Sudah cukup lama aku tidak bertemu dengan pacarku, karena kegiatan sekolah kami juga cukup padat; dan lagi aku juga jarang bersama dengan tante; takut kalau Paman Naoki curiga. Sebenarnya, bukanlah Paman Naoki yang kami takutkan tapi anaknya.
Aku bersekolah di sekolah swasta yang cukup terkenal di kota kyoto. Suatu hari menjelang ujian akhir semester, aku diajak oleh teman kelasku untuk belajar bersama. Aku menerima saja, karena yang mengajakku juga adalah seorang gadis yang cantik, aku memang lumayan tertarik dengannya, walaupun aku sudah memiliki pacar.
Dengan ke dua tangan ku tepuk dan menundukan kepala; aku mengucapkan dalam hatiku "Maaf, Rika-tan".
Perawakan gadis itu cukup cantik, dengan tubuh yang ramping terawat, dan tentunya kulit yang putih. Kouda Manami namanya dan aku memangilnya Kouda-san. Saat Kouda-san mengajakku, tentu saja kujawab.
"Hei, Takeuchi-kun kamu mau belajar bareng tidak untuk persiapan ujian?
"Mau.." "Jam berapa?" tanyaku.
"Jam 5 sore, di rumahku, jangan terlambat soalnya nanti nggak selesai belajarnya", jawabnya.
Wah, kesempatan nih, pikirku. Setahuku, ia tinggal berdua saja dengan Oneesan nya karena ayah dan ibunya yang sibuk bekerja di luar kota.
Pulang sekolah, aku langsung bergegas menuju ke rumah, karena kulihat jam sudah menunjukkan setengah 4, dengan secepatnya kumasukkan buku yang sekiranya akan dipakai ke dalam tas, karena aku takut terlambat.
Aku pun pergi kerumahnya Kouda-san dan sesampainya di rumahnya, aku langsung memencet bel yang ada di depan pintu rumahnya, rumahnya tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman kelihatannya. Sempat aku bertanya - tanya kok rumahnya sepi banget. Kalau begitu berarti Oneesan nya lagi belum pulang kuliah, jawabku dalam hati.
Tak lama setelah itu, Kouda-san keluar membukakan pintu. Aku cukup kaget dengan penampilannya yang menarik, kali ini dia memakai kaos yang cukup ketat dan celana pendek ketat. Dia tersenyum lebar padaku, sambil mempersilakan aku masuk. Ketika masuk, aku merasakan rumahnya benar-benar sepi.
"Langsung saja kita ke ruang tengah, yuk!" ajaknya.
Sesampainya di ruang tengah, aku langsung duduk di karpet karena tidak ada sofa. Ruang tengahnya didesain ala Jepang dengan meja Jepang yang pendek yang disertai rak majalah di bawahnya.
"Tunggu yah, aku mau mandi dulu", katanya.
"Habis keringatan, baru selesai senam nih!"
Ternyata aku baru tahu; kalau badannya bagus itu karena ia sering senam.
"Kamu mulai aja dulu, nanti jelaskan pada ku yah", katanya.
"Kalo mau minum, ambil aja sendiri di kulkas, karena badanku sudah gerah nih mau mandi biar segar."
Cukup lama aku belajar sendiri sambil menunggunya; dan karena ia terlalu lama; pada akhirnya aku merasa bosan dan melihat-lihat majalah yang ada di bawah meja di depanku. Kulihat semuanya adalah majalah wanita dan tidak ada majalah umum.
Di majalah wanita jepang itu, tanpa sengaja kulihat, aku menemukan sebuah majalah yang berisikan foto cowok telanjang dengan otot-otot yang bagus di tengah majalah jepang itu. Aku sempat kaget melihatnya.
Lalu ia pun telah selesai dan keluar dari kamar mandi yang letaknya di sudut kamar tengah di mana aku duduk. Dia keluar memakai handuk kain kimono berwarna putih. Karena keasyikan, aku tidak sadar kalau dia mendekatiku. Kupikir dia pasti masuk ke kamarnya untuk berpakaian terlebih dahulu. Aku sempat grogi, karena aku bingung saat didekati olehnya yang hanya menggunakan baju mandi, walapun aku sudah sering berhubungan dengan wanita tapi tetap saja aku cangung dengannya, jadi aku merasa tidak biasa, dan itu justru membuat penisku menegang.
"Hei, Takeuchi-kun, kamu disuruh belajar malah lihat-lihat yang aneh-aneh."
"Ini nggak aneh kok", kataku.
"Aku juga punya, dan badanku juga seperti ini loh!" bisikku sambil menunjuk ke salah satu model cowok di majalah tersebut.
Aku memang sudah ikutan fitness sejak aku masuk kelas 1 SMP, dengan mengkonsumsi suplemen yang bagus; yang juga aku beli, tidak heran kalau aku bisa mendapatkan badan yang bagus dan ini juga menambah kegantenganku.
"Ah, masa?" katanya, "Aku nggak percaya ah."
"Kamu kok tahan sih liat-liat yang kayak beginian?" tanyaku.
"Mana ada sih yang tahan?" balasnya.
"Tadi lagi nunggu kamu dateng ke sini saja aku sempat lihat-lihat dulu majalah itu lho! Jadi kamu tahu kan, kenapa aku lama mandinya?" jawabnya sambil tersenyum mesum.
"Wah, kamu ini!", 'Ternyata suka juga ya sama yang gituan.'
"Iya dong, tapi, Takeuchi-kun katanya kalo main langsung lebih enak ya dibanding masturbasi?"
Aku sempat kaget ketika dia bertanya hal yang begitu dalamnya.
"Kata kamu, kamu mirip sama yang di foto majalah itu, buktiin dong."
Wah, kupikir ini cewek sudah terangsang banget. Aku sempat grogi untuk kedua kalinya, aku cuma bisa membalas dengan tersenyum.
"Iya sih katanya, tapi kan…"
Belum selesai aku bicara, dia langsung mencium bibirku.
"Takeuchi-kun, tahu nggak kalo aku tuh sebetulnya sudah suka banget sama kamu semenjak aku bertemu denganmu", bisiknya sambil mencium bibirku. Aku kaget dan responku cuma bisa menerima saja, soalnya enak sih rasanya. Terus terang aku belum pernah dicium oleh cewek sampai seenak itu, dia benar-benar ahli.
Tanpa sadar, posisinya sudah berada di atas pangkuanku dengan paha yang menjepit perutku. Sambil menciuminya, kuelus-elus pahanya dari atas ke bawah, dan dia mendesah.
"Akh… enak sekali!"
Kuteruskan aksiku sampai ke kemaluannya, kuraba klitorisnya, dan kugosok-gosok. Desahannya semakin keras, dan tiba-tiba dia berhenti.
"Wah, kok berhenti?" [Aku bertanya dalam hati].
Langsung saja kubisikkan padanya bahwa aku juga betul-betul suka sama dia sejak awal aku bertemu dengannya.
"Lalu kenapa kamu tidak katakan sama aku?" tanyanya.
Aku pun membohonginya, karena tidak mungkin aku menjawab kalau aku sudah punya pacar jadi aku menjawab:
"Karena aku takut kalau perasaan kita berbeda", jawabku. Dia sempat terdiam sejenak.
Langsung timbul pikiran kotorku. "Udah tanggung nih", pikirku. Batang penisku betul-betul sudah bedenyut-denyut sejak tadi. Langsung saja kubuka baju mandinya, dan kupijat dan kuhisap payudaranya. Dia menerima saja, malah merasa keenakan, hal ini terlihat dari ekspresi wajahnya. Putingnya menjadi mengeras dan tak lama kemudian, dia mendesah.
"Aakh…"
Saat kusentuh vaginanya yang mulai basah. Aku semakin terangsang, penisku benar-benar sakit rasanya.
"Sayang, boleh kan kalau aku menjilati vaginamu?"
Dia mengangguk tanda setuju. Langsung saja kujilati vaginanya terutama daerah klitorisnya. Lumayan lama aku menjilatinya sampai aku merasa mulutku kering sekali. Akhirnya dia mendesah panjang.
"Aakhhh… aku mau keluar Takeuchi-kun…"
Terlihat cairan putih keluar dari vaginanya, baunya amat merangsang dan rasanya jauh lebih merangsang lagi.
"Takeuchi-kun, main beneran yuk?" ajaknya.
"Wah, gila juga nih cewek", pikirku.
Karena penisku juga sudah menegang dan terasa sakit bukan main, langsung saja aku iyakan. Lalu kubuka semua baju dan celanaku. Kubaringkan dia di lantai berkarpet, dan kulipat kakinya, kunaikkan ke bahuku, dan mulai kumasukkan batang penisku yang sudah tegak itu. Sempit sekali, hampir tidak bisa jalan. Kutekan lebih keras. Dia menjerit kesakitan.
"Aa...., BERHENTI JANGAN Takeuchi-kun sakit tahu."
Aku tidak menghiraukannya dan terus menekan batang penisku sampai rasanya kepala batang penisku menabrak sesuatu. Lalu aku mulai memaju-mundurkan badanku ke depan dan ke belakang.
Kouda-san mulai merasa enak, dia sudah tidak menjerit lagi.
"Tuh enak kan", kataku.
"Iyah", jawabnya, "Bener! enak sekali.. lebih cepet dong Takeuchi-kun."
Kupercepat permainanku, dan dia mendesah, "Ah.. ah.. ah.." karena merasa nikmat. Lama juga aku mengocoknya.
Tak lama kemudian, "Takeuchi-kun.. aku mau keluar lagi."
"Sama", balasku.
"Sedikit lagi, Takeuchi-kun… Aakkhhh… enak sekali Takeuchi-kun".
Bersamaan dengannya, aku pun keluar dan ku keluarkan seluruh spermaku di dalam vaginanya. Penisku terasa hangat dan nikmat bercampur jadi satu. Kutarik batang penisku keluar dan kulihat tetesan darah di karpet. Aku sempat kaget, berarti dia masih perawan. Aku sempat merasa bingung dan senang; karena bisa memerawaninya.
Kouda-san bangun dan aku langsung memintanya menjilati penisku, yang sudah mau tidur lagi. Begitu dijilati dan dihisapnya, batang penisku mulai berdiri lagi karena enaknya. Dia memainkan lidahnya di kepala batang penisku dan menjilati seluruh bagian batang penisku sampai masuk semua, sampai akhirnya aku merasa ada dorongan yang kuat pada penisku dan, "Crott.. crott.. crott.." spermaku keluar, dia menghisapnya dan sebagian muncrat ke wajahnya.
"Hmmm.. ini enak sekali Takeuchi-kun", terlihat ekspresi wajahnya yang senang.
Kami pun kelelahan, dan berbaring bersama di ruang tengah sambil berpelukan dan mengucapkan kata-kata sayang. Tanpa terasa waktu sudah jam 8 malam. Kami mandi bersama, dan setelah itu kami makan malam bersama. Aku disuruhnya menginap, karena malammya kita mau mempraktekkan jurus yang lain katanya. Aku mengiyakan saja. Karena orang tua ku saat ini sudah tidak di rumah lagi dan sedang pergi keluar kota maka aku malam ini biss menginap di rumahnya.
Tapi aku sempat bertanya padanya apakah Oneesan nya tidak pulang ke rumah, Lalu ia menjawab, karena Oneesan nya sedang ada study tur saat ini, maka sudah pasti tidak mungkin ia akan pulang.
Begitu selesai, kami sempat tertawa bersama karena kami tidak belajar malah bermain seks. Tapi tidak masalah, sekalian buat penyegaran menuju ujian. Dia balas dengan senyum. Karena kehabisan pembicaraan, akhirnya kami mulai terangsang lagi untuk berciuman. Kali ini aksinya lebih gila. Sambil berciuman kami saling membuka baju. Sampai tidak ada satu benang pun menempel di badan kami. Lalu dia berkata.
"Hideki-kun, kita ke kamarku yuk, biar lebih asyik."
Dengan pangilan yang mesra ia memangilku, tampaknya ia sudah tidak memanggil margaku lagi, yang artinya ia sudah merasa dekat denganku. Aku pun juga menjawabnya dengan memanggil namanya.
"Baik, Manami-san".
Kugendong dia ke dalam kamarnya, dan kami lanjutkan lagi dengan berciuman. Tak lama kemudian kusentuh vaginanya, sudah basah ternyata. Langsung saja kubalikkan badannya dan kumasukkan penisku dari belakang. Kali ini sudah tidak sulit. Dia mendesah enak ketika kumainkan penisku di lubang vaginanya. Kumainkan terus sampai aku dan dia mau keluar.
"Akkhhh…" kami berdua sama-sama keluar, kukeluarkan spermaku di luar, karena takut dia hamil. Tenyata Manami-san belum puas, dia mendorong tubuhku hingga terbaring di kasurnya. Dia langsung berdiri di atas tubuhku dan mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang vaginanya.
"Ahhhh.. " desahnya, "Begini lebih enak Hideki-kun..."
Aku benar-benar lemas tapi karena permainannya yang begitu hebat, aku sampai lupa. Dia teruskan sampai spermaku keluar, cuma sedikit kali ini, tidak seperti sebelumnya.
"Hideki-kun sedikit lagi ya aku juga mau keluar", bisiknya tertahan sambil menaik-turunkan tubuhnya di atas badanku.
Setelah agak lama akhirnya dia keluar juga. Penisku terasa pegal sekali, badanku benar-benar lemas. Dia juga terlihat lemas sekali. Kami tertidur lelap sampai pagi di kasurnya dengan sambil berpelukan dan tidak berpakaian, karena pakaian kami tertinggal di ruang tengah dan malas mengambilnya karena sudah capek.
Besok paginya, kami bangun bersama, mandi bersama, sarapan dan pergi ke sekolah sama-sama. Semenjak itu kamipun sering belajar bersama, walaupun ujung-ujungnya berakhir di kasurnya yang empuk. Tapi aku jarang menginap, karena takut orang tuaku akan curiga bila mereka pulang ke rumah tidak ada orang dan juga Oneesannya, ini cuma rahasia kami berdua.