bergetar kegelian dan kulanjutkan dengan menggelitik belahan vaginanya yang terasa hangat.
"Akh…..., teruskan pelan pelan" katanya.
Sambil meremas penisku. Kemudian aku menurunkan hisapanku pada payudaranya ke pusarnya, dia mengangkat pinggangnya keenakan kuteruskan ciumanku pada vaginanya dan menegang saat lidahku yang kasar menjilati vaginanya yang merah merekah. Dia mengimbangi permainan lidahku dengan menggoyangkan pinggulnya, bibirnya tak henti-henti mendesah.
"Sekarang giliranmu sayang" kataku padanya sambil menyodorkan penisku kemulutnya.
Perlahan tapi pasti dia mulai menciumi batang kemaluanku yang sejak tadi menegang, saat dia mulai menghisap penisku rasanya ingin terbang menahan rasa nikmat .
Setelah itu kubaringkan dia yang berkulit hitam kecoklatan, terlihat jelas payudaranya yang mungil menggunung dengan vaginanya yang merah merekah dibalik bulu- bulu hitam halus. Perlahan – lahan aku menyentuhnya, kugesek-gesekkan penisku pada bibir vaginanya dia meregang sambil mendesah tak karuan merasakan nikmatnya gesekkan penisku. Kemudian kutekan sedikit demi sedikit penisku pada vaginanya, pinggulnya naik seakan menyuruh agar penisku segera dimasukkan pada vaginanya.
"Ayo, akh aaaaaaaakh teruskan sayangku" katanya sambil menarik pinggangku.
"Baiklah, sayang aku masukkan ya" kataku.
Sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam lagi pada lubang vaginanya dengan perlahan, terasa masih sempit sekali. Mungkin karena baru dua kali kami melakukannya.
"Akh....., Enak Onichan akh...." katanya.
"Enak kan?" tanyaku.
"Iya... Akh..." dia menjawab sambil menganggukan kepalanya.
Penisku keluar masuk vaginanya yang terasa basah dan hangat. Rupanya ia kenikmatan, karena ia lebih merespon dengan cepat mengerakan pinggulnya dan dengan menekan lebih dalam vaginaku serta menjepit pantatku dengan melipat kakinya.
"Terus.…. lebih cepat Akh...….. Akh.... nikmat sekali penis Onichan" katanya.
Dan karena pengaruh rasa nikmat dari keluar masuknya penisku dari dalam vaginanya, penisku pun mulai kenikmatan dari gesekan dengan dinding dalam vaginanya.
"Akh... terus goyang pinggulmu" kataku.
Dia menuruti kataku dan menggoyangkan pinggulnya. Tak lama dia mengerang sambil memelukku erat rupanya dia telah mencapai puncaknya, dia berbaring lemas dibawaku sedangkan penisku masih menancap pada vaginanya yang terasa basah. Aku masih berjuang dengan menaik turunkan penisku; dan dia merespon gerakanku dengan bersemangat. Malam itu kami melakukannya sebanyak 6 kali sampai akhirnya tertidur pulas sampai pagi.