Aku mengedarkan pandangan untuk mencari posisi yang tepat agar laki-laki bernama Go Yoon itu ditemukan. Ah, cukup sulit untuk menemukan satu laki-laki di pesta seperti ini.
Akhirnya aku memilih berdiri di dekat meja makanan. Sepertinya aku bisa makan sambil mencari laki-laki yang berumur sekitar empat puluhan. Aku mengeluarkan ponsel untuk melihat wajah Go Yoon. Tanpa sengaja aku menemukannya.
Dia jauh terlihat lebih tua dari pada di foto. Aku mengulum bibir. Mendekatinya sekarang cukup sulit karena banyak laki-laki dan perempuan yang berdiri di dekatnya. Mereka tengah saling berbicara dan sesekali tertawa kaku. Bos berpesan bahwa aku harus memberikan kotak ini secara rahasia. Jadi, bagaimana caranya aku mendekatinya? Jika aku menyapanya seperti kekasihnya, belum tentu dia paham akan kepura-puraan.
Aku menggosok dagu. Apa yang harus aku lakukan? Menunggunya hingga sendirian? Harus berapa lama?
"Nona, kamu terlihat cantik malam ini," sapa seseorang di belakangku.
Aku menoleh. Lagi, laki-laki berengsek itu datang. "Mau apa Tuan denganku lagi, huh?" tanyaku angkuh. Padahal jantungku sudah berdebar, ketakutan dengan seringaiannya.
"Kamu tidak tahu namaku?" tanyanya. Aku hanya menatapnya. Kemudian ia mengulurkan tangan lalu berkata, "Oh Sehun!"
Aku masih diam menatapnya. Aku enggan untuk menyambut tangannya itu. Tiada gunanya kami berkenalan. Dia laki-laki yang harus pergi dari hidupku. Lihatlah, setelah ini kita tak akan pernah bertemu.
Tiba-tiba ia menarik tanganku untuk bersalaman dengannya. "Senang bersamamu, Kim Min Ah! Kau mau menjadi kekasihku?" ucapnya.
Aku menarik tanganku lalu berbalik. "Tidak perlu!" ketusku. Ya Tuhan, aku sangat ingin pergi dari tempat ini. Bersembunyi kemana saja agar aku tak melihatnya lagi.
Lagi, ia menarik tubuhku dari belakang hingga bertubrukan dengan tubuhnya. Detik berikutnya ia mendekapku.
"Lepaskan!"bisikku tegas.
"Bau mawarmu selalu memabukkanku. Lain kali, aku ingin menghirupnya lagi."
Mataku melebar. Aku berbalik dan melayangkan tanganku untuk menamparnya. Namun belum sampai menyentuh pipinya tanganku ditangkap.
"Sayang, kamu tak perlu menamparku sekarang. Bukan saatnya," seringainya.
"Mau apa kamu sebenarnya?" tanyaku.
"Dirimu?"
"Kenapa? Masih banyak gadis di luar sana yang bisa kamu dapatkan!"
Tiba-tiba ponsel Sehun bergetar. Ia melepaskan tanganku lalu beranjak pergi sambil menempelkan ponsel ke telinga.
Syukurlah, siapapun yang menghubunginya terima kasih telah menyelamatkanku. Aku melihat ke arag Go Yoon lagi. Laki-laki itu sudah tidak ada? Di mana dia sekarang?
Secepat mungkin pandangan diedarkan. Aku menemukan sosoknya keluar dari ruangan pesta. Segera aku mengikutinya. Aku sempat kehilangan Go Yoon karena mungkin dia berbelok di ujung lorong. Aku setengah berlari mengejarnya. Namun aku tidak menemukannya. Kemana perginya?
Samar aku mendengar suara erangan dan rintihan. Aku mendekat ke sebuah ruangan dan mengintipnya. Ya ampun. Ada dua laki-laki yang menghunuskan pisau ke perut Go Yoon. Aku menarik napas lalu berseru sekuat mungkin, "Tuan di sini ada pembunuhan! Tuan polisi di sini!"
Aku tidak tahu apakah teriakanku akan mengusir mereka. Selanjutnya aku bersembunyi sambil memantai ruangan itu. Benar saja, dua laki-laki keluar dari sana lalu berlari secepat mungkin. Aku berlari masuk ke ruangan itu dan menemukan Go Yoon terluka parah.
"Tuan? Anda mendengar saya?" tanyaku hendak menyentuh luka dan menekannya agar tidak terus mengeluarkan darah. Namun tanganku ditahan.
"Kamu pengirim itu?" tanyanya. "Berikan benda itu pada Oh Sehun. Lalu pergilah ... dari sini ... agar tidak ... polisi," ucapnya terputus-putus.
"Tapi Tuan, saya harus menghentikan darah Tuan!"
"Terlambatnya, pergilah!" Ucapnya keras.
Akhirnya aku menuruti permintaannya. Aku menelpon polisi dan ambulan dengan ponselnya lalu pergi meninggalkannya. Aku tidak tahu apakah dia selamat setelah ini atau tidak. Sudahlah, aku juga tidak ingin terlibat dengan polisi. Pastilah mereka akan memenjarakanku karena melakukan pekerjaan ilegal.
Aku tidak bisa menemukan Oh Sehun yang adalah laki-laki berengsek itu. Kenapa takdir seolah membuatku selalu bertemu dengannya?
Aku kembali menemui Bos dan menceritakan semuanya. Bos berkata bahwa aku harus memenuhi permintaannya dengan begitu bayaran kami tetap penuh. Bos berkata bahwa bahwa aku bisa menemukan Oh Sehun di perusahaan Kingdom di pusat kota.
Apakah Bos tidak tahu bahwa untuk orang sepertiku tidak akan diberi izin untuk menemui Tuan besar seperti Oh Sehun? Dan benar, di depan aku sudah ditahan oleh penjaga yang mengatakan bahwa aku tidak bisa masuk sembarangan.
Akhirnya aku pergi ke hotel tempo hari lalu meminta resepsionis di sana untuk menghubungi Oh Sehun dan mengirimkan kotak kecil itu. Yah, terserahlah. Pastinya hotel itu akan memberikannya karena Sehun adalah pemilik hotel tersebut. Dan mereka juga memanggilku Nyonya. Mereka bersikap sangat baik. Mungkin mereka pikir aku adalah wanita kesayangan Sehun karena kejadian tempo hari di sana.
*** MAFIA ***
Siang ini sangat terik, membuatku ingin membeli beberapa ice cream untuk mendinginkan tubuh. Setelah merapikan kamar yang dipinjamkan Bos di kantor, aku keluar sambil berjalan kaki. Beberapa hari ini aku sengaja tidur di kantor karena takut pulang ke rumah. Sehun bisa saja di sana.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di dekatku. Dua laki-laki berpakaian hitam mendekat. "Maaf untuk kemarin tidak mengenalimu. Tuan Sehun memerintahkan kami untuk menjemput kiriman darimu."
Aku mengernyit. Mereka orang suruhan Sehun? Kenapa tampak berbeda dengan kejadian malam itu dan penjaga yang mengusirku? Ada yang aneh di sini.
"Kalian benar-benar orang Sehun?" tanyaku ragu.
Dua laki-laki berbadan besar itu diam saja. Mereka saling berpandangan lalu mengangguk pelan. Perasaanku mulai tidak enak. Sepertinya kau harus lari dari sini.
Malangnya aku kalah cepat dengan mereka. Aku merasakan punggungku di pukul. Setelahnya semua berubah hitam.
*** MAFIA ***
Untuk kedua kalinya aku terbangun dengan keadaan terikat. Namun dengan posisi yang berbeda. Aku berbaring menyamping di lantai dengan kedua tangan dan kaki terikat. Ada banyak di sekitarku. Dua laki-laki tadi juga ada.
"Di mana kamu sembunyikan benda itu?" tanya seorang pria tua berkaca mata.
"Aku tidak tahu!" jawabku. Detik berikutnya aku ditendang. Sakit, sangat sakit.
"Cepat katakan di mana benda itu?" tanya pria tua itu.
"Aku sudah memberikannya! Tidak ada denganku," ucapku perlahan sambil menahan rasa sakit.
"Bohong! Di mana kamu sembunyikan?" Kali ini punggungku terasa dibakar. Ada yang mencambuk punggung. Aku memejamkan mata. Semua tubuhku ikutan sakit akibatnya.
"Tidak seharusnya kamu memperlakukan wanita seperti itu."
Aku mendengar suara tapak kaki mendekat. Aku tidak bisa melihat siapa yang datang. Semua terasa kaku dan sakit.
Aku memejamkan mata tatkala seseorang menyentuh wajahku.
"Buka matamu!" Terdengar suara itu memerintah.
Aku membuka mata dan melihat wajah lembut yang tidak seharusnya dimiliki oleh laki-laki. Meskipun rambutnya pendek, namun ia benar-benar terlihat seperti wanita. Apakah ini yang disebut laki-laki cantik?
"Kamu tidak mungkin pegawai Kingdom. Maka berarti ...," ia menjeda kalimat, "wanita teman tidur Sehun, huh?" lanjutnya tajam.
Aku mengetatkan rahang.
"Benar!" serunya.
Aku terperanjat tatkala ia memangkulku di pundaknya seperti karung.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanyaku panik. Aku menggerakkan tubuhku. Sebisa mungkin ingin lepas darinya.
"Bersenang-senang!" ucapnya membuka sebuah sebuah pintu.
Ya Tuhan! Tolonglah aku! Siapapun! Keluarkan aku dari sini!